16

303 35 7
                                    

Fateh yang sadar dengan ekspresi wajah muntaz kini pun tau.

Kalau laki laki itu memiliki perasaan lebih kepada fatim, tapi fateh tak akan membiarkan fatim memiliki perasaan yang sama. Ya, fateh akan lebih dulu merebut hati gadis itu.

"Eh, duduk dong mun. Berdiri aja." Ujar Saleha.

"Ah? I-iya.."

Akhirnya muntaz pun duduk disebelah saleha sambil menatap fatim sedih.

Skip

# Pulang sekolah

"Aku duluan ya." ucap fatim pada saleha, sajidah, dan iyyah lalu mereka mengangguk.

"Dah!"

"Dadah!" balas mereka bertiga.

Fatim pun melangkah pergi meninggalkan kelas. Tapi belum lama ada seseorang yang memanggil namanya, fatim pun menoleh kearah orang yang memanggilnya itu.

"Fatim!" panggil fateh yang ingin menghampiri fatim.

"Iya?" tanya fatim saat fateh sudah berada disamping nya.

"Pulbar yuk." ajak fateh.

"Eh... Gak usah, aku bisa sendiri kok."

"Gak papa. Lagian mak lu juga nitipin lu ke gue."

"Hah?" Terlihat raut wajah gadis itu sangat terkejut.

"Udah. Gak ada penolakan." ucap fateh yang langsung saja menarik tangan gadis itu.

Fatim sedikit memblak kan matanya tak percaya, lantaran... Dulu mereka bisa dibilang tak cukup dekat.

*** Rumah fatim

Fatim pun turun dari motor laki laki itu dan melepas helm nya.

"Thanks ya."

"Iya,"

"Mau masuk dulu gak?"

"Gak ngerepotin?"

"Nggak."

"Yaudah."

Fateh pun turun dan segera masuk ke rumah gadis itu.

*** Ruang tamu

Fateh masuk kedalam ruang tamu dan menemukan sebuah baju yang... Ia pun tak tahu itu milik siapa?

"Itu baju siapa?" tanya fateh yang menernyitkan dahinya bingung.

Fatim pun menoleh kearah baju tersebut.

"Oh, ini baju bang atta kayaknya ketinggalan deh"

"Bang atta siapa?"

"Abang aku."

"Seinget gue... Lu anak tunggal deh"

"Anak tunggal? Aku punya kembaran kok."

"Kembaran??"

"Iyaa, eh...kamu belum tau ya, enggak deh. Semuanya juga belum tau, kecuali sohwa."

"Sohwa? Sohwa kenapa?" Tanya fateh semakin bingung.

"Iya. Dia kan masuk rumah sakit gara gara fatimah, kembaran aku."

"F-fatimah? Tim, lu gak punya sodara. Lu itu anak tunggal" ujar fateh tagas.

"Ck, kamu gak tau apa apa tentang aku. Jadi jangan sok tau."

"Tim kita emang gak deket, tapi gue tau kalo lu itu anak tunggal dan hidup sendiri selama ini."

"Huft... Terserah kamu deh teh, yang jelas. Selama ini tu bang atta, fatimah, dan kak aurel yang selalu ada buat aku."

Fateh semakin bingung dengan topik yang fatim bicarakan. Ia tak mengerti, fatimah siapa? Bang atta siapa? Kak aurel juga siapa??

Fateh tak pernah mendengar nama Mereka di kehidupan fatim.

"Terus. Sekarang mereka kemana?" Tanya nya penasaran.

"Mereka pergi, gak tau kemana. Mereka bilang kehadiran mereka cuma buat hidup aku menderita."

"Padahal, merekalah yang buat aku kuat. Yang selama ini nemenin aku, aku gak bisa hidup tanpa mereka." ucap fatim dengan mata yang berkaca kaca.

"Emang mereka itu siapa?" tanya fateh agar lebih mengerti apa yang fatim bicarakan.

"Bang atta itu abang angkat aku. Dia yang selalu nemenin, dan nenangin aku disaat aku pengen mati."

"Fatimah itu kembaran aku. Yang kejam, tomboy, dan urak urakan. Kalo kak aurel itu temennya bang atta sekaligus guru konsultan aku. Yang bantu akupas di kantor polisi."

***

\ Panggilan masuk

"Halo?"

"Halo, dengan bapak wildan dari kepolisian?"

"Benar. Ada apa?"

"Eum... Saya mau nanya pak, tentang... Fatim."

*** Cafe

"Apa yang mau kamu tanyain?" ucap wildan to the point.

"Sebebernya pak, saya masih bingung dengan apa yang terjadi. Eum... Bapak tau sesuatu gak? Tentang fatim?" tanya fateh ragu.

"Emang kamu siapa nya fatim?"

Fateh pun menarik nafas panjang.

OKE, RILEX TEH. LU PASTI BISA.

"S-saya..."

Wildan pun menaikan sebelah alisnya. Menagih jawaban fateh.

"Temannya fatim, sekaligus... P-pembullynya." jawab fateh terbata bata.

Wildan pun menatap fateh dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Membuat fateh bergidik ngeri, takutnya ia dihajar oleh polisi didepannya ini? Atau... Dimasukan kedalam penjara? Ah, semoga tidak.

"Emangnya fatim kenapa?" tanya wildan dengan tatapan yang masih sama.

"E... Itu pak, anu.."

"Anu anu apa? Kalo ngomong tu yang jelas."

Fateh pun semakin merasa takut, tapi ia tetap berusaha untuk tenang dan menetralkan kembali ekspresi wajahnya.

"E... Itu pak, fatim ngomongin hal yang gak jelas."

"Gak jelas gimana?"

"Dia ngomong tentang bang atta yang selalu ada buat dia, kak aurel yang jadi guru konsultan nya, fatimah yang jadi kembarannya."

"Padalal setau saya, dia anak tunggal dan selalu tinggal sendiri. Saya juga gak pernah ngeliat salah satu dari mereka."


"Pas saya tanya ke fatim. Terus mereka dimana? Fatim bilang mereka udah pergi. Karena mereka cuma bakal buat hidup fatim gak tenang."

Wildan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Entahlah, ini memang bukan tugasnya. Dan kasus fatim juga sudah selesai, tapi... Wildan masih tetap merasa khawatir pada gadis malang itu.













Bersambung....











Jangan lupa tinggalkan vote kalian biar aku makin semangat nulisnya:) 💗. See you next part gaiss! Baybayy 👋💞

-love you all- ❤⚡

BULLYING (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang