"Kalo lo bener bener suka sama seseorang. Lo gak mungkin percaya sama berita murahan itu dan tetep percaya sama orang yang lo sayang."
"Jadi kesimpulannya, lo itu cuma main main. Sebenernya apa yang lo cari dari gue, sampe ngelibatin perasaan?"
"Haisshh, kenapa tu kata kata selalu terngiang ngiang siii!?" gerutu fateh seraya mengacak rambutnya frustasi.
Lalu ia kembali teringat pada wajah gadis malang itu yang sedih.
"Apa gue udah keterlaluan? Dia kan anak yatim piatu..." -batin fateh.
Sekolah sengaja di liburkan mendadak karena kasus sohwa dan fatim. Orang tua sohwa tak terima atas perlakuan yang diterima anaknya, lantas mereka pun menuntut fatim atas tuduhan percobaan pembunuhan.
Selama berjalan dikoridor seluruh mata terus menatapnya tajam.
"Dih udah jalang, pembunuh lagi"
"Kalo mak bapak nya masih ada kira kira bakal kecewa gak ya sama ni pelacur? Hahah"
"Gak tau malu"
"Harusnya tu cewek di DO njirr"
"Masi punya muka dia?"
"Jalannya santuy bener lagi"
"Gak waras tu orang"
"Masuk penjara baru tau rasa."
Fatim sama sekali tak menghiraukan celoteh celoteh dari teman temannya itu. Karena jika meladeni mereka hanya akan menguras energi dia menurutnya. Ada hal yang harus gadis itu urus ketimbang menjelaskan pada semua orang kalau ia bukanlah orang seperti itu.
*** Rumah sakit
/Ceklek
"Dok gimana keadaan anak saya?" tanya seorang wanita paruhbaya, yakni adalah ibunda sohwa.
"Alhamdulillah untungnya anak ibu dengan cepat di bawa kesini. Jadi bisa mendapat menanganan dengan segera, jadi anak ibu baik baik saja" jawab dokter tersebut membuat semua orang lega.
"Huft...syukurlah, untung aja. Emang gila tu si fatim, gak punya otak kali dia? Masih untung sohwa mau maafin dia walau pun gak mau nganggep tu cewek temen" tukas sajidah kesal.
"Udah udah, ini bukan waktu yang tepat buat ngeluapin amarah lo. Mendingan kita liat sohwa sekarang" ujar iyyah menenangkan keadaan.
"Nah bener tu" sambung qahtan.
"E...dok, pasien boleh di jenguk sekarang?" tanya ibu sohwa sopan.
"Boleh buk, asal jangan berisik berisik ya. Takut pasien lain terganggu, dan jangan bikin pikiran buat sohwa"
"Baik dok"
"Sohwa...kamu gak papa sayang?? Mana yang sakitt??" tanya wanita tersebut dengan khawatir.
Sohwa pun hanya tersenyum tipis.
"Gak papa kok mah"
"Haishh bener bener perempuan gila itu!! Kenapa dia gak dipenjara aja sih?!" tukas ibu sohwa.
"Fatim gak mungkin ngelakuin itu" ucap fateh dengan wajah datarnya. Lantas ibu sohwa pun menatap fateh tajam.
"Apa kamu bilang?"
"Saya gak suka mengulang ucapan saya" ketus fateh dan segera pergi dari sana, membuat sajidah, thariq, iyya, saaih, saleha, qahtan pun menernyit bingung.
"Loh...teh, lu mo kemane?" tanya saleha yang melihat fateh pergi begitu saja.
"Bukan urusan kalian."
"Nape si tu orang?" gumam saleha yang dapat didengar oleh mereka.
Semuanya pun hanya mengangkat bahu menandakan tidak tahu.
*** Rumah fatim
"Sekarang gimana caranya gue biayain keseharian gue? Meskipun perusahaan ayah masih tetep berjalan, tapi lambat laun juga pasti bakal bangkrut. Secara...gue sama sekali gak tau dan gak bisa ngurus yang namanya perusahaan" -batin fatim.
"Hiks...ayah! Ibu! Kenapa kalian tega ninggalin atim..." tangis fatim yang kini pecah. Karena tak mampu menahannya lagi, toh...saat ini ia juga tengah sendiri. Jadi tidak akan ada yang melihat dia.
"Atim capek...hiks, atim mau nyusul kalian!" pekiknya lalu bangkit dan memecahkan gelas yang ada diatas meja ruang tamunya.
Lalu fatim mengambil sebuah beling dengan niat untuk menyayat tangannya sendiri. Tapi saat ia mengambil ancang ancang untuk segera pergi, tiba tiba saja pintu terbuka. Menampakan seseorang yang tak asing untuknya.
/Ceklek
"FATIM!!" pekik orang itu dan segera mengambil alih beling yang ada ditangan fatim.
"Biarin gue pergi mun!! Gue gak kuat hiks...gue mau nyusul mereka!" ya, orang itu tak lain adalah muntaz.
**Muntaz pov
Muntaz saat ini tengah berjalan untuk pergi ke rumah fatim. Ya, memang rumah mereka tidak terlalu dekat. Tapi juga tidak terlalu jauh, itu sebabnya laki laki itu memilih berjalan karena sedang malas untuk naik motor.
Berita tentang fatim sudah tersebar luas di sekolah. Bahkan katanya, besok ia akan dipanggil ke ruang kepsek, dan dilaporkan kepolisi. Muntaz tak percaya akan hal itu. Ia yakin, fatim tidak akan bisa melakukan hal yang sekejam itu. Kalaupun bisa, itu karena ia sangat depresi dan muncul lah identitasnya yang lain. Seperti waktu itu.
Saat muntaz sudah berada didepan rumah gadis itu, tiba tiba saja ia mendengar suara gelas pecah. Merasa khawatir akhirnya laki laki itu dengan paksa mendobrak pintu dan ditemukanlah fatim yang tengah memegang sebuah beling yang mengambil ancang ancang untuk menyayat tangan nya sendiri.
"FATIM!!"
**Muntaz pov end
Bersambung...
Don't forget to leave your vote and komen! See you next part gaiss! Baybayy 👋💗
-love you all- ❤⚡
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING (Tahap Revisi)
FanfictionIni tentang anak perempuan yang hidup nya dipenuhi dengan kepalsuan. Yang bertahan hidup dengan sesak dan rasa sakit yang ia pendam selama bertahun tahun. Tangan yang ia gunakan untuk menahan isak tangis yang keluar dari bibirnya setiap malam. Sen...