22. Maaf ditolak?

318 30 11
                                    

"Sarapan, atau lu temenin gue seharian" bisik fateh didekat telinga fatim dengan nada mengancam. Membuat bulu kuduk gadis itupun berdiri seketika.

Detik selanjutnya laki laki itu pun melenggang pergi dan tersenyum tanpa rasa bersalah. Huh, apa dia tidak tahu kalau yang ia lakukan tadi sangat berdampak buruk pada jantung fatim? Huft...hampir saja jantungnya meledak ditempat.

Kini fateh sudah selesai memakan makanannya begitupun fatim. Lantas laki laki itu pun segera beranjak pergi dan dibuntuti oleh fatim.

Hening, tak ada yang bicara sedikitpun. Selama perjalanan fateh hanya terfokus pada jalanan sedangkan fatim terus saja melamun.

*** Sekolah

"Berenti" ucap fatim yang tiba tiba, membuat fateh pun berhenti mendadak.

Ciiitttttt....

"Anjirr lu bisa yang bener gak si kalo bawa mobil?!" celoteh fatim karena hampir saja kehingnya terpentok oleh laci bagian depan mobil.

"Lu juga bilang nya tiba tiba banget. Ya gimana gue gak ngerem mendadak?" balas laki laki itu tak mau kalah.

"Bodo amat,"

"Udah ah, gue turun disini aja" ucap gadis itu lalu langsung saja membuka pintu mobil fateh.

/Ceklek

"Loh...tim! Kan bentar lagi nyampe, tanggung bat anjirr"

"Biar anak anak gak tau kalo gue bareng lo"

Fateh menernyitkan dahinya bingung.

"Kenapa?" tanya laki laki itu tak mengerti.

"Kalo kita ditanya tanya kenapa bisa barengan lo mau jawab apa? Masa iya gue jawab semaleman gue sama lo"

"Iya juga sih"

"Yaudah, lu duluan sana. Nanti gue nyusul"

Fateh pun menghembuskan nafasnya pasrah.

"Fine. Gue duluan, tapi kalo gue gak liat lo dikelas dalam waktu 15 menit...gue bakal kasih tau ke semua orang" peringat fateh.

"Dih, sape lo? Selebgram?"

"Wk, yudah gue duluan"

"Hm"

*** Kelas

/Ceklek

"Woii brotherr!" sapa saaih saat fateh baru saja masuk.

Fateh hanya tersenyum kikuk.

"Sohwa mana?" tanya fateh karena tak melihat gadis itu disana. Tak biasanya sohwa jam segini belum datang.

"Kesambet ape lu pake nanya nanyain tu cewek?" timbrung qahtan.

"Gak...maksud gue, dia gak biasanya jem segini belom dateng"

"Terus? Ape hubungannya ma elo?" ketus thariq yang menatap fateh sinis.
"Dia kan sahabat gue cok"

"Sahabat?"

Ucap laki laki itu dan bangkit dari duduknya lalu menghampiri fateh.

"Sejak kapan lo anggep dia sahabat?"

Saaih yang tak nyaman dengan keadaan ini pun berusaha memisahkan mereka agar tidak terjadi keributan antar fateh dan thariq.

"Guys udah, jangan ribut ribut lagi. Riq, tenang"

Detik selanjutnya thariq pergi begitu saja dan membanting pintu dengan keras.

/Brakk

Fateh hanya menatap ssndu kepergian thariq saat ini. Saaih yang menyadari hal itu mengusap usap bahu fateh agar ia lebih tenang.

"Pms kali tu orang" ujar iyyah berusaha memecah keheningan.

"Cowok bego!" balas sajidah sedikit terkekeh.

Lantas fateh, saaih, saleha, dan qahtan pun terkekeh pelan melihat kelakuan 2 soib ini.

*** Toilet

Fatim sudah selesai mengerjakan tugas alam dan tengah mencuci tangan lalu melihat pantulan dirinya dicermin.

Wajah kusut, kulit kusam, mata sembab, bibir pucat. Sungguh ia merasa tak pantas untuk dipanggil gadis.

"Huft...." hembusan nafas gadis itu sedikit menggema karena ia tengah sendiri di toilet itu.

Akhirnya fatim pun selesai mencuci tangannya dan berniat ingin pergi ke kelas. Karena waktunya tinggal 7 menit lagi. Namun niat nya itu harus ia urungkan kembali, karena berpapasan dengan seseorang yang saat ini sangat ia hindari.

/Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan seorang gadis yang cantik natural. Dengan bibir yang merah muda alami, bedak tipis yang sedikit ditaburkan diwajahnya, celana cargo, sweter oversize, dan sepatu snekers. Yang membuat kesan tomboy namun elegan.

"S-sohwa??"

Sohwa pun menatap gadis itu dengan senyum smirknya dan langsung saja ia mengunci pintu lalu kembali menatap fatim sengan tatapan tajamnya.

"L-lu ma-u ngapain?" tanya fatim dengan mata yang sudah berkaca kaca, sempat ia mundur perlahan namun rasanya percuma saja karena sohwa pasti akan terus maju.

"Wkwk, ternyata...semesta akan selalu berpihak ke gue ya? Gak perlu gue cari cara lagi buat jebak lo, eh sekarang lo sendiri yang nyamperin gue" ucap gadis itu lembut namun fatom tau, kalau ada dendam terdalam yang disimpan dikalimat itu.

"Sohwa...g-gue tau gue salah, gue minta maaf. Tapi tolong...j-jangan sakitin gue lagi" mohon gadis itu seraya berlutut pada sohwa.

"Hahaha, gak gue sangka. Ngebuat lo terluka itu gampang banget ya?"

Dan dalam sekejap senyum licik yang sedari tadi menghiasi wajah gadis itu pun pudar seketika.

"Tapi gue gak bisa. Hehe" sambungnya lalu ia mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya dan segera menyodorkannya pada fatim.









Bersambung....











Don't forget to leave your vote and komen! See you next part gaiss! 👋💗

-love you all- ❤⚡

BULLYING (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang