Finally.......!
Semoga suka:) maaf kalau feelnya kurang dapat
~•~ ~•~ ~•~
' Happy Reading '
~•~ ~•~ ~•~
Vino mengumpat kesal melihat Reyan yang pergi ketika ia belum selesai berbicara. Vino menghela dan memilih kembali memasuki cafe yang baru beberapa jam ia tinggalkan itu. Meski cafe tersebut memiliki kesan yang cukup menyedihkan sebab cafe tersebut adalah tempat dimana ia mendapatkan sebuah penolakan atas rasa yang berhasil ia ungkapkan.
Hal tersebut tak membuatnya trauma ataupun benci. Ia tak peduli dengan jawaban. Selama jawaban itu tak membuat mereka menjadi berubah, Vino masih bisa menerima. Karena cinta itu gak bisa dipaksa. Jika bersikeras untuk memaksa, semua akan percuma karena berakhir dengan luka. Namun Ia cukup puas akan keberaniannya hari ini, ia berhasil mengungkapkan semua isi hatinya kepada seorang gadis yang ia suka. Walaupun akhirnya ia tau jika tak dapat bersama karena berbeda rasa.
Vino menatap seluruh sudut cafe terlihat penuh dan ramai, tak ada tempat kosong yang bisa ia singgahi. Ia menghela dan berbalik. Namun tak disangka seseorang memanggilnya.
"Hey!" panggil gadis itu.
Vino berbalik menatap ke arah gadis tersebut, memandang heran kearahnya. Sedikit yakin dan tak yakin jika gadis itu memanggilnya.
"Iya lo," ulang gadis itu.
Vino yang terkesan dingin tak menjawab tetapi ia menghampiri gadis itu. Sebab terlihat familiar dan sempat ia kenal. Ia penasaran dengan maksud gadis itu memanggilnya.
Ketika Vino telah berada dihadapan gadis itu, "lo lupa?" tanya gadis itu.
Vino menatap tajam tanpa berkata.
Tak menyerah gadis itu kembali bersuara, "gue Moza kalau lo lupa," Moza mengulurkan tangannya kearah Vino.
"Padahal baru aja tadi ketemu, udah lupa ya?" tambah Moza.
Moza yang terus mendapati Vino diam dihadapannya, tak menjawab dan tak menyambut jabatan tangannya. Memilih menurunkan tangannya perlahan, "oke." kata Moza tersenyum kecut.
"Kenapa?" tanya Vino tiba-tiba.
Moza terkejut ketika Vino bersuara, ia mendongak menatap Vino.
"Kenapa apa?" pelan Moza yang takut salah berkata."manggil," singkat Vino.
"Astaghfirullah dia ini manusia bukan sih? Irit banget ngomongnya!" kesal Moza dalam hati.
"Oh tadi gue liat lo kayak nyari tempat kosong, tapi udah penuh semua," jawab Moza sembari tersenyum canggung.
"Terus?"
"Ya terus niatnya gue mau nawarin lo buat join, kursi depan gue masih kosong," Moza menatap kursi kosong di depannya.
Vino menghela tak ada pilihan lain selain menduduki kursi tersebut. Karena saat ini ia masih tak ingin pulang, ia ingin merilekskan pikirannya. Vino pun menduduki kursi kosong di depan Moza dan mulai memesan.
Kini mereka berdua duduk berhadapan. Tak ada suara hanya hening yang menyapa.
"Ganteng sih ganteng, tapi dinginnya brou jadi pengen bulan pintu." batin Moza.
"Yakin dia gak marah?" tanya Vino tiba-tiba.
Moza terkejut tak percaya Vino berbicara, "dia siapa?"
"Reyan."
"Astagaaa!" Moza menepuk pelan dahinya, Moza mengira pasti Vino ikut salah paham mengenai hubungannya dengan Reyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Mampu Ungkapkan [Completed]
JugendliteraturMengagumi dalam diam, berlagak layaknya teman. Menunggu dia yang tak kunjung memberi kepastian. Itulah yang dirasakan Keyra, seorang gadis cantik berpipi chubby. "Apa ada celah untuk masuk ke dalam hatimu? Apa ada sedikit rasa yang tercipta untukku...