27] Rasa hujan yang berbeda

17 5 0
                                    

"Rasa hujan kali ini berbeda. Rasanya indah. Bahagia. Tidak seperti hujan lalu yang ku rasakan. Menakutkan. Menyakitkan. Mengukir luka. Sesak di dada. Kini semua terbayar sudah oleh rasa bahagia. Rasa hujan yang berbeda dari rasa hujan sebelumnya."

- Alviana Keyra Lavencia -


Hari ini adalah hari dimana Keyra merasa keadaannya sudah jauh lebih baik. Itu artinya ia sudah siap kembali bersekolah.

Awalnya Reyan sudah menawarkan diri untuk menjemputnya. Namun Keyra menolak. Memilih berangkat bersama Arga, sepupunya itu. Dengan alasan tak ingin merepotkan.

Ketika mereka sudah sampai di sekolah Arga mengantarkan Keyra hingga kelas. Meskipun Keyra sudah menolak, Arga tetap bersikeras mengantarkannya. Tak ambil pusing Keyra pun menyetujui.

Sampailah mereka di depan kelas Keyra.
"Nah sudah sampai" ujar Arga.

"Iya"

"Kok masih diem. Udah pergi sana ke kelas lo" tambah Keyra saat melihat Arga masih berdiri kokoh di depannya.

Arga berdengus.
"Gak bilang apa gitu?" sembari memutar bola mata malas.

Keyra tampak berfikir hingga mengerti.
"Oh iya makasih"

"Nah gitu. Yaudah gue pergi dulu. Belajar yang bener." kata Arga mengacak rambut Keyra.

"Aih! Iya"

Melihat kepergian Arga membuat Keyra melangkah masuk ke dalam kelas. Sontak Keyra terkejut dengan kehebohan teman-teman yang menyambut kehadirannya.

"Keyraaaaa!"

"Akhirnyaaa lo masuukk!"

Jangan tanya siapa yang teriak sudah pasti Kila yang suaranya mampu menggemparkan dunia. Buset dah gak kebayang berapa oktafnya.

Keyra tersenyum dan perlahan berjalan menuju bangkunya.

Tepat ketika ia duduk bel masuk berbunyi. Semua murid berhamburan kembali ke tempat. Bahkan temannya belum sempat menanyakan kabar terpaksa menunda dan berbalik ke bangku masing-masing.

Pelajaran jam pertama pun dimulai. Reyan yang duduk di samping Keyra sibuk mencari peluang untuk berbicara dengan Keyra. Walau dengan berbisik demi tak di dengar guru. Tak masalah bagi Reyan.

"Ra, udah bener-bener sembuh?" bisik pelan Reyan.

"Iya" jawab Keyra ikut berbisik ke arah telinga Reyan.

"Kalau masih sakit bilang"

"Kenapa harus bilang coba?"

"Ya biar gue tau"

"Kenapa lo harus tau?"

"Karena gue gak mau lo kenapa-napa."

Reyan menatap dalam manik mata Keyra lalu tersenyum sembari mengusap pelan rambut Keyra.

Saking pelannya hingga membuat Keyra nyaman.

"Omo! Diusap gini jadi ngerasa kek di drakor. Berasa jadi Jo yi seo huwaaaa! Neoreul joahaeyo Park sae ro yi" histeris Keyra dalam hati.

"Ehem!"

Keduanya tersadar sontak menatap ke arah depan.

"Ngapain kamu Rey usap-usap rambut Keyra" sinis guru yang sedang mengajar di depan.

"Eh itu Bu anu" bingung Reyan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Eee... Itu laba-laba" jawab Reyan tak sengaja melihat laba-laba di pojok ruang.

Tak Mampu Ungkapkan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang