Kembali

4.8K 378 27
                                    

"Ini morning sickness," ucap Evelin membuat Gerald yang mendengarnya merasa terkejut.

"Apa kau gila? Mana mungkin aku mengalami morning sickness?" tanya Gerald tidak mau menerima hasil pemeriksaan Evelin terhadapnya.

Evelin memang baru saja memberikan hasil pemeriksaan kesehatan Gerald. Pria itu memang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh ketika dirinya terus saja muntah di pagi hari dan tidak makan dengan benar karena merasa mual. Evelin menghela napas.

"Pada trimester pertama, ibu hamil memang biasanya mengalami morning sickness, gejalanya meliputi mual dan muntah saat pagi hari. Namun, faktanya morning sickness bisa terjadi pada suami atau calon ayah. Bagi laki-laki, morning sickness bisa menjadi salah satu gejala dari sindrom couvade. Kondisi ini dianggap sebagai bentuk kehamilan simpatik, ketika suami mengalami gejala kehamilan seperti yang dirasakan oleh istri tanpa benar-benar hamil. Kondisi ini dipercaya sebagai bagian dari masalah psikologi. Biasanya hal ini muncul kala calon ayah dilanda kecemasan akan perubahan hidup yang dialaminya. Ini gejala yang lumrah terjadi," jelas Evelin.

"Aku, bersimpati padanya?" tanya Gerald lagi tidak percaya.

Evelin merasa kesal dan membanting laporan kesehatan Gerald dengan keras di atas meja. "Apa kau bodoh? Tentu saja kau harus bersimpati. Tubuh dan otakmu secara alami menyadari kesalahan yang sudah kau lakukan dan membuatmu pada akhirnya mengalami morning sickness menggantikan Viola yang selama ini sudah kau buat hidup menderita," ucap Evelin geram.

"Kalau begitu, berikan aku obatnya," ucap Gerald.

"Tidak ada obat untuk morning sickness. Hanya ada gejala untuk mengurangi gejalanya. Kau bisa berjalan-jalan atau piknik bersama dengan Viola untuk mengurangi stress. Viola juga butuh menikmati suasana di luar mansion. Manjakan dia Gerald. Toh, itu juga akan berdampak pada tubuhmu yang mengalami sindrom couvade ini," ucap Evelin membuat Gerald terdiam dalam waktu yang lama.

**

Viola terlihat gelisah saat dirinya dan Gerald berada di mobil yang sama. Mobil tersebut dikemudikan oleh Bram dan melaju menuju sebuah area pusat perbelanjaan yang terkenal karena kemewahannya. Kabarnya, hanya kalangan atas saja yang bisa masuk dan berbelanja. Tentu saja Viola belum pernah berkunjung ke tempat itu. Namun, bukan hal itu yang membuatnya gelisah. Hal yang membuatnya gelisah tak lain adalah dirinya baru pertama kali muncul di tempat umum setelah resmi menjadi istri dari Gerald. Ia tahu jika Gerald adalah seseorang yang dikenal oleh banyak orang, pasti banyak yang memperhatikannya. Viola tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, dan Viola takut membuat kesalahan.

"Apa kau tidak senang aku ajak ke luar?" tanya Gerald saat menyadari apa yang saat ini dirasakan oleh Viola.

Viola yang mendengar pertanyaan tersebut tentu saja menggeleng. "Bukan seperti itu. Aku hanya sedikit antusias. Setelah sekian lama, aku bisa berjalan-jalan di luar rumah," jawab Viola setengah berbohong. Gerald yang mendengar hal itu pun mengangguk puas karena apa yang disarankan oleh Evelin ternyata berguna. Benar, Gerald membawa Viola ke luar rumah untuk bersenang-senang. Setidaknya, Gerald akan memanjakan wanita yang sudah berstatus sebagai istrinya ini. Toh, Gerald memiliki begitu banyak harta yang bisa ia pergunakan untuk memanjakannya. Tentu saja, Viola sama sekali tidak mengetahui apa yang sudah direncanakan oleh Gerald ini.

Tak lama, Viola dan Gerald pun tiba di pusat perbelanjaan. Gerald segera menggandeng Viola dan membawanya masuk ke dalam pusat perbelanjaan tersebut. Jika Gerald tampak memukau dengan setelan santai yang sebenarnya jarang ia gunakan, maka Viola tampak manis dengan gaun ibu hamil. Kandungan Viola yang sudah memasuki usia bulan keempat, membuat kondisi perutnya sudah semakin membesar. Karena itulah, Evelin menyarankan Viola untuk mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman untuk dikenakan. Tentu saja, kehadiran pasangan suami istri tersebut menarik perhatian orang-orang yang kebetulan juga tengah berada di pusat perbelanjaan tersebut. Namun, tidak ada satu pun orang yang berniat untuk mendekat atau mengganggu keduanya.

Gerald sendiri membawa Viola ke salah satu toko brand fashion terkenal. Setelah tiba di dalam sana, Gerald segera berkata, "Pilih apa pun yang kau inginkan."

Namun, Viola tidak mau ditinggal oleh Gerald yang semula akan membiarkan Viola untuk menjelajah toko dan memilih apa yang ia inginkan. Viola menggenggam tangan Gerald dengan erat dan menggeleng. "Tidak mau," ucap Viola menolak untuk berjauhan dari suaminya. Entah kenapa, Viola merasa jika berjauhan dengan Gerald adalah hal yang berbahaya.

Gerald yang menyadari apa yang dipikirkan oleh Viola pun menghela napas. Pada awalnya, Gerald berpikir jika Viola akan menjerit kesenangan karena melihat semua barang mahal ini dan akan menggila saat menikmati waktu berbelanjanya. Namun, ternyata Viola malah tidak mau melepaskan diri seperti ini. Pada akhirnya, Gerald pun menghela napas dan memilih untuk memanggil pelayan. "Dari sana, hingga sana," ucap Gerald menunjuk etalase tas wanita lalu melanjutkan, "Kemas semuanya. Jangan lupakan koleksi perhiasan dan baju untuk musim ini. Ah, sepatunya juga. Ah, tidak-tidak. Kemas semua barang yang kau jual hari ini. Untuk ukuran, pembayaran dan pengirimannya, diskusikan dengan asistenku."

Lalu Bram pun muncul dan berbicara dengan para pelayan toko yang terlihat begitu terkejut dengan pesanan yang dilakukan oleh Gerald. Tentu saja, hal itu juga terjadi pada Viola yang tampak begitu terkejut. Namun, Gerald tidak memberikan waktu terlalu lama bagi Viola untuk terkejut dan menarik istrinya itu untuk memasuki sebuah restoran. Ini sudah waktunya makan siang, dan Gerald harus memastikan jika Viola tidak boleh terlambat makan. Ia masih mengingat peringatan Evelin padanya. Namun, begitu duduk di restoran mewah tersebut, Viola tiba-tiba berkata, "Aku tidak mau makan di sini."

Gerald menghela napas dan bertanya, "Lalu kau ingin makan di restoran mana?"

"Aku ingin makan bakmi abang-abang," jawab Viola setelah menggeleng pelan. Gerald yang mendengar hal itu melotot.

"Hei, kau pikir aku mau makan di sana?!" tanya Gerald sembari mengernyit membayangkan jika dirinya makan di pinggir jalan.

"Kalau begitu, aku mau satai," ucap Viola lagi membuat Gerald memejamkan matanya. Sepertinya, pilihannya untuk memanjakan Viola sama sekali tidak benar. Lihat saja, sekarang Viola malah meminta sesuatu yang tidak masuk akal. Namun, anehnya Gerald tidak kuasa untuk menolak permintaan Viola tersebut. Untuk pertama kalinya dalam hidup Gerald, ia makan di pinggir jalan dan bukannya di restoran berbintang.

**

Farrah membuka matanya dan segera bangkit dari posisinya saat mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan. "Ulangi apa yang kau katakan barusan," ucap Farrah dengan nada mendesak.

"Kami menemukan keberadaan Tuan Dafa, Nona."

Farrah terlihat begitu bahagia dengan apa yang ia dengar. Ia menutup mulutnya lalu segera berkata, "Di mana dia?"

"Ia baru saja tiba di Indonesia, Nona. Ternyata, selama ini Tuan Dafa berada di Kanada. Ia tinggal dan diperintahkan untuk mengurus peternakan keluarganya."

Farrah pun teringat dengan peternakan milik keluarga Dafa yang memang berada di beberapa negara. Ia pun tersenyum senang dan berkata, "Kerja bagus. Kau tinggal meminta bonus pada ayahku."

Setelah mengatakan hal itu, Farrah memutuskan sambungan telepon dan melompat dari ranjangnya. Ia beranjak menuju ruang penyimpanan pakaian dan memilah gaun cantik mana yang akan ia gunakan saat bertemu dengan Dafa setelah sekian lama. Farrah bersenandung dan berkata, "Karena kau pasti patah hati karena kabar pernikahan dan kehamilan Viola, aku harus berdandan cantik serta mengambil kesempatan ini dengan baik. Aku akan membuatmu jatuh hati padaku, Dafa."


.

.

.

Yosh, jan lupa tinggalin jejak ya

Gerald's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang