Gerald mengusap punggung polos Viola dengan lembut, membuat Viola yang tengah tidur di atas tubuhnya semakin terlelap dengan nyamannya. Ini sudah pagi, tetapi Viola masih terlelap dengan nyenyak, dan entah kenapa Gerald sendiri tidak tega untuk membangunkannya. Jadi, pada akhirnya Gerald pun membiarkan Viola melanjutkan tidurnya. Toh, hari ini Gerald tidak memiliki jadwal kerja. Ia bisa menghabiskan waktu seharian di dalam kamarnya. Namun, saat Gerald berniat untuk kembali terlelap, Gerald mendengar suara ketukan pintu disusul dengan suara Bram. "Tuan, maafkan saya menggangu waktu Anda dan Nyonya. Tapia da sesuatu yang terjadi," ucap Bram.
Gerald pun menghela napas saat melihat Viola yang menggeliat dan pada akhirnya terbangun. Karena sudah bangun, Gerald pun mengecup bibir Viola dan berkata, "Bangun, dan mandilah. Kita akan sarapan bersama."
Viola memerlukan beberapa waktu untuk sepenuhnya sadar. Viola pun menyingkap selimut yang ia kenakan dan turun dari ranjang. Tanpa malu-malu, Viola melenggang pergi tanpa mengenakan sehelai pakaian pun. Namun, tetap saja, Viola melangkah dengan cepat, berharap jika Gerald tidak menatap tubuh telanjangnya. Hanya saja, Gerald dengan mudah melihat pemandangan indah tersebut sembari menyeringai, memuji perubahan Viola yang semakin berani. Gerald turun dari ranjang dan menggunakan jubah tidurnya sembari berkata, "Masuklah."
Gerald melangkah menuju sisi ruang baca yang terpisah dengan ruang di mana dirinya tidur, tetapi masih berada dalam ruang kamarnya. "Ada apa?" tanya Gerald.
"Ada seorang tamu yang datang, Tuan," jawab Bram.
"Tamu? Siapa yang datang?" tanya Gerald lagi.
"Ezra, kakak dari Nyonya."
Gerald yang mendengar jawaban bawahannya itu menelengkan kepalanya dan menyeringai. "Ah, sepertinya hari ini akan sangat menarik. Baik, aku akan menemuinya bersama dengan Viola nanti. Jamu dia dengan baik, Bram," ucap Gerald sembari merencanakan sesuatu yang menarik.
**
Viola terlihat gelisah dan berusaha untuk tidak bertemu tatap dengan Ezra yang kini duduk satu meja bersama dirinya serta Gerald. Saat ini, Gerald menjamu Ezra makan siang dengan jamuan yang mewah dan rasanya tidak pernah Ezra dapatkan sebelumnya. Ezra pun tampak menikmati makan siang tersebut sembari melayani pembicaraan dengan Gerald yang entah mengapa menyambut Ezra dengan baik, tentu saja Gerald saat ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan oleh Viola. Saat ini, Viola benar-benar tidak nyaman. Makanan yang ia makan terasa seperti batu yang terpaksa Viola telan. Viola merasa begitu mual dengan sikap Ezra yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan setelah semua yang ia lakukan.
Viola pikir, saat dirinya melihat Ezra dan Dafa saat jumpa pers, kakaknya sudah sadar akan kesalahan yang sudah ia perbuat. Namun, ternyata Ezra sama sekali tidak merasa bersalah. Sejak pertama melihat Viola saja, tidak ada satu patah kata pun dari Ezra yang mengatakan jika dirinya telah melakukan kesalahan dan meminta Viola untuk memaafkannya. Viola tidak mengerti, alasan apa yang sudah membawa Ezra datang ke sini, ke sarang monster yang sudah menjadi kediaman bagi Viola. Rumah satu-satunya yang sudah membelenggu Viola dan tidak bisa Viola tinggalkan, seberapa besar pun keinginan yang dimiliki oleh Viola.
"Jadi, sebenarnya apa yang membawamu datang ke mari?" tanya Gerald pada akhirnya.
Ezra meletakkan alat makannya dan tersenyum sebelum menjawab, "Aku ingin meminta sesuatu dari adik iparku."
Viola mengepalkan kedua tangannya saat mendengar kakaknya yang menyebut Gerald sebagai adik ipar. Viola pun menatap Ezra yang kini rupanya saling bertatapan dengan Gerald. "Apa yang ingin kau minta?" tanya Gerald membuat Viola mengalihkan pandangannya pada pria itu. Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Gerald? Gerald yang dikenal oleh Viola, bukanlah orang yang seperti ini.
"Aku meminta sejumlah uang," jawab Ezra membuat Viola tidak tahan lagi.
"Kakak!" seru Viola.
"Kenapa? Apa sekarang kamu sudah mau berbicara dengan Kakak?" tanya Ezra.
"Sebaiknya Kakak pulang saja. Jangan kembali membuat masalah," ucap Viola.
Ezra mengernyitkan keningnya, merasa jika saat ini Viola tengah mengusir dirinya. "Apa sekarang kamu mengusir Kakak? Apa hidup menjadi Nyonya Dalton membuatmu lupa apa yang sebelumnya sudah terjadi, dan melupakan Kakak sebagai keluargamu?" tanya Ezra semakin membuat Viola merasa jika kakaknya sudah sangat berubah daripada kakak yang sebelumnya ia kenal.
"Cukup, Vio," ucap Gerald pada Viola yang berniat untuk kembali menjawab apa yang dikatakan oleh Ezra.
Mendengar peringatan yang diberikan oleh Gerald, Viola pun segera diam. Ia tahu jika dirinya tidak bisa melawan Gerald. Tak lama, Bram datang dan memberikan sebuah cek kosong di hadapan Ezra. Gerald berkata, "Kau bisa mengisinya dengan berapa pun nominal yang kau minta. Aku akan memberikannya padamu."
"Semudah ini?" tanya Ezra pada Gerald.
Gerald mengangguk singkat. "Ya, aku rasa tidak ada salahnya memberikan sedikit uang pada keluarga istriku," jawab Gerald membuat Ezra menyeringai.
"Benar, cara berpikir yang patut dipuji. Tapi satu hal yang perlu kau ketahui, aku tidak akan berhenti meminta uang seperti ini. Kau tentu saja harus membuatku bungkam mengenai fakta bagaimana kau bisa mengenal Viola, bahkan bisa menikah dengannya bukan?" Ezra benar-benar mengancam Gerald mengenai fakta yang ia ketahui. Tentu saja, jika sampai Ezra membuka mulut dan mengatakan pada media jika Viola adalah seorang gadis yang sebelumnya Gerald beli dari Flo untuk memuaskan nafsunya, semua imej yang sudah dibangun oleh Gerald pasti akan hancur begitu saja.
Gerald menyembunyikan perubahan ekspresinya dan berkata, "Aku mengerti. Sebaiknya kau pergi. Sepertinya, Vio tidak nyaman dengan keberadaanmu."
Setelah mendengar hal itu, Ezra pun tidak membuang waktu untuk pergi dengan cek kosong yang berada di tangannya. Sementara itu, Viola segera bertanya, "Kenapa kamu memberikan uang pada Kakak?"
Gerald menoleh dan menarik Viola untuk duduk di atas pangkuannya. "Berhenti bertanya, Vio. Asal kautau, sekarang aku benar-benar tengah merasa muak dengan tingkah kakakmu yang tidak tau diri itu," ucap Gerald dingin membuat tubuh Viola berubah kaku.
"Dia sama sekali tidak mengerti posisinya dan berusaha untuk menekan bahkan mengancamku," ucap Gerald menyeringai lalu memindahkan Viola agar duduk di meja makan.
Bram yang mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh Gerald, memilih untuk segera undur diri dari ruang makan dan menutup pintu ruang makan dengan rapat. "A, Apa yang mau kau lakukan?" tanya Viola saat Gerald menyusupkan salah satu tangannya pada rok gaun yang dikenakan oleh Viola.
"Tentu saja meminta sesuatu yang sudah kubayar pada kakakmu sebelumnya. Kakakmu meminta bayaran atas pelayananmu, bukan?" tanya balik Gerald membuat wajah Viola pucat pasi. Viola memang tidak berpikir seperti itu, tetapi apa yang dikatakan oleh Gerald membuat Viola sadar satu hal. Bahwa kakaknya sama sekali tidak peduli dengan kondisinya, Ezra bahkan tega meminta uang lebih untuk tutup mulut. Ezra benar-benar menjualnya.
Viola tertawa pelan. "Jadi, aku kembali dijual?" tanya Viola sembari menatap Gerald yang menyeringai sembari mengusap paha lembut Viola.
"Itulah sifat asli dari orang yang kau anggap sebagai orang yang berharga bagimu, Vio. Mereka semua hanyalah sampah yang berpura-pura sebagai orang baik," bisik Gerald sebelum menciumi paha mulus Viola.
.
.
.
Sesuai request terbanyak yaw
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, dan follow instagram Mimi yaaaa
Sayang kalian semua!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerald's Obsession
Romance[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Viola adalah opium yang membuat Gerald kecanduan. Viola adalah vodka yang membuat Gerald mabuk. Viola adalah gadis yang membuat Gerald t...