Gerald menatap Viola yang tertidur dengan posisi tertelungkup. Punggungnya yang putih mulus, tampak dihiasi oleh bekas ciuman yang berubah menjadi merah keungunan. Gerald menyeringai, merasa kagum karena kemampuannya yang semakin meningkat. Tadi malam, seperti biasanya ia berhasil membuat Viola puas, begitu pula dengan Viola yang berhasil membuat Gerald puas dengan pelayanannya yang semakin lihat dari waktu ke waktu. Pelatihan yang diberikan oleh Gerald ternyata berhasil. Kini, tanpa diperintah pun, Viola bisa melakukan sesuatu yang jelas membuat Gerald merasa puas. Gerald duduk di tepi ranjang, ia sudah berpakaian rapi, siap untuk pergi ke kantor.
Ia mencium tengkuk Viola dengan lembut dan membuat Viola yang masih terlelap mengerang kesal. Tampaknya, Viola sama sekali tidak suka saat Gerald mengganggu tidurnya seperti itu. Gerald yang mengerti pun memilih untuk berhenti. Ia menyelipkan helaian rambut Viola ke balik telinga, agar dirinya bisa melihat rupa cantik wanita yang tidak disangka-sangka menjadi istrinya itu. "Aku pergi dulu," ucap Gerald lalu mengecup sudut bibir Viola dan beranjak meninggalkan Viola yang kembali terlelap dengan tenangnya. Viola bergelung, menyembunyikan tubuh polosnya dalam selimut tebal yang terasa begitu lembut.
Begitu ke luar dari kamarnya, Gerald disambut oleh Bram yang segera menyerahkan laporan mengenai pengiriman barang produksi bisnis bawah tanah mereka. Pesanan mereka kini melonjak tinggi, karena kabarnya akan ada pergolakan perebutan wilayah kekuasaan di beberapa negara yang terkenal oleh para mafianya yang memiliki naluri membunuh yang tinggi. Sebagai produsen yang menerima pesanan khusus, bisnis Gerald tentu saja berkembang pesat. Nama Gerald terkenal dan dihormati di dunia bawah yang penuh dengan hal-hal illegal. Tentu saja, Gerald juga memiliki cukup banyak musuh karena bisnis dan kekuasaannya di dunia bawah tanah tersebut. Namun, hingga sampai saat ini, bagi Gerald sama sekali tidak ada orang yang menurutnya bisa menyainginya. Orang-orang itu tak ubahnya adalah mangsa yang mencari mati di hadapan predator sepertinya.
"Bagus. Perhatikan pengirimannya. Jangan sampai membuat masalah," ucap Gerald.
"Baik, Tuan. Selain itu, ada yang ingin sampaikan. Kemarin seseorang dari kartel penjualan narkoba terbesar di Italia menawarkan kerja sama. Sepertinya ini kesempaan yang tepat bagi kita untuk mencoba bisnis ini, Tuan," ucap Bram sembari mengikuti langkah Gerald.
"Tidak. Untuk saat ini, jangan mencoba bisnis baru terlebih dahulu. Bisnis penjualan senjata sudah lebih dari cukup untuk kita saat ini. Lagi pula, aku tidak mau bekerja sama dan pada akhirnya harus tunduk pada mereka. Aku seorang pemimpin, Bram," ucap Gerald membuat Bram bungkam seketika. Bram mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Gerald dan rasanya ia tidak perlu mengatakan apa pun lagi.
**
"Apa Evelin sudah mengirim hasil pmeriksaan Viola?" tanya Gerald saat dirinya masih sibuk dengan berkas yang tengah ia baca.
Bram yang masih berada di sana tentu saja segera menjawab, "Belum, Tuan. Karena kali ini pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan menyeluruh, Evelin membutuhkan waktu hingga akhir minggu untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai pemeriksaan Nyonya, Tuan."
"Aku mengerti. Apa kau sudah mendapatkan kabar dari orang rumah?" tanya Gerald lagi.
"Saya belum mendapatkannya, Tuan," jawab Bram jujur.
Mendengar hal itu, Gerald pun mengangkat pandangannya dari dokumen yang tengah ia baca. Gerald mengernyitkan keningnya sesaat sebelum berkata, "Aku akan makan siang di rumah."
Setelah mendengar perkataan Gerald, Bram pun segera menghubungi kepala pelayan untuk mengatakan jika Gerald akan makan siang di kediaman, dan itu artinya para pelayan harus menyiapkan jamuan yang pantas untuk makan siang Gerald. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, Gerald dan Bram pun segera menuju ke kediaman Dalton sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Gerald. Untungnya, para pelayan sudah terlatih dalam menghadapi situasi yang mendadak seperti itu. Karena itulah, para pelayan berbagi tugas dan hidangan pembuka sudah siap saat Gerald tiba di kediamannya. Kepala pelayan menyambut kedatangan Gerald, tetapi baru saja akan mengatakan sesuatu, Gerald sudah lebih dulu memotong perkataannya. "Di mana istriku?" tanya Gerald.
"Nyonya masih tidur, Tuan," jawab kepala pelayan membuat Gerald yang mendengarnya mengernyitkan keningnya.
Ia menatap kepala pelayan dan kembali bertanya, "Apa sejak pagi Viola belum bangun?"
"Iya, Tuan. Kami sudah berusaha membangunkannya, tetapi Nyonya masih saja tidak bangun. Sepertinya, Nyonya sangat kelelahan," jawab kepala pelayan.
Gerald terdiam beberapa saat sebelum berkata, "Siapkan makan siang dan bawa nanti ke kamar saat aku menghubungi kalian."
Setelah mengatakan hal itu, Gerald pun melangkah menuju kamar utama. Saat tiba di dalam kamar, ternyata Viola memang masih terlelap. Ia bergelung dengan nyaman di dalam selimut lembut dan hanya menunjukkan wajah manisnya yang tampak begitu damai dalam tidurnya. Gerald pun menghela napas panjang. Sebenarnya, Gerald sama sekali tidak merasa keberatan saat Viola menghabiskan waktunya dengan bermalas-malasan. Namun, Gerald tidak senang jika Viola memilih untuk terus tidur dengan mengabaikan waktu makan. Padahal, Gerald sudah menekan Viola secara berulang kali agar istrinya itu tidak melewatkan waktu makan dan waktu minum obat yang sudah diresepkan oleh Evelin.
Gerald melepaskan jas yang ia kenakan dan segera merangkak naik ke atas ranjang dan mengungkung tubuh Viola di bawah tubuhnya yang kekar. Gerald mengamati wajah Viola yang masih tampak begitu tenang. "Vio, bangun," ucap Gerald. Namun, Viola sama sekali tidak beraksi atas panggilan Gerald. Pada akhirnya, Gerald pun menyerang Viola dengan kecupan demi kecuman yang menghujami wajah Viola yang manis. Tentu saja hal itu membuat Viola mengerang kesal karena tidurnya diganggu. Gerald sama sekali tidak menghentikan apa yang ia lakukan saat Viola merengak dan meminta Gerald untuk menghentikan apa yang ia lakukan.
"Aku tidak akan berhenti sebelum kau membuka matamu," ucap Gerald masih menghujami wajah Viola dengan kecupannya.
Pada akhirnya, Viola pun membuka matanya dan menatap Gerald dengan bibirnya yang mengerucut tajam. "Aku masih mengantuk."
"Ini sudah tengah hari, Vio. Sekarang bangun, cuci wajahmu dan kita makan. Setelah itu, kau bisa tidur lagi, itu pun jika kau masih merasa mengantuk," ucap Gerald membuat Viola mau tidak mau bangun dengan bantuan Gerald dan segera membersihkan dirinya.
Tak lama, keduanya pun menikmati makan siang lezat yang sudah disiapkan oleh para pelayan. Namun, saat makan pun, Viola terlihat begitu mengantuk. Saat mengunyah makanannya pun, Viola sesekali memejamkan matanya cukup lama. Gerald yang melihat hal itu hanya bisa mendengkus kasar. Viola pasti seperti ini karena setiap malam selalu dipaksa untuk terjaga dan melayaninya sepanjang malam. Sepertinya, untu ke depannya Gerald harus sedikit memberikan waktu luang bagi Viola. Toh, Gerald rasa jika benih yang ia tanam pada rahim Viola sudah lebih dari cukup. Kini, Gerald hanya perlu menunggu kabar baik.
"Apa kau ini kudanil?" tanya Gerald membuat Viola tersentak dan membuka matanya lebar-lebar.
"Ya?" tanya balik Viola.
"Apa kau ini kudanil?" tanya Gerlad mengulang pertanyaannya.
Viola mengerucutkan bibirnya. "Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Viola tidak mengerti.
"Karena hanya kudanil yang bisa makan sembari tidur sepertimu, Vio," ucap Gerald sembari menyeringai penuh olok pada Viola yang terlihat begitu kesal.
.
.
.
.Tinggalin jejak ya, kalo enggak, Mimi nanti update suka-suka aja
Wkwk
Sayang kalian semua!

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerald's Obsession
Romance[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Viola adalah opium yang membuat Gerald kecanduan. Viola adalah vodka yang membuat Gerald mabuk. Viola adalah gadis yang membuat Gerald t...