Farrah

6.4K 397 48
                                    

Dafa memasuki ruang kerja Gerald dengan paksa, setelah melewati para pengawal di perusahaan Gerald yang memang menahannya untuk tidak masuk ke dalam perusahaan tersebut. Namun, Dafa sendiri tengah larut dalam kemarahannya hingga bisa melewati semua lapisan keamanan. Gerald yang melihat Dafa memasuki ruang kerjanya, segera menghela napas kasar dan menatap tajam pada Dafa. "Apa kau mencari mati?" tanya Gerald dengan dingin pada Dafa.

Dafa berusaha untuk menyerang Gerald. Namun, Bram yang berada di sana, segera menghalau dan bahkan meringkus Dafa dengan mudahnya. "Kau! Aku sudah mundur karena berpikir jika Viola hidup bahagia denganmu! Tapi lihat, kini kau bahkan kehilangan Viola!" seru Dafa dengan penuh kemarahan.

Gerald mengernyitkan keningnya. Fakta menghilangnya Viola hanya diketahui oleh orang-orang dalam ruang lingkup Gerald. Hal ini terjadi untuk meminimalisir masalah yang lebih besar di depannya. Terutama masalah keselamatan Viola dan janin dalam kandungannya. Terlebih, sebelumnya Gerald sudah mendapatkan surat peringatan mengenai masalah hilangnya Viola yang sudah dipastikan adalah sebuah kasus penculikan. Dan Gerald masih menyusuri siapa dalang dalam penculikan ini. Semua bawahan Gerald yang bekerja dalam bidang IT bahkan mengerahkan kemampuan terbaik mereka untuk menemukan orang yang sudah mengirim pesan peringatan pada Gerald. Tentu saja, Gerald juga menunggu kesaksian dari Evelin, mengenai siapa yang sudah melukainya. Kemungkinan besar, Evelin sempat melihat wajah orang itu. Secara garis besar, seharusnya orang luar tidak akan mengetahui masalah menghilangnya Viola ini. Tapi mengapa Dafa bisa mengetahuinya?

Gerald bangkit dari kursinya dan melangkah menuju Dafa yang masih diringkus oleh Gerald. "Lalu apa pedulimu? Kau pikir, kau berhak untuk datang dan marah padaku atas kejadian ini?" tanya Gerald dingin.

Dafa yang mendengar pertanyaan tersebut tentu saja terdiam. Ia sadar jika apa yang ditanyakan oleh Gerald memang ada benarnya. Namun, Dafa tidak boleh teralihkan. Saat ini, hal yang paling penting adalah masalah keselamatan Viola. "Memang benar aku tidak memiliki hak marah atas hilangnya Biola. Namun, aku berhak untuk mencemaskan keselamatan Viola," ucap Dafa.

Gerald terkekeh dingin dan bertanya, "Kau merasa berhak? Itu terdengar sangat lucu bagiku. Tapi, asal kau tahu, Viola sama sekali tidak memerlukan rasa cemasmu itu. Sekarang pergi. Jangan sampai menunjukkan wajahmu lagi di hadapanku. Karena aku tidak memiliki waktu untuk menghadapimu."

"Tapi sayangnya aku tidak mau pergi begitu saja. Aku datang untuk memberikan informasi yang kuketahui mengenai hilangnya Viola ini," ucap Dafa.

Gerald mengernyitkan keningnya. Ia memberikan tanda pada Bram untuk melepaskan Dafa. Bram tentu saja menurut dan melepaskannya begitu saja. Dafa berdiri di hadapan Gerald yang segera bertanya, "Apa yang kau ketahui? Ah, apa mungkin kau terlibat dalam masalah ini?"

Dafa mencibir. "Kau pikir, aku sangat bodoh? Jika aku terlibat, untuk apa aku membocorkan informasi ini?" tanya Dafa sengit.

Gerald mengendikkan bahunya. "Katakan apa yang kau ketahui!" perintah Gerald sama sekali tidak bisa dibantah.

"Aku tau siapa yang meculik Viola," ucap Gerald.

Dengan kernyitan yang terlihat semakin dalam di keningnya, Gerald pun bertanya, "Siapa orangnya?"

Dafa terdiam sejenak sebelum menjawab, "Farrah."





**




Viola terlihat sangat tenang, di tengah situasi yang jelas sama sekali tidak menguntungkan baginya. Saat ini, Viola tengah berada di dalam ruangan yang cukup pengap, dan kotor. Hanya sedikit bergerak saja, debu halus akan beterbangan dan membuat napas menjadi sesak. Kondisi Viola terikat dengan erat pada sebuah kursi di tengah ruangan. Saat mendengar suara langkah yang mendekat, Viola pun menatap pada sebuah pintu di sudut ruangan dengan tatapan penuh kewaspadaan. Lalu muncullah seorang dua orang yang sangat Viola kenali. Orang yang tentu saja tibak pernah Viola bayangkan akan melakukan hal seperti ini kepadanya.

"Ternyata, suamimu itu benar-benar mencintaimu. Ia bahkan tidak menghubungi polisi sedikit pun untuk melaporkan kasus penculikan dirimu, dan kini menyiapkan sejumlah uang untuk menebusmu. Sepertinya, ia pikir kau dan janinmu akan benar-benar selamat ketika ia menyiapkan nominal uang yang sudah kami sebutkan," ucap salah seorang dari mereka sembari melangkah mendekati Viola yang masih menatapnya dengan tenang.

"Tidak, pasti Gerald tengah merencanakan sesuatu. Jangan meremehkan dirinya, karena kalian sama sekali tidak mengenalnya," ucap Viola sembari agak meringis karena ikatan pada tubuhnya terasa menyakitinya.

Lalu suara tawa meledak begitu saja. Penculik Viola dengan cepat mencengkram rahang Viola dengan ketat dan bertanya, "Lalu, apa kau sekarang tengah meremehkanku, Viola?"

"Kak Farrah, sebenarnya apa yang kamu inginkan? Uang? Aku rasa, keluarga lebih dari mampu untuk membuatmu berfoya-foya tanpa kehabisan uang," ucap Viola.

Apa yang dikatakan oleh Dafa memang benar adanya. Farrah adalah orang yang menjadi dalang dalam penculikan Viola. Tentu saja, Farrah tidak melakukannya sendirian. Farrah dibantu oleh seseorang yang sanggup melakukan pekerjaan kotor, hingga Farrah sama sekali tidak perlu mengotori kedua tangannya. Farrah yang mendengar pertanyaan Viola terlihat semakin marah dan berkata, "Karena aku ingin memberikan pelajaran pada Dafa, Viola. Dia sangat mencintaimu, dia bahkan mengatakan jika dia tidak mau bertemu denganku karena semua perbuatan yang sudah aku lakukan. Apa dia pikir, aku akan diam saja? Jika, iya. Maka dia sangat bodoh. Karena aku jelas tidak akan diam saja. Aku akan menghancurkan sumber dari ketidakbahagiaan dalam hidupku, Viola. Benar, aku akan menghancurkanmu. Tapi tentu saja aku akan terlebih dahulu bermain-main terlebih dahulu."

Farrah memang sudah merencanakan ini dengan matang. Sebelum memulainya, Farrah mengirim pesan pada Dafa, bahwa Dafa harus menunggu hadiah yang akan ia berikan untuknya. Hadiah atas semua luka yang sudah Dafa berikan padanya. Farrah menyeringai saat dirinya merasakan tubuh Viola yang agak bergetar. Mungkin, Viola memang tampak berani, tetapi Farrah tahu jika saat ini Viola merasa ketakutan. Farrah melepaskan cengkramannya dan mengambil sebuah suntikkan dari saku celanannya. Farrah pun menyuntikkan obat itu pada Viola yang sempat berontak, tetapi berhasil ditahan oleh rekan Farrah dengan mudahnya.

"Apa yang kau lakukan?!" jerit Viola panik.

"Aku hanya menyuntikkan obat yang akan merangsang kontraksi. Singkatnya, obat ini akan mempercepat kelahiran janin dalam kandunganmu. Tapi dosis yang aku berikan hanya akan membuatmu merasakan kontraksi palsu yang terjadi secara berulang. Nikmati rasa sakitnya Viola," ucap Farrah lalu berbalik pergi meninggalkan ruangan tersebut diikuti oleh rekannya yang melangkah dengan perlahan.

Viola yang mulai dikuasai oleh rasa sakit, meringis dan menatap rekan Farrah yang baru saja akan melewati ambang pintu. Viola pun berkata, "Kakak, ini masih belum terlambat. Kembalikan aku pada Gerald, sebelum Gerald menemukan Kakak dan melakukan sesuatu yang tidak pernah Kakak bayangkan."

Benar, orang yang menjadi rekan Farrah adalah Ezra. Sayangnya, Ezra yang mendengar perkataan Viola hanya menghentikan sejenak langkahnya. Ia berkata, "Tenang saja. Aku memang sudah menantikan momen di mana aku bertemu dengan pria gila itu lagi. Aku akan membalas semua yang sudah ia lakukan padaku." Setelah mengatakan hal itu, Ezra pun meninggalkan Viola dan menutup pintu rapat-rapat.




.

.

.

.

Nah kemaren siapa yg tebakannya bener nih?
Jangan lupa tinggalkan jejak, dan cepet2 baca sampai ending ya.
Soalnya, seperti biasa, nanti Mimi akan unpub yaaa

Makasih atas dukungan kalian semua yaaa
Sayang kalian semua!
Mimi Bahenol❤❤

Gerald's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang