Tamat Sudah

11K 630 11
                                    

Viola terbangun dan kembali berada di ruangan pengap yang lembab. Namun, kali ini ruangan tidak terlalu gelap seperti sebelumnya. Viola tersentak dan segera memeriksa tubuhnya dan sama sekali tidak melihat hal yang aneh, dan bisa memastikan jika dirinya belum disentuh sama sekali. Hanya saja, gaun yang dikenakan olehnya sudah raib, dan kini tersisa sepasang pakaian dalam mini yang sebelumnya belum pernah Viola kenakan. Wajah Viola memerah, entah dirinya harus bersyukur atau tidak atas situasinya saat ini. Gadis satu itu pun menghela napas panjang. Namun jika dipikirkan lebih saksama, rasanya ia patut bersyukur. Jika dirinya tidak pingsan saat dicium dengan kasar, sepertinya Viola tidak akan bisa selamat seperti ini.

Viola mengedarkan pandangannya dan menatap ke sekeliling ruangan. Ternyata Viola berada di sebuah ruangan berupa kamar yang sama sekali tidak memiliki jendela. Pantas saja terasa pengap. Dindingnya tidak dicat, dan hanya dilapis dengan semen halus, khas bangunan yang belum selesai dibangun. Di dalam ruangan tersebut, hanya ada satu ranjang berukuran kecil, dengan selimut dan bantal yang terlihat cukup tua, lalu sebuah meja kecil yang entah sejak kapan entah sejak kapan sudah ada nampan berisi makanan di atas sana. Selain itu, ada dua pintu. Satu pintu besi yang menjadi akses ke luar masuk, lalu satu pintu lagi adalah pintu menuju kamar mandi.

"Sudah jelas bahwa aku dikurung," ucap Viola pada dirinya sendiri.

Viola menajamkan telinganya, dan sama sekali tidak bisa mendengar suara jerit apa pun yang sebelumnya ia dengar di hari pertamanya. Entah kenapa, Viola merasa yakin jika bukan hanya ia wanita satu-satunya yang berada di sini. Viola menggigiti bibirnya, merasa cemas dengan semua kemungkinan yang saat ini memenuhi benaknya. Tentu saja saat ini Viola merasa begitu takut dengan hal yang akan terjadi padanya. Namun, ada hal yang lebih membuatnya terganggu. Itu tak lain adalah rasa lapar yang membuat perutnya bernyanyi dengan kerasnya. Viola pun menatap nampan di atas meja. Viola pun mendekat para meja tersebut dan menatap makanan yang tersaji di sana.

Jelas, itu adalah makanan mewah yang bahkan saat berada di situasi normal pun sangat sulit untuk ditemui oleh Viola. Itu adalah steak berkualitas tinggi yang sudah dipotong-potong seukuran satu gigitan, dengan siraman saus lezat kecokelatan dan sayuran segar yang dipadukan dengan kentang tumbuk sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, ada pula potongan buah yang di sana. Hanya saja, sendok dan garpu yang disediakan terbuat dari plastik yang tentu saja sangat lemah jika digunakan untuk senjata, selain itu piring dan nampannya juga terbuat dari bahan yang tidak mudah untuk dipecahkan. "Mereka berpengalaman," gumam Viola.

Dengan ini, terbuktilah pemikiran Viola jika bukan hanya dirinya yang berada di sini dan dikurung di ruangan pengap. Mereka sudah memberikan penanganan yang sangat tertata agar tidak menghasilkan celah bagi siapa pun untuk melukai diri atau melukai orang yang sudah membuat mereka berada di dalam situasi ini. Viola pun berteriak, "Apa ada orang di sini?! Jika ada, tolong jawab aku!"

Sayangnya, teriakan Viola sama sekali tidak mendapatkan sahutan. Saat Viola kehilangan harapan, Viola mendengar suara gemerisik aneh di samping ruangannya. Dengan penuh harap, Viola pun menempelkan telingannya dan segera bertanya, "Kamu di sana bukan? Kamu mendengar suaraku?"

"Aku bisa mendengar suaramu. Semua ruangan di sini sama sekali tidak kedap suara. Berhentilah berteriak, dan makan makananmu secepatnya."

"Tidak, aku tidak membutuhkan makanan apa pun. Aku ingin ke luar dari sini. Bukankah kamu juga menginginkan hal yang sama? Tolong berikan informasi yang kamu ketahui mengenai tempat ini, apa pun itu pasti akan membawa kita menuju jalan ke luar. Kamu mau bekerja sama denganku, bukan?" tanya Viola seakan-akan mendapatkan sebuah harapan yang membuatnya kesulitan untuk sekadar bernapas. Viola mengenali suara wanita yang berada di balik dinding. Itu adalah suara wanita yang sebelumnya Viola dengar menjerit lalu mendesah dengan keras. Menurut penjelasan wanita itu, ruangan di sini sama sekali tidak kedap suara, itu menjelaskan mengapa suara Viola bisa didengar, dan suara jeritan serta desahan juga bisa terdengar oleh Viola. Di sisi lain, perkataannya pun mengartikan jika bukan hanya ada Viola dan wanita itu saja yang berada di sini. Ada lebih banyak wanita yang dikurung seperti Viola.

"Jika ingin mati, lakukan sendiri."

Viola jelas terkejut dengan hal yang ia dengar. Mengapa wanita ini berkata seperti itu? Mengapa ia berkata seolah-olah kematian sudah menunggu mereka jika memiliki niat untuk melarikan diri dari tempat ini. Viola tidak menyerah begitu saja dan berusaha untuk kembali berbicara dengan wanita yang berada di ruangan yang terpisah dengannya itu, walaupun Viola sama sekali tidak mendapatkan jawaban apa pun. Viola sama sekali tidak menyadari, jika saat ini dirinya tengah diamati oleh Gerald yang mengawasinya dari kamera pengawas yang terhubung dengan komputer yang berada di dalam ruang kerjanya.

"Malam ini, aku akan tidur dengan gadis bernama Viola itu. Hubungi para pelayan, dan minta mereka mempersiapkan gadis itu," ucap Gerlad pada Bram yang berdiri di belakang kursi yang ia duduki.

"Saya akan melakukannya sesuai dengan perintah, Tuan."

Gerald menatap Viola yang masih berusaha untuk berkomunikasi dengan orang yang berada di ruangan di balik dinding. "Dia benar-benar gigih, bukan? Aku jadi penasaran dengan apa yang akan terjadi nanti. Akan seberapa menyenangkannya momen pertama kali aku menyentuhnya."

**

Viola merasakan sesuatu yang aneh. Ia pun berusaha untuk bergerak dalam tidurnya, sayangnya dirinya tidak bisa bergerak dengan leluasa. Viola sadar jika ada hal yang menahan pergerakannya. Viola pun tersentak bangun saat tiba-tiba dirinya merasakan sesuatu yang menyentuh area paling intim pada tubuhnya. Saat itulah Viola melihat jika ruangan yang sebelumnya tampak pengap berubah menjadi ruangan luas serba putih yang tampak minimalis. Hal yang paling mengejutkan adalah, bagaimana kini sosok pria asing yang sebelumnya mencium Viola tengah menyentuh bagian intim Viola dengan kurang ajarnya. Tentu saja Viola segera mengatupkan kedua kakinya yang memang tengah mengangkang dan memberikan akses pada pria itu untuk melakukan hal yang ia suka.

"Apa kau pikir, kau bisa bersikap seenaknya?" tanya Gerald dingin saat menyadari Viola yang sudah bangun dari tidurnya dan berusaha berontak.

Posisi Viola saat ini jelas sangat berbahaya. Ia hanya mengenakan set lingerie yang tampak begitu tipis, dan kedua tangannya diikat menjadi satu pada kepala ranjang luas yang tengah ia tiduri. Tentu saja dengan Gerald yang memandanginya dengan tatapan predatornya yang terlihat mengerikan. "Dasar bajingan, lepaskan aku! Kamu benar-benar penjahat!" seru Viola dengan penuh kemarahan, hingga Viola terengah-engah karena makian yang sudah ia lontarkan.

Gerald tampak tenang, ia memilih untuk melepaskan pakaiannya dan mempertontonkan otot-otot tubuhnya yang terbentuk dengan sempurna. Tentu saja, hal itu membuat tampilan Gerald semakin memesona dan sempurna saja. Siapa pun yang melihat Gerald tentunya sepakat jika menyebut Gerald memiliki wajah yang sangat tampan. Setelah itu, tanpa permisi Gerald menunduk dan setengah menidih Viola yang masih berusaha untuk melepaskan diri darinya. Gerald menyeringai dan memasukkan salah satu jarinya ke dalam bagian intim Viola, yang jelas membuat sang gadis menjerit antara merasa sakit dan terkejut. "Aku belum benar-benar menjadi bajingan, sebelum merenggut keperawananmu manis," bisik Gerald membuat Viola terbakar dengan kemarahan.

"Ya, marahlah padaku. Lalu maki aku dengan suara manismu itu. Karena selanjutnya, aku hanya akan membuatmu mendesah karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kau rasakan," ucap Gerald lalu mulai mencumbu Viola. Tamat sudah, Viola benar-benar diterkam oleh predator.

Gerald's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang