Gerald's Obsession

Pernikahan

"Ayah!"

Gina menatap suaminya dengan cemas. Saat ini, Gina dan Dani berada di hadapan pintu kamar putra mereka. Setelah dilepaskan dari kantor polisi, Dani memberikan perintah untuk mengurung Dafa di dalam kamarnya. Tentu saja, hal itu membuat Dafa merasa begitu marah. Dafa secara kasar bisa membaca jika sang ayah sudah membuat kesepakatan dengan Gerald. Jika tidak, Dafa tidak mungkin ke luar dari penjara semudah ini. Dani memejamkan matanya, saat kembali mendengar teriakan frustasi Dafa berikut dengan usaha Dafa mendobrak pintu kamarnya. Untungnya, pintu kamar tersebut terbuat dari kayu jati terbaik yang tentu saja tidak mudah untuk dirusak. Hanya saja, kini Dani harus mengambil keputusan yang sangat sulit. Ia jelas harus melindungi putranya, tetapi mungkin saja caranya melindungi Dafa akan membuatnya dibenci oleh putra semata wayangnya itu.

"Sayang, tolong buka pintu kamar Dafa. Jangan siksa dia seperti ini," ucap Gina memohon dengan berderai air mata. Sebagai seorang ibu, tentu saja Gina bisa merasakan betap putranya saat ini tengah merasa tersiksa. Namun, di sisi lain Gina juga tidak bisa menyalahkan Dani atas apa yang ia lakukan pada putra mereka itu. Gina tahu jika Dani juga tidak berniat untuk membuat putra mereka berada di situasi yang sulit ini.

Dani membuka matanya dan menggenggam tangan istrinya dengan lembut. "Kau sendiri tau jika aku melakukan hal ini bukan untuk menyiksa putra kita," ucap Dani.

"Jika memang Ayah tidak berniat untuk menyiksaku, maka buka pintu kamarku dan biarkan aku mengacaukan pernikahan Viola. Ia tidak boleh menikah dengan Bajingan itu!"

Dafa menghela napas saat mendengar teriakan Dafa. Hal yang membuat Dafa menggila seperti ini, memanglah pernikahan antara Viola dan Gerald yang akan dilangsungkan hari ini. Namun, Dani sama sekali tidak bisa membiarkan Dafa pergi. Tidak akan pernah bisa, karena Dani harus melindungi Dafa. "Sepertinya beberapa haru teekunci di kamarmu sama sekali tidak bisa membuatmu intropeksi diri. Semuanya sudah berakhir, Dafa. Sadarlah," ucap Dani.

"Tidak. Ini semua belum berakhir. Viola menikah karena terpaksa. Kita harus menolongnya, Ayah!" seru Dafa dengan frustasi.

"Dafa!" teriak Dani tak kalah frustasi dengan kekeraspalaan putranya.

"Aku mohon, Ayah. Biarkan aku bertemu dengan Viola. Aku harus membantunya," mohon Dafa sembari menahan isak tangis.

Gina yang mendengar hal itu segera menyentuh tangan suaminya, dan memberikan tatapan penuh dengan permohonan. Pada akhirnya, Dafa pun mengalah. "Ayah akan membiarkanmu pergi. Tapi, Ayah perlu bicara dulu denganmu. Jika kau tidak berusaha untuk bersikap lebih tenang, Ayah tidak akan memberikan kesempatan apa pun padamu," ucap Dani.

Dafa pun menurut. Dani segera membuka pintu kamar Dafa. Ia dan Gina masuk ke dalam kamar Dafa yang tampak kacau. Teelihat jelas jika sebelumnya Dafa berusaha untuk mencari berbagai cara untuk melarikan diri. Dafa duduk di kursi dan Dani melangkah ke belakang kursi Dafa. Ia berkata, "Percayalah Dafa, Ayah melakukan semua ini demi dirimu."

Belum juga Dafa menjawab, Dani sudah memukul tengkuk Dafa dengan keras. Hal itu membuat Dafa jatuh tak sadarkan diri. Gina yang melihat hal itu menjerit dan mendekat putranya dengab tangisan yang semakin keras. "Kenapa kau melalukan hal yang sejauh ini?!" teriak Gina frustasi.

"Maafkan aku, Gina. Aku hanya melakukan hal yang sepatutnya dilakukan seorang ayah untuk melindungi putranya," ucap Dani lalu memanggil bawahannya.

Seorang pria datang menghadap Dani. Saat itulah Dani memberikan perintah, "Antarkan putraku dengan aman ke Kanada. Pastikan, jika dirinya tidak bisa kembali ke Indonesia, hingga aku memberikan izin," ucap Dani membuat Gina kembali terkejut.

Masih dengan air mata yang menetes, Gina menggeleng panik. "Tidak. Jangan lakukan itu. Jangan lakukan itu, atau Dafa akan benar-benar membencimu!"

"Menanggung kebenciannya terasa lebih baik, daripada aku harus menanggung kesedihan karena tidak bisa melindungi putraku sendiri," ucap Dani berkeras hati.