Pengorbanan

4.7K 411 31
                                    

"Syukurlah, ternyata kau mengambil keputusan yang tepat," ucap Evelin saat melihat Viola yang makan dengan lahap. Benar, Viola memang sudah mengambil keputusan. Ia memutuskan untuk mengikuti apa yang disarakankan oleh Evelin padanya.

Viola akan bertahan bukan untuk Gerald, bukan untuk dirinya, tetapi untuk janin yang berada di dalam kandungannya. Viola tidak mau, anaknya nanti lahir dan tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Ia tidak mau membiarkan anaknya tumbuh dalam penderitaan dan kesulitan hidup. Di sisi lain, Viola juga tidak mau sampai anaknya nanti tumbuh dengan mengenal sosok ayah yang kejam dan pada akhirnya saat dewasa nanti berubah menjadi sosok kejam yang serupa dengan ayahnya. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Evelin, satu-satunya pilihan yang bisa Viola ambil adalah jalan tengah. Viola harus berusaha untuk mengubah Gerald menjadi sosok yang lebih baik. Jika sampai akhir Viola tidak bisa melakukan hal itu, barulah ia akan melarikan diri dengan bantuan Evelin yang menjaminnya.

"Aku tidak memiliki pilihan lain. Setidaknya, aku harus bertahan untuk anakku sendiri," ucap Viola lalu meminum airnya. Namun, Viola masih merasa lapar. Mungkin karena kehamilannya, porsi makan Viola akhir-akhir ini lebih besar daripada sebelumnya.

"Benar. Sebisa mungkin, aku akan membantumu." Evelin pun mengamati Viola yang saat ingin menikmati potongan kue lembut dengan krim lezat yang cantik. Evelin tersenyum tipis.

"Syukurlah, kau tidak mengalami kesulitan makan seperti ibu hamil lainnya. Setidaknya, hal ini akan baik baik perkembangan janin dan kesehatanmu sendiri. Ya walaupun, sepertinya ada seseorang yang harus menanggung sesuatu yang pada awalnya harus kau tanggung," ucap Evelin membuat Viola mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudmu?" tanya Viola.

"Tidak, aku hanya berbicara omong kosong. Ah, iya. Aku mendapatkan pesan dari Gerald. Karena sebelumnya ia dan Bram sibuk mengurus bisnis, ia memang tidak bisa menemuimu. Tapi, sepertinya malam ini ia senggang. Karena Gerald sudah mendengar kondisimu yang sudah jauh lebih baik, ia ingin makan malam bersamamu," ucap Evelin membuat Viola menghentikan kegiatannya.

"Haruskah?" tanya Viola sembari menatap Evelin.

Evelin mengangguk tegas. Ia meraih tangan Viola yang bebas dan menggenggamnya dengan erat. "Ini kesempatan yang sangat baik untuk memulai usahamu, Viola. Katakan saja apa yang kau inginkan pada Gerald, dan katakan apa pun yang tidak kau sukai padanya. Aku menjamin, jika Gerald akan mendengarkanmu dengan baik," ucap Evelin penuh dengan keyakinkan.

Viola terlihat ragu lalu tersenyum masam. "Benarkah aku boleh mengatakan apa pun padanya? Mungkin saja, aku akan membuatnya marah dan pada akhirnya mengurungku di ruangan mengerikan itu lagi," ucap Viola dengan suara bergetar.

"Viola, dengarkan aku. Yakinlah. Yakinlah bahwa Gerald tidak akan menyentuhmu sama sekali. Pria itu sudah menjadi milikmu, Viola. Mungkin dia masihlah hewan buas, karena itulah taklukan dia dengan caramu sendiri," ucap Evelin membuat Viola menatapnya dengan penuh keraguan.

**

Viola terlihat cemas. Ia terus meremasi ujung gaun tidurnya saat melangkah menyusuri lorong bersama seorang pelayan yang mengantarkannya ke ruang makan. Seperti apa yang dikatakan oleh Evelin, ternyata Gerald memang ingin makan malam bersama dan mengirimkan pelayan untuk menjemputnya di kamar. Sebenarnya, Viola juga merasa sangat lapar. Namun, Viola tidak yakin dirinya bisa makan dengan nyaman saat dirinya berhadapan dengan seseorang yang menjadi sumber ketakutannya. Apalagi, Viola terus teringat bayangan Ezra yang dipukuli hingga berlumuran darah, dan hampir kehilangan jemarinya karena ulah Gerald.

"Nyonya, kita sudah sampai. Silakan masuk."

Viola berjengit saat mendengar suara pelayan itu. Viola menatap pintu ruang makan yang sudah terbuka sembari menggigit bibirnya cemas. Haruskah ia masuk dan makan bersama dengan Gerald? Hanya saja, Viola mengingat apa yang sudah dikatakan oleh Evelin padanya. Ini adalah kesempatan bagi Viola untuk memulai rencananya mengubah Gerald menjadi manusia yang seutuhnya. Viola menghela napas dan melangkah memasuki ruang makan tersebut. Seketika, indra penciuman Viola dimanjakan dengan aroma lezat yang bersumber dari menu makan malam yang ternyata sudah tersaji di meja makan. Gerald sudah berada di sana, dengan Bram yang menuangkan air pada gelasnya. Bram yang melihat kehadiran Viola segera menyiapkan kursi untuknya.

Viola sama sekali tidak berani menatap Gerald. Padahal, Viola sendiri sadar bahwa dirinya sama sekali tidak melakukan kesalahan. Namun, rasa takut akan ancaman bahwa dirinya kembali dikurung di dalam ruangan pengap dan lembab itu membuat Viola merasakan keberaniannya menguap begitu saja. Gerald melambaikan tagannya meminta Bram untuk meninggalkannya besama dengan Viola. Tentu saja, suara pintu yang tertutup dan ruangan yang hening, membuat Viola hampir tercekik oleh rasa takutnya. Namun, suara Gerald membuat Viola mengangkat pandangannya, "Makanlah. Aku mengajakmu makan malam bersama, bukan untuk melihatmu bergetar ketakutan seperti itu."

Namun, Viola masih saja tidak menyentuh alat makannya. Hal itu membuat Gerald menghela napas dan berkata, "Makan, Viola!"

Dengan tangan bergetar, Viola pun meraih alat makan dan memulai acara makan malamnya. Pada awalnya, Viola pikir jika dirinya akan kesulitan makan dan mencernanya akibat harus makan di hadapan Gerald. Namun, tanpa disangka Viola bisa makan dengan lahap, menikmati hidangan lezat yang dihidangkan oleh para profesional tersebut. Gerald yang melihat hal itu hanya bisa menghela napas dan berkata, "Ternyata apa yang dikatakan oleh Evelin memang benar adanya. Kau makan dengan lahap. Aku sama sekali tidak perlu mencemaskan apa pun perihal masalah makananmu."

Viola yang mendengar hal itu mendongak dan terlihat mengernyitkan keningnya saat melihat wajah Gerald yang pucat pasi. Gerald terlihat menahan sesuatu dan berusaha untuk mengalihkan fokusnya pada gelas anggur di tangannya. Namun, Viola sama sekali tidak diberika kesempatan untuk mengatakan apa yang berada di benaknya karena Gerald sudah lebih dulu bertanya. "Jadi, apa kau sudah mengambil keputusan untuk tetap berada di sisiku? Setelah apa yang kau lihat sebelumnya? Setelah aku menyiksa kakakmu hingga dia sekarat?"

Viola pun meletakkan alat makannya dan duduk dengan tegap menghadap Gerald. Viola memantapkan hatinya bahwa ia tidak boleh merasa takut, atau semua yang sudah ia rencanakan akan kacau balau. "Aku, melakukan semua ini demi janin yang berada dalam kandunganku. Aku sendiri yakin, kau tak akan membiarkan aku pergi begitu saja, apalagi dengan janin yang tengah aku kandung ini," ucap Viola.

Gerald menyeringai dan berkata, "Benar. Aku tidak akan melepaskanmu. Apalagi sekarang calon penerusku tengah tumbuh di dalam kandunganmu. Calon penerus yang akan meneruskan kerajaan bisnisku. Apa pun yang terjadi, aku akan menahanmu agar tetap berada di sisiku."

"Itu artinya, kau membutuhkan janin di dalam kandunganku. Karena itulah, penuhi syarat yang akan aku ajukan," ucap Viola membuat Gerald terdiam beberapa saat sebelum tertawa keras. Tentu saja Gerald merasa apa yang dikatakan oleh Viola terasa sangat tidak masuk akal baginya.

"Kau meminta aku memenuhi syarat? Ah, betapa lucunya itu," ucap Gerald sembari melemparkan tatapan tajam pada Viola.

Viola masih tampak tenang, dan membuat Gerald jengkel. Viola pun menyugar rambutnya yang tergerai begitu saja dan menatap gelas di dekat tangannya. "Kalau kau tidak mau memenuhi syaratku, maka kau akan kehilangan calon penerus berikut istrimu, Gerald," ucap Viola membuat Gerald merasa geram. Saat ini, rahang Gerald terasa berkedut, tanda jika dirinya merasa begitu marah pada tingkah Viola. Hampir saja Gerald tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

"Apa kau tengah mengancamku?" tanya Gerald membuat Viola kembali menatapnya.

Viola tersenyum tipis. "Aku tidak mengancammu, Gerald. Aku, sudah mengorbankan nuraniku dengan tetap berada di sisimu. Maka, kau juga harus mengorbankan sesuatu untukku dan penerus yang kau dambakan. Pilihan ada di tanganmu, Gerald," ucap Viola sebelum tersenyum dengan cantiknya.




.

.


Yosh hadiah buat kalian yang nanyain terus

Jan lupa tinggalin jejak

Gerald's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang