23•

2.1K 177 3
                                    

sampai dirumah semua gak bersuara, jisung sama chenle yang ketiduran dimobil digendong oleh mark dan jeno.

mereka satu persatu masuk ke kamar, gak ada lelucon sebelum tidur haechan dulu kayak biasanya.

rumah bener bener hening sekarang walaupun di isi oleh delapan manusia.

Sera membuka ragu pintu kamar sebelah biliknya itu, disana ada Mark,  chenle juga jisung.

saat sera masuk ketiganya telah tidur, sera duduk ditepi ranjang, mengamati ketiga wajah laki laki yang sudah remaja ini, padahal baru kemarin rasanya sera nuntun mereka buat jalan sendiri.

Sera mengambils selimut yang ada di lemari menutupi tubuh mereka, malam ini dingin bahkan lebih dingin karna kejadian tadi.

"Jangan khawatir bunda slalu sayang kalian, apapun yang terjadi bunda bakalan tetep disisi kalian, jadi anak kuat ya, maafin bunda udah bikin kalian kecewa", ucap sera mengecup kening mereka bergantian.

"selamat malam", sera menutup pintu pelan dan mematikan lampu kamar tanpa tau chenle yang tadi hanya pura pura tertidur bahkan bukan cuma chenle, jisung dan mark pun masih terjaga.

sekarang kamar kedua, lampunya sudah dimatikan oleh mereka sera tidak ingin menghidupkannya karna takut mengganggu mereka tidur.

haechan dan jeno tidak akan bisa tidur dengan lampu menyala, sera memperbaiki posisi kepala haechan yang terlalu miring itu pasti akan membuat lehernya sakit ketika bangun.

sera mulai ngobrol lagi walaupun mereka pasti gak bakalan respon, sera duduk di ranjang sebelah jaemin putranya yang tadi mengatakan ingin jadi gelandangan.

"Nana kenapa ngomongnya gitu? kenapa bilang bunda udah gak sayang? hati bunda sakit waktu nana ngomong gitu"

"Nana tau, bahkan bukan cuma nana kalian bertujuh udah jadi bagian hidup bunda, bunda juga gak yakin bisa hidup tanpa kalian"

sera mengusap perlahan airmatanya yang jatuh tanpa diperintah.

"Sampai kapan pun percayalah sayang bunda gak akan pernah hilang ke kalian", sera meraih tangan jaemin yang sangat ingin dia peluk sedari tadi.

putranya yang riang dan penyayang itu tadi berubah dimata sera menjadi laki laki yang tidak ia kenali.

"kita bakalan seneng sedih bareng bareng nak", sera mengecup kening mereka ber empat.

"selamat tidur ya, bunda sayang kalian"

sera keluar dari kamar menutup pelan pintu bersamaan dengan jatuhnya air mata jaemin.

•Dream Family•

mereka udah pada selesai mandi, tinggal sarapan terus pergi sekolah.

"Kak kemarin aku denger bunda ngomong sampe nangis juga", kata jaemin ke jeno yang lagi benerin dasinya.

"kakak juga denger"

jaemin ngerasa bersalah banget udah ngomong gitu sampe bunda nangis "nanti kita minta maaf sama bunda ya?", bujuk jeno.

mereka turun buat sarapan, disana udah ada saudaranya kecuali perempuan cantik itu.

"bunda mana kak jun?", tanya jaemin.

renjun yang lagi bengong noleh "udah berangkat"

"ayo sarapan", ajak mark yang baru balik panasin mesin mobil.

mark duduk di ruang tamu sambil mainin ponselnya "abang gak sarapan?", tanya chenle yang nyanduk makanannya ke mulut.

"abang udah sarapan kok", jawab mark bohong padahal dia belum sarapan.

chenle ngangguk dan lanjutin makannya.

selesai sarapan mereka siap siap buat berangkat.

"nih bang", mark yang lagi ngiket tali sepatunya nengok.

"icung tau abang belum sarapan, dimakan ya bang", ucap jisung nyerahin kotak bekal.

mark senyum dan berdiri dari lesehannya "makasih ya dek" .

•Dream Family•

"Oik, dicarin dimana mana ternyata disini", kata hendery yang nyampe di depan pintu rooftop sekolah.

renjun yang munggungin pintu masuk noleh sebentar terus balik lagi natap gedung gedung perkotaan.

"tumben banget ketos galak gue nongki disini, kenapa? mau mulai nakal? mentang mentang mau lepas jabatan", oceh hendery yang ikut duduk lesehan di sebelah renjun.

renjun gak jawab, kepalanya di tarok disela kakinya, badannya perlahan mulai bergetar.

hendery yang ngeliat shock, ini renjun gak mungkin kerasukan kan?

"Njun lo kenapa?", tanya hendery panik.

Renjun malah makin nangis, hendery yang gak tega meluk renjun walaupun dia tau nanti orang mikir mereka belok mana disini cuma mereka berdua lagi.

"Gue gak tau lo kenapa, kalo lo mau cerita gue bisa kok jadi kuping buat lo", kata hendery menepuk nepuk pelan punggung renjun.

"sakit der", kata renjun yang masih nangis.

hendery bingung "apa yang sakit? sebelah mana? lo kenapa?".

"hati gue sakit der karna ayah bunda", ucap renjun yang makin histeris.

hendery mulai paham maksud renjun,  dia mengusap pelan punggung renjun "Lagi?", tanyanya yang di anggukin renjun.

"Lo beruntung njun punya ayah hebat dan bunda yang luar biasa, lo sama saudara lo yang lain bisa ngerasain kasih sayang dari mereka berdua tanpa kekurangan"

hendery menghela nafasnya sebentar.

"sedangkan gue, hidup cuma bareng papa, gue gak pernah dapetin kasih sayang seorang mama lagi sejak nyokap gue meninggal"

"gue tau sulit bagi lo buat nerima orang baru di hidup lo, tapi gak ada salah buat lo ngasih kesempatan lagi buat ayah lo pilih pendampingnnya"

"sama halnya kek dulu lo nerima bunda sera di hidup lo, gue tau lo sayang banget sama bunda lo itu, tapi lo gak boleh egois bunda sera juga punya kehidupan dan ayah lo juga punya kehidupan"

"lo gak kasihan bunda sera masih belum punya pendamping sampe sekarang? dia pasti pengen punya anak kandung juga walaupun gue tau kalian udah di anggap anaknya sendiri"

"dan ya lo harus bisa terima kalo ayah dan bunda sambung lo gak punya perasaan satu sama lain".

Dream FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang