Mark bergegas memasukan laporannya ke dalam tas, pagi tadi ia terlambat karna harus mengurus ke enam adiknya.
Renjun, jeno, haechan dan jaemin sudah berangkat sejak tadi bahkan pagi sekali, mereka harus sarapan di luar jadi harus berangkat awal.
Sedangkan chenle sama jisung bilang kalau mereka berangkat bareng temennya, mark awalnya ragu namun diyakini oleh chenle.
Mark bergegas turun, sekarang rumah sudah sepi ayah johnny juga sudah berangkat bekerja, sejak kejadian tadi malam mereka bertujuh belum memiliki rencana berbicara atau menemui ayahnya itu.
"Mampus telat", tangan mark yang udah meraih knop pintu segera menjauh karna pintu dibuka dari luar.
Ya ayah johnny, bukankah ayah sudah berangkat pikir mark, mereka saling beradu tatap tanpa ada pembicaraan atau sekedar sapaan.
Mark tidak menghiraukan dan memilih menuju mobilnya, belum sempat membuka pintu mobilnya suara johnny terdengar dan membuat langkah mark terhenti.
"Begitu cara kamu menghormati orang tua mark?"
Mark tidak memalingkan pandangannya, tidak berniat menatap ayahnya itu "Maaf yah".
"Kamu sadar apa yang kamu dan adik adikmu lakuin itu udah nyakitin bunda yena? Ayah benar benar kecewa dengan sikap kalian", mark masih diam tidak menjawab.
"Ayah ngelakuin ini demi kalian, ayah mau kalian punya keluarga yang utuh, ada ayah ada bunda, dan bunda yena bisa memenuhi itu semua", ucap johnny frustasi.
"Ayah janji ini yang terakhir, dan pilihan ayah ini yang terbaik mark ayah yakin", kata johnny final.
Mark berbalik menatap laki laki yang menjadi selalu ia hargai dan banggakan itu "kali ini siapa yang akan mengalami trauma ayah? Jeno? Nana? Atau bahkan lele sama jiji?"
"Apa ayah juga gak sadar? Selama ini pilihan ayah gak pernah tepat? Ayah tega liat renjun selalu ketakutan inget masa lalunya? Ayah tega liat haechan balik jadi anak yang murung lagi karna ketraumaannya? Ayah tega?", Kalimat akhir mark di iringi nada dingin dan penekanannya.
Johnny tidak menjawab namun tangannya melayangkan satu tamparan di pipi putra sulungnya itu.
Plak
"Abang!!"
"Ayah jahat tau gak, aku benci ayah", kata jaemin yang tiba tiba pulang ke rumah, niatnya tadi ngambil buku yang ketinggalan di anterin jeno.
"Setelah kejadian ini ayah gak perlu khawatirin kita lagi ayah bebas hidup dengan pilihan ayah", ucap jeno dingin dan menggotong mark ke dalam mobilnya.
Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut johnny setelah ketiga anaknya itu pergi, dadanya juga sesak kenapa dirinya hilang kendali seperti itu.
Lagi lagi kepalan tangannya memecahkan jendela rumahnya.
•Dream Family•
"Kamu bawa uang berapa?"
Jisung memeriksa saku celananya "cuma ada Rp.50.000"
"Yaudah itu buat nanti kita jajan, buat ongkos pake duit aku aja", kata chenle yang di anggukin jisung.
Sekarang mereka lagi di pinggir jalan nungguin taksi.
"Bang ke Butik 7Angle Sera ya", titah chenle pada supir taksi itu.
"Kira kira bunda baklan marah gak ya le kita bolos gini?", Chenle yang sibuk sama hp-nya cuma senyum doang.
Jadi mereka itu tadi emang punya niat gak sekolah hari ini buat pergi nemuin bunda seranya.
Lima belas menit perjalanan mereka sampai dibutik milik bundanya itu.
Setelah turun dari taksi mereka langsung masuk ke gedung berlantai lima itu.
"Misi mbak bunda sera-nya ada gak?", Tanya jisung pada salah satu pegawai.
"Maaf dek ibuk belum dateng, palingan setengah jam lagi beliau dateng", ucap perempuan itu.
Chenle jisung ngangguk bareng "yaudah kita tunggu di cafe lantai dua aja mbak", kata chenle
Butik milik bunda sera ini emang bukan sekedar butik aja sih, dilantai satu itu bagian aksesoris lantai dua cafe dan lantai tiga sama empat butiknya dan lantai lima itu kantor bunda sera dan pegawainnya.
•Dream Family•
"Kalian kenapa tadi balik lagi?"
Jeno yang lagi nyetir jawab "tadi buku tugasnya nana ketinggalan bang makanya kita balik lagi"
"Tadi ayah ngomong apa bang? Kenapa abang bisa ditampar ayah", tanya jaemin yang duduk di kursi belakang.
Sebenernya tanpa di jawab mark pun mereka udah tau ini pasti kelanjutan yang kemarin malam.
"Ayah tetep kekeh mau nikahin tante kemarin"
Jeno sama jaemin cuma diem doang sekarang mereka cuma bisa berdoa dan di saat kek gini kehilangan bunda sera emang pedih banget.
"Kalian balik kesekolah lagi aja, masalah tadi cukup kita bertiga aja yang tau, no mobilnya abang pinjem boleh ya?", Jeno ngangguk senyum.
"Nanti abang jemput sepulang sekolah, jangan dipikirin ya dek, belajar yang rajin", jeno jaemin salim sebelum turun dari mobil.
Mark pergi ninggalin parkiran sekolah adiknya, sekarang dia mau ke kampus dulu nyelesaiin masalah dikampus dulu baru habis itu masalah di rumah.
"No gua titip tugas laporan gua ya, sekalian titip absen buat ntar siang"
"Eh tapi nanti-"
"Udah kali ini doang kok ya no ya lu dino saurus terganteng deh"
"Bangke", dino pengen nampol mark tapi dia udah lari aja ke parkiran.
"Oke sekarang masalah rumah", monolog mark yang di udah di dalem mobil, dia bingung mau ketemu bunda sera apa enggak, dia gak tau harus cerita ke bunda sera atau enggak soal ayah tapi gimana pun pasti bunda sera udah tau masalah ini.
"Bunda jangan bunda jangan bunda? Keknya emang bunda pilihan yang tepat", habis ngomong gitu mark langsung lajuin mobilnya ke tempat bunda sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Family
FanfictionCoretan ke-DUA Start : Agustus 2020 Finish : Desember 2020 201222 #1 jungsungchan 210514 #1 nakamotoyuta 210824 #1 shotaroosaki 211113 #1 xiaodejun 221201 #1 chittaphonleechaiyapornkul 210816 #2 shotaroosaki 210825 #2 qianqun 210828 #2 chittaphonlee...