.
.
.
.
.
.Yoongi terpaku setelah mendengar penjelasan sang mama. Dia memproses semu yang mamanya katakan kepadanya. Jadi semua ini hanya salah paham? Tapi kenapa mereka terus-terusan ribut? Mengapa mereka tidak menyadari jika mereka hanya di adu domba selama ini?
Yoongi jadi merasa bersalah, berbulan-bulan dia tidak pulang dan tidak sedikitpun mau menemui orang tuanya. Ia memang keras kepala tapi juga tak tahan jika harus mendengarkan suara ribut setiap ia keluar kamar.
Yoongi hanya bisa terdiam sekarang. Entah apa yang harus dia lakukan, mengingat kala setiap malam dirinya menangis hingga mata sembab saat pagi hari membuat otaknya tak dapat berpikir. Apalagi saat mendengar suara kedua orang tuanya ribut, membuatnya benar-benar muak. Ditambah tamparan yang ia dapat dari papanya, bukankah itu semua tak adil?
Kira-kira siapa yang tega mengadu domba keluarganya hingga seperti ini?
"Sekarang papa kamu lagi sakit. Dia rindu sama kamu, hampir setiap hari dia nangis." Sambung Nyonya Min.
Yoongi mendongakkan kepalanya, "Papa sakit?" Ucapnya.
"Iya. Jadi mama mohon sama kamu. Ayo pulang nak, temui papa kamu. Dia bener-bener rindu sama kamu. Mama ga tega ngeliatnya."
Yoongi menatap Hoseok yang berada disampingnya. Ia tersenyum dan menganggukinya. Tangannya masih mengelus tangan Yoongi yang sejak tadi menggenggamnya.
"Tapi aku ga mau pulang. Aku tetep mau di apartemen kakek." Ucap Yoongi. Hoseok yang mendengarnya hanya bisa menggeleng pelan, dasar keras kepala! Pikir si Jung.
"Iya nggak pa-pa. Mama ga larang kamu, tapi mama minta kamu temui papa kamu, ya? Sekali aja, papa mau minta maaf." Ucap Nyonya Min.
Yoongi memikirkan ucapan mamanya sebentar. Mungkin Yoongi memang harus memaafkan mereka. Jujur saja, Yoongi juga merindukan mereka. Tapi karena egoisnya lebih besar, dia menepisnya. Akhirnya Yoongi menganggukkan kepalanya.
"Oke ma, tapi ga bisa sekarang. Besok pulang kuliah aja gimana? Yoongi habis ini ada sedikit urusan." Ucap Yoongi dan kembali menatap Hoseok dengan seringai kecilnya. Tentu saja kekasihnya paham sekali maksud Yoongi. Huh.. Hoseok jadi tak yakin dengan kalimat yang ia ucapkan tadi.
"Iya sayang. Terima kasih udah mau maafin mama sama papa."
Yoongi mengangguk dan ikut tersenyum kala melihat senyuman mamanya. Ingin sekali dia memeluknya tapi rasa gengsinya masih sedikit menguasainya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yoongi merebahkan tubuhnya di sofa sesampainya di apartemen. Dia merasa sangat lelah hari ini. Jam menunjukkan pukul 5 sore dan dia baru pulang setelah bertemu dan mengobrol lebih lama dengan mamanya tadi. Sedangkan Hoseok sendiri tengah berada di dapur setelah dia berganti pakaian. Yoongi menyuruhnya berganti pakaian karena Hoseok masih memakai seragamnya.
Si Jung kembali dari dapur dan membawa segelas air minum untuk Yoongi. Dia duduk disamping kekasihnya dan memperhatikannya.
"Mandi sana." Ujar Hoseok.
Yoongi yang awalnya menyembunyikan wajahnya pun menoleh dan menatap Hoseok.
"Nanti aja."
"Sana mandi dulu trus makan."
Min Yoongi mengambil posisi duduk dan menghadap ke Hoseok. Dia menyipitkan matanya. Apa Hoseok lupa?
"Kenapa?" Tanya Hoseok.
"Gak.. gapapa kok gapapa.." Ucap Yoongi sedikit kesal. Hoseok sendiri bingung, kenapa tiba-tiba Yoongi seperti ini?
"Gue cuma mau nagih janji pacar gue siang tadi." Sambungnya.