18

1K 126 2
                                    

Tak terasa hari telah berganti lagi. Hyunjin perlahan membuka matanya. Tidurnya lelap sekali tadi malam. Walau tubuhnya dihujami rasa lelah sekarang. Tapi dia senang sekarang. Karena malam tadi Chan nya sudah kembali. Chan yang dia kenal sudah kembali. Rasa senang nya akan lebih lengkap jika dia dapat keluar dari ruangan pengap ini.

Namun dia masih terperangkap di tempat sialan ini. Ah ingin rasanya Hyunjin meledakkan tempat ini. Sudah muak rasanya berada di sini.

Hyunjin bertekad untuk menemukan jalan keluar hari ini. Sungguh, hatinya tak sabar untuk bertemu Chan. Menemani kegiatan sepanjang hari. Membayangkannya saja membuat semangat Hyunjin membuncah.

Hyunjin berjalan menelusuri ruangan itu. Dia juga menajamkan indra penglihatannya untuk memeriksa ruangan ini. Kalau saja tersimpan pintu lain selain pintu utama.

Ya pintu utama itu terkunci. Sulit untuk membukanya dengan tubuh mungil Hyunjin. Jika bisa, sudah dari kemarin dia keluar dari sini.

Setelah menelusuri ruangan ini, hanya kecewa yang Hyunjin dapat. Lagi lagi tak ada pintu atau celah kecil di sini.

"Tolong! Buka pintu ini! Aku ingin keluar!" Ucap Hyunjin lirih dibalik pintu yang kini dia ketuk sekuat yang dia bisa. Namun tetap tak ada suara di luar sana.

Hyunjin menyerah. Dia pasrah dan hanya dapat meratapi nasibnya di balik pintu ini.

Dia tak tahu saja kalau di balik pintu itu ada 7 orang yang akan menghabisi nya hari ini.

.

.

.

"Huh berisik sekali dia!" Keluh Seungmin sembari mengerucutkan bibirnya. Tak tahan dia mendengarnya. rengekan Hyunjin.

Felix mengangguk "Ya aku juga sudah tidak tahan menghabisinya! Cengeng sekali dia." Keluh Felix sembari memutar bola matanya malas.

"Hyung, ayo segera habisi dia! Aku sudah tak sabar. Ingat stok makanan kita sudah hampir habis." Kini Seungmin sudah mengalungkan tangannya pada lengan Chan. Mengguncangnya dengan gemas. Begitulah Seungmin jika sudah bertemu Chan, dia akan sangat manja. Tetapi saat berada di luar dan Chan tidak ada di sekitarnya, dia akan menjadi sedingin es.

Maklum saja dari dulu dia sudah suka pada leadernya ini. Namun Chan tidak pernah membalas perasaannya. Sungguh malang sekali nasib Seungmin.

Sementara di sisi lain, Jeongin tengah menahan amarahnya. Tak tahan dia melihat Seungmin melakukan itu. Ingin sekali dia menggantikan posisi Chan. Namun itu adalah hal yang tidak mungkin. Sungguh cinta segitiga ini punya akhir yang sedih.


"Hei Seungmin, hentikan tingkah konyolmu! Lihat wajah hyung kita sudah muak dengan tingkahmu." Minho tertawa dengan candaan nya tadi. Puas sekali dia melihat wajah kesal Seungmin.


Changbin yang sedari tadi melihat, hanya memutar bola matanya malas. Tak berminat dia untuk bergabung dengan manusia manusia itu.


"Wah alat kesayanganku!" Jawab Minho dan Changbin semangat. Segera mereka menghampiri Han yang tengah membawa banyak alat eksekusi.


"Bantu aku membawanya, sialan!" Pekik Han terhadap dua orang tadi. Mereka segera membantu Han membawa barang barang itu serta membagikannya kepada member yang lain.



Mereka semua terlihat sangat semangat. Semua? Ah tidak semua ada satu diantara mereka yang tidak berselera melakukan hal itu. Ya dia adalah Chan.


Dia resah. Enggan sekali untuk melakukan hal itu.

Seungmin yang menyadari hal itu, segera bertanya kepada Chan. "Ada apa, hyung? Kau sangat tidak semangat. Apa kau sakit?"



"M-mana mungkin aku tidak semangat. Ayo! Aku tak suka berlama lama disini." Chan membuka pintu ruangan Hyunjin.



Ceklek


Sosok Hyunjin langsung menyapa mereka di pintu itu.

"Akhirnya aku kelu---ah kalian mau apa dengan alat alat itu?"















Thanks for reading, hope u enjoy it🌼🌼🌼🌼🌼🌼❤❤❤❤❤❤❤😊😊😊😊😊

obsession (Chanjin)⚠️ (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang