15

1.1K 122 6
                                    

Chan keluar dari ruangan tempat dimana Hyunjin berada. Dadanya sesak melihat wajah sendu Hyunjin tadi. Tak tega. Itu yang dirasakannya sekarang. Chan mengusak surainya kasar. Menyesali sikapnya terhadap Hyunjin.

"Ada apa, hyung ?" Tanya Seungmin yang baru saja masuk ke dapur.

"Ah tidak ada apa apa, Seungmin. Aku baik baik saja." Jawab Chan dengan menampilkan senyum nya. Dimple kini terpahat di pipinya.

"Ku pikir ada masalah." Seungmin kini menatap pintu ruangan yang menjadi tempat Hyunjin disekap.

"Lusa nanti kita akan eksekusi dia, hyung?" Jawabnya sembari menunjuk pintu itu.

"Hm" jawab Chan malas.

"Yes, aku sudah tidak sabar." Jawab Seungmin dengan nada gembira. Dia kemudian meneguk air yang sudah ada di genggamannya dan pergi meninggalkan Chan yang tengah dilema.

Bagaimana tidak? Dia kini tak bersemangat untuk mengeksekusi Hyunjin. Dia merasa ragu melakukan hal itu. Rencana yang dia telah susun perlahan terkikis. Apalagi membayangkan wajah Hyunjin yang tersiksa nantinya. Tak sanggup Chan untuk melanjutkan lamunannya itu.


Sama seperti Chan sekarang, Hyunjin juga tengah kalut. Dia merasa harus keluar dari ruangan ini. Firasatnya tidak enak. Seperti akan ada hal buruk yang akan terjadi disini.

Semua ini dipicu dari sikap Chan tadi. Itu bukan Chan yang dia kenal. Itu adalah orang yang berbeda. Tak ada sosok Chan dalam diri orang itu.

Hyunjin resah. Dia tak tahu harus berbuat apa. Berkali kali dia coba untuk mencari jalan keluar. Namun tak mendapat hasil apapun.

Hyunjin menyerah. Dia sudah lelah mencari jalan. Air matanya perlahan menetes. Membasahi pipi gembilnya. Dia mengingat kembali tujuan awalnya datang kesini. Dan kini dia menyesal telah melakukan itu.

Andai bisa kembali memutar waktu. Dia pasti tak ingin melakukan hal ini. Namun penyesalan hanyalah penyesalan. Hyunjin tak dapat memutar waktu. Mengulang semua dari awal.

Senggukan keluar dari mulutnya. Kini dia berdoa semoga firasatnya tak benar. Semoga dia bisa keluar dari sini tanpa ada hal buruk terjadi.

.

.

.


Chan memasuki ruangan Hyunjin. Perlahan kakinya melangkah mendekat ke arah Hyunjin yang tengah tertidur di atas kasur sembari membawa nampan berisi makanan untuk Hyunjin. Ditaruhnya nampan itu di meja kecil dekat kasur. Kemudian dia duduk di tepian kasur itu.


Matanya menatap lekat Hyunjin yang tengah tertidur. Ditatapnya mata Hyunjin yang sembab akibat menangis seharian. Wajahnya terlihat lelah akibat kehabisan tenaga.

Chan merasa gemas serta kasian disaat yang bersamaan. Dielusnya pipi gembil itu dengan ibu jarinya. Dan kemudian...


Cup

Bibir Chan mendarat diatas bibir tebal Hyunjin. Hyunjin tiba tiba terbangun dengan mata membulat. Hei kita semua pasti akan begitu jika di cium Chan🌚.


Chan pun melakukan hal yang sama. Tak kalah kaget dengan Hyunjin.

Sontak tubuh keduanya saling menjauh. Hyunjin masih mencoba memproses apa yang sedang terjadi.



"A-apa yang kau lakukan, Chan?" Tanya Hyunjin gugup.



"M-maaf apa aku mengganggu tidurmu?" Ah sial mengapa Chan jadi gugup begini.


"Hm tidak Chan. Kau tidak mengganggu." Jawab Hyunjin dengan senyum manis tersirat di wajahnya.



"Cantik" gumam Chan dengan wajah berhias semburat merah. Jantungnya kini berdetak lebih keras dari biasanya.



Sial! Jantung, ada apa denganmu? Batin Chan. Merutuki jantungnya yang kini berdetak sangat cepat.


























Thanks for reading. Hope u enjoy it❤❤❤❤❤❤🌼🌼🌼🌼🌼🌼😊😊😊😊😊😊😊

obsession (Chanjin)⚠️ (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang