17

1K 123 2
                                    

Hyunjin lelah. Ya, karena Chan telah melakukan penyatuan dengannya tadi. Setelah itu Hyunjin dibersihkan dengan air yang Chan bawa dari dapur dan menyuapi nya makan. Hyunjin terlihat lelah dan akhirnya tertidur. Dia tertidur dengan senyum simpul di wajahnya.

Manis batin Chan

Chan keluar dari ruangan Hyunjin. Hyunjin sedang tertidur. Chan tak ingin mengganggunya. Apalagi mengusik tidur lelapnya. Tak tega rasanya. Hei! sejak kapan Chan punya rasa tega terhadap mangsanya?

Saat pintu terbuka, Chan sudah disambut oleh Felix dan Changbin. Tangan Changbin melingkar pada pinggang Felix. Sedangkan kepala Felix menyandar pada bahu Changbin. Jika dilihat dari belakang, mereka seperti pasangan bahagia. Namun tidak dengan tatapan keduanya.

Mereka menatap nanar pada Chan. Chan hanya menunduk pasrah ditatap seperti itu oleh kedua insan itu.

"Ya ketua, kenapa lesu begitu? Padahal kau habis bersenang senang" tanya Changbin penuh penekanan.

"Pertanyaan mu sungguh tidak penting, Seo Changbin." Jawab Chan sembari melangkah untuk menjauhi kedua orang itu.

"Ini bukan kau yang biasanya, hyung. Kau terlalu lembut padanya." Timpal Felix

"Apa kau jatuh cinta padanya, hyung?" Pernyataan Felix sukses membuat Chan membatu di tempat. Chan kemudian berbalik dan menghadap ke kedua orang itu.

"Aku? Jatuh cinta padanya? Cih, jangan mimpi Felix!"

"Kau tidak bisa berbohong, hyung. Semua nya jelas terlihat. Kau tidak bisa membohongi kami."

"Apa kini aku terlihat sedang  berbohong?" Chan menjawab dengan wajah penuh amarah. Matanya mencalang menatap Felix yang sedari tadi menghujaminya dengan pernyataan tentang Hyunjin. Tidak tahu saja Felix, kalau kini hati Chan tengah berantakan karena pernyataan Felix. Dan dengan hebatnya dia dapat menyembunyikan hal itu.

Sementara Felix bergidik ngeri ditatap seperti itu. Pegangannya pada lengan Changbin mengerat. Tangan Changbin yang berada di pinggang Felix kini berpindah mengusap kepala Felix. Dia tahu kekasihnya itu sedang takut. Ya setiap Felix takut tubuhnya akan sedikit bergetar.

Kini Changbin menggantikan Felix untuk bicara. "Ya, hyung. Felix hanya mengutarakan apa yang dia lihat. Tidak usah kasar begitu jika pernyataan nya salah."

Chan menghela napasnya. "Iya iya, tapi tolong biasakan untuk tidak mengucapkan asumsi bodoh seperti tadi Felix." Felix mengangguk sebagai jawaban.


Baru saja Chan ingin meninggalkan dua sejoli itu, tetapi suara Changbin menginterupsi nya. "Ah iya hyung, apakah rencana kita itu sudah matang?"


"Hm" hanya itu yang dia berikan sebagai jawaban. Rencana, ya. Dia sudah tak berselera lagi akan hal itu. Bahkan jika boleh memilih dia akan memilih untuk tidak melakukannya.

.

.

.

Akhirnya Chan benar benar pergi dan kembali ke kamarnya. Setelah membuka pintu, dia segera merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dia merasa lelah akan kejadian hari ini. Bukan karena permainan nya dengan Hyunjin, namun karena rencana yang dibicarakan oleh Changbin dan Felix.

Kepala nya pusing memikirkan hal itu. Padahal biasanya Chan yang paling bersemangat dalam rencana ini. Terkadang rencana tersebut maju beberapa hari karena sikap tak sabarnya. Namun untuk kali ini tidak.

Tidak ada percikan semangat saat memikirkan hal ini. Bahkan niat pun kini di tepis Chan jauh jauh. Sungguh dia tak ingin melakukan hal itu pada Hyunjin.


"Ah sial aku harus apa?" Ucap Chan sembari menarik rambutnya sendiri.




















Thanks for reading, hope u enjoy it❤❤❤❤🌼🌼🌼🌼🌼🌼😊😊😊😊😊😊😊😊😊

obsession (Chanjin)⚠️ (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang