"Mas Abrian... aku suka kamu." Ujar gadis itu tiba-tiba, tepat di pinggir lapangan sekolah saat tak ada siapapun di sana. Tepat sebelum Brian melanjutkan langkah menuju hall utama untuk pertunjukan bandnya. Gadis itu terlihat sangat biasa, tanpa rona gugup yang menghiasi wajahnya. Brian bahkan tidak menemukan raut kecemasan seperti biasa yang ia tangkap setiap kali para gadis itu mendekat. Ia terlihat casual dengan pipi chubby dan tubuh sedikit gempal serta rambut sebahunya yang melambai tatkala sehembus angin melewatinya. "itu kata Joana. Anak kelas sepuluh A." ujarnya lagi masih mengulurkan sebuah kertas yang Brian duga adalah surat cinta yang ditulis tidak ada niat-niatnya. Surat itu lebih seperti surat dadakan yang dibuat sebelum ulangan harian, dengan kertas tengah Sidu tanpa pemanis yang membuat surat itu spesial. "diterima ya Mas. Kasihan kalo ditolak. Nanti aku gak jadi diajak jajan ke Yoshinoya." Tambahnya lagi membuat Brian kehilangan kata-kata. "udah ya Mas, aku duluan. Ini suratnya aku tinggal di sini. Aku masih harus les soalnya. Joana ada di sana, nanti di samperin ya." Ujarannya lebih seperti seseorang yang sedang menitipkan surat ijinnya alih-alih titipan surat cinta. Gadis itu terlihat smart namun bodoh di satu waktu. Jika itu memang surat cinta, tidakkan terlalu riskan meninggalkannya di bawah batu di tepi lapangan? Brian hanya tersenyum miring kemudian. _____ This story is fully dedicated to my beloved OTP lack of moment, Seulbri. I own nothing but the story line. The characters are fictional, there is no single thing related to someone's experience in real life. The book might contain many inappropriate words, so that please be wise readers :) Happy Reading Anak Timun | Bundanya Doun
41 parts