3. Best view

7.4K 872 110
                                    




"Hey Lee, mau makan apa?"



"Ck, terserah."




Jaemin melirik laki-laki di sebelahnya yang menatap ke arah jendela, tidak sudi menatapnya.




"Aku janji, setelah makan dan mengantarku pulang kau tidak akan melihatku lagi," ucapnya.




Jeno hanya menggumam kecil.




Perjalanan itu hening, hanya sesekali terdengar bunyi klakson dari mobil lain dan kilasan lampu sorot kuning.




Jeno menatap kilasan blur bangunan kecil yang tersebar layaknya kerikil, tebing batu tinggi yang membayang dan luasnya laut yang terus bergulung, menyatu dengan biru langit.




Sedikit, ia tersenyum menatap keindahan itu.



Jaemin melirik ke sebelahnya, menatap refleksi wajah Jeno dari kaca dan tersenyum lembut.




Lee Jeno masih sama.




Laki-laki pecinta kebebasan dan indahnya alam.




Pagar beton yang terus berjajar membatasi jalan dari curamnya tebing layaknya gigi yang tumbuh tanpa adanya perawatan mumpuni.




Hari belum juga menyentuh siang, namun sinar lembut itu lama kelamaan memanas dan menyilaukan mata.




Jaemin menurunkan sun visor di depan Jeno dan kembali menatap lurus ke jalan.




.





Jaemin membawa mereka ke sebuah restoran kecil yang masih sepi.




Beberapa orang sudah ada di dalam, bercakap ringan dan menikmati secangkir kopi ataupun sebuah roti isi.




Jeno menggigit roti isinya agak rakus, kalau diingat-ingat dia belum memakan apapun sejak kemarin siang.




Roti isi telur dengan mayonnaise, Jaemin masih ingat. Kesukaan Jeno.



Ia menyeruput kopinya dan memakan pelan roti isinya, memperhatikan lamat suasana restoran kecil itu.




Kasir yang tengah menawarkan menu kepada seorang pelanggan yang terlihat suntuk dan memasukkan tangan ke dalam kantong.



Sepasang lelaki dan perempuan yang mengobrol santai sambil berpegangan tangan dan sesekali menyesap minuman mereka.




Netranya kembali menatap Jeno yang telah menyelesaikan makannya dan menepuk sehelai tisu ke ujung bibir, membersihkan remah roti dan bekas saus.




Laki-laki itu menatap dalam diam seluruh gerak-gerik Jeno. Derum konstan jarinya yang mengetuk meja sambil memainkan ponsel, jelas tidak nyaman dengannya.




Sesekali ia akan mengerutkan alis dan menatap sekitar, tidak sabar menunggu Jaemin yang masih mengunyah pelan.




"Hei," Jeno menatapnya tajam, "bisa cepat sedikit?"




Jaemin menelan suapan terakhirnya dan mengangguk pelan, ia mengeluarkan dompet namun disela oleh Jeno yang sudah menaruh beberapa lembar uang di atas meja dan beranjak pergi.




Ia menunggu di samping pintu, menghentakkan kaki sementara Jaemin mengeluarkan kunci mobil Jeno dan membukanya.




Oh, tidak perlu diceritakan bagaimana ia bisa memiliki kunci mobil laki-laki bersurai kelam itu. Mudah untuk mengambilnya. Jeno mungkin tidak begitu bersahabat, tetapi ia agak mudah dibodohi.




Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang