21. Apocalypse

4.6K 544 195
                                    



*Play the song 👏 (seriusan wajib ini)







"Jeno!" Panggil Lee Donghae, ayah Jeno. Pria paruh baya tampan itu mengecek jam tangan silvernya.




"Cepat! Kita sudah hampir terlambat," Donghae menarik tangan Jeno.




"Iya, Papa."




Jeno langsung masuk ke kursi belakang mobil Donghae. Ini hari Minggu. Kegiatan rutin mereka untuk ke Gereja.



Satu-satunya waktu yang sempat mereka habiskan bersama sebagai keluarga.



Jessica, ibu Jeno sudah duduk di kursi depan penumpang. Ia menatap sebal Jeno, "Kamu ini kenapa lama banget sih?!"




Donghae dengan cepat melajukan mobilnya, memburu waktu karena jalanan akan macet di jam-jam seperti ini.




"Maaf, Mama."




Jessica tidak tahu kalau Jeno sudah hampir menangis di kamar mandinya tadi.



Pantulan lehernya yang tertutup bercak merah keunguan dari Jaemin seakan mengejeknya. Mengoloknya.



Ia benar-benar merasa bersalah dan berdosa. Ia merasa tidak pantas untuk menginjakkan kaki di rumah suci itu.




Tidak lama, mereka sampai. Jessica masuk terburu-buru, takut kehabisan kursi. Donghae menyusul di belakangnya namun ia berhenti ketika menyadari Jeno hanya berdiri di ambang pintu.




Di depan pintu kayu yang terbuka lebar menyambut mereka dengan sebuah basin berisi air suci di sebelahnya.




Jeno menatap air suci itu dan mencelupkan tangannya ragu.



Tangannya bergetar ketika membuat tanda salib. Donghae menatapnya bingung.



"Jeno? Kamu kenapa?"



"I'm fine, Papa. Ayo masuk, sudah penuh."




Jeno mendorong pelan pundak Donghae. Menuntunnya ke tempat Jessica sudah berada dan tengah berlutut berdoa.




Jeno berada di tengah-tengah orang tuanya dan berlutut. Ia mendongak menatap tubuh Yesus yang tergantung di salib di altar.



Yesus yang rela mengorbankan hidupNya demi menebus dosa manusia.



Dan ia disini, berani masuk ke rumahNya, penuh dengan dosa. Jeno tidak tahu harus merasa apa. Dia merasa tidak pantas sekaligus merasa salah.



Jeno juga tidak mau merasa seperti ini. Berkali-kali Haechan dan Renjun mengatakan padanya bahwa cinta bukanlah sebuah dosa. Tapi ia mencintai seorang laki-laki.




Jeno menunduk dan membuat tanda salib, sekali lagi memohon ampun padaNya karena memiliki perasaan terlarang ini.






.






Jeno menatap hampa pada pastor yang berkhotbah. Sedari tadi ia diam dan melamun.




"Whoever does not love does not know God, because God is love. From 1John 4:8," ucapnya mengakhiri khotbah.

(Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih) (1Yoh 4:8)





Jeno sedikit lega mendengarnya.





Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang