2. Encounter

9.5K 1.1K 211
                                    



Laki-laki itu menatapnya dengan sorot yang sama.



Tidak berbeda bahkan setelah tujuh tahun berlalu.



"Right?" Tanyanya.



Singkat. Suara itu berubah menjadi sangat dalam membuat Jeno sedikit tersentak.



Sudut bibirnya terangkat menjadi senyum simpul sambil menyesap secangkir kopi di hadapannya.



Ia melirik dari balik bulu mata panjangnya menatap tepat ke netra kelam Jeno yang bergetar.



"Y-ya, he's right," jawab Jeno.




Ia meneguk ludah dan menghembuskan napas lega begitu tangan penuh keriput itu lepas dari pundaknya dan laki-laki tua itu berjalan menjauh sambil mendecih dan mengumpat.



Jeno masih menatap laki-laki di hadapannya yang menjilat bibirnya, mengumpulkan sisa kopi yang tertinggal di bibir tipis itu.




Rambut kecokelatannya terurai acak, sebagian menutupi dahinya dan sebagian lagi tersisir ke ke samping.



"Still remember me?"



Laki-laki itu jelas menyadari tatapan Jeno, dan dia menyukainya.



Iris kelam yang sudah lama tidak ia lihat itu masih berbinar sama. Kulit putih pucat dan bibir merah merona sedikit tebal yang semakin menggoda.



Tahi lalat kecil di bawah mata sebelah kanan, juga hidung mancung bak perosotan.



Dan surai kelam yang bahkan membuat malam meringkuk malu disandingkan dengannya.



Ia hanya bertambah tinggi, tetapi posturnya tetap sama, sedikit kaku dengan punggung menempel rapat pada sandaran kayu setiap kali bersama dengannya.



Jeno meneguk ludah dan menghabiskan kopinya, lalu beranjak pergi terburu-buru.



Ia menuruni tangga dan langsung membayar ruangannya, tidak mengindahkan pandangan aneh si laki-laki tua yang melihatnya terburu-buru, hampir melemparkan kunci ruangannya ke wajah penuh kerutan itu.




Tanpa kata Jeno menaruh beberapa lembar uang dan masuk ke mobilnya, kembali melaju menembus jalanan dengan sepasang mata yang mengikutinya dari lantai teratas sampai menghilang di balik tikungan.




"Lee Jeno," gumamnya.



Ia menatap lurus ke kejauhan, menatap cahaya matahari yang mulai memanas dan langit biru berawan cerah.




Memikirkan laki-laki bersweater biru navy dan bersurai kelam.






.






Jeno menetralkan nafasnya yang memburu, dia tidak menyangka akan bertemu laki-laki itu lagi setelah sekian lama.



Dan ia berencana untuk pergi sejauh-jauhnya untuk menghindari laki-laki itu.




Musik yang mengalun kencang tidak membantunya untuk semakin berkonsentrasi.




Tapi lebih baik dibanding keheningan tanpa batas yang membuatnya tercekik oleh pemikirannya sendiri.




Jeno bebas, benar kan?




Tujuannya meninggalkan rumah pagi-pagi buta disaksikan oleh dua sepupunya hanya satu.




Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang