4. A maybe

5.5K 728 221
                                    




Ketika fajar menyingsing mereka berhenti di dekat sebuah pelabuhan tua yang hampir rubuh.



Kayunya dipenuhi lumut dan sudah lapuk, beberapa sudah bolong-bolong dan berkeriut nyaring ketika diinjak.



Tali temali berserakan dan saling melilit satu sama lain, menjadi gumpalan besar kusut dari tambang.



"Hati-hati," ucap Jaemin dari belakang.



Jeno mengangguk dan memijak dengan hati-hati, sesekali ia tersandung tambang yang berserakan dan mengerucutkan bibirnya. Alisnya mengerut tidak suka, tapi ia ingin duduk dj ujung dermaga dan memandang laut yang menumbuhkan berkas-berkas matahari.




Jaemin yang berada di belakangnya menggeleng sambil tersenyum kecil.




Akhirnya Jeno tersenyum riang ketika berhasil sampai di ujung dan mendudukkan dirinya. Kakinya mengambang di atas air, terayun-ayun pelan.




Angin segar berhembus dari utara, menerbangkan helaian rambut gelapnya.




Jaemin duduk di sebelahnya, meniru posisi Jeno. Ia menumpukan tangannya ke belakang, menopang tubuhnya.



Hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Tak ada suara yang diucapkan tapi anehnya terasa nyaman.



Ombak bergulung tenang jauh di depan, beberapa burung camar terbang berputar-putar di atas air mengincar mangsa. Siluet hitam mereka seolah menari di atas langit, kombinasi terbang mencuat tinggi dan menukik rendah.



"Jeno," untuk pertama kalinya Jaemin memanggil nama Jeno.



"Mhm~?" Laki-laki berkulit pucat itu masih sibuk memandangi pemandangan di depannya.



"Ada satu tempat yang ingin kutunjukkan padamu."



"Dimana?"



"Somewhere only we know."



Jeno terlihat berpikir sebentar, mengingat tujuh tahun silam. Tempat mana yang hanya mereka tahu?




Menyerah ia akhirnya berucap, "take me then."







.








Dalam perjalanan Jaemin berhenti sebentar di sebuah toko pakaian dan kembali dengan beberapa paper bag. Ia meletakkannya di kursi belakang.




"The fuck you bought?"




"Tentu saja pakaian," jawab Jaemin santai. Ia melirik kaki Jeno yang terpampang mulus akibat celana selutut yang ia pakai. Kain tipis itu semakin naik karena laki-laki berkulit pucat itu tengah duduk dan memperlihatkan pahanya.





"I know you have beautiful leg, but you don't need to show it off."





Jeno merapatkan kakinya dan mengambil selimut biru pastelnya terburu-buru. Menutupi pahanya dengan kain lembut itu dan menatap tajam Jaemin.





"Pervert."




"Only for you."





Jeno bisa merasakan sesuatu terbangun dan bergerak gelisah di dalam perutnya. Ia merapatkan bibir dan mengalihkan pandangan ke jendela, menyembunyikan wajahnya yang memerah.





Jaemin menatap refleksinya dari jendela dan tersenyum miring.




"My plan is," Jaemin mengetuk-ngetuk setir berbahan kulit itu, "kita bakal ke tempat yang mau kutunjukkan saat malam. Sekarang masih siang, ada tempat yang mau kau tuju?"




Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang