18. Teenage Dream ⚠️

12.5K 593 168
                                    



Seminggu kemudian Jeno masuk begitu saja ke ruangan Jaemin tanpa mengetuk pintu.



Laki-laki bersurai kecokelatan itu tengah sibuk memeriksa dan menandatangani tumpukan berkas di mejanya.




"Jaem?"



"Oh yes, baby? Ada apa?" Jaemin hanya mendongak sekilas ke arah Jeno dan kembali menunduk membaca apapun berkas yang di pegangnya itu.



"Ayo main."



"Tidak bisa sekarang, Jen. Aku sibuk."



Jeno mengerucutkan bibir dan membanting tubuhnya di atas sofa panjang di ruangan Jaemin.



"Daddy?"



Jaemin menjatuhkan pulpennya dan menatap Jeno kaget.



"Kau bilang apa tadi?"



"Kubilang, jadii?"



Jaemin menggelengkan kepalanya, sepertinya pikirannya terlalu ruwet sehingga salah dengar.



"Kau pulang saja, akan kukabari kalau sudah selesai."



Jeno menggeleng kuat dan bersandar ke sofa memainkan ponselnya, "I can wait."



Jaemin tidak menjawab, kembali tenggelam dalam pekerjaannya.



Jeno menyibukkan dirinya sendiri dengan memainkan games di ponselnya. Sesekali keluar untuk membeli kopi untuk Jaemin dan cemilan bagi dirinya sendiri.



Ketika jam makan siang tiba pun Jaemin bahkan menolak dan melewatkan makan siangnya. Terpaksa Jeno turun ke cafetaria kantor dan memaksa Jaemin untuk memakan satu lunch box bahkan menyuapinya paksa.



"Aku tidak mau kau mati karena kebanyakan kerja!"



Setelah makan siang pun Jaemin masih sibuk dengan pekerjaannya yang rasanya semakin bertambah banyak. Sekretaris laki-laki itu bolak-balik mengantarkan berkas baru untuk diperiksa dan ditandatangani.




Jeno berbaring santai di sofa dan menghitung sudah ketujuh kalinya perempuan berambut panjang itu, Seulgi, masuk ke ruangan Jaemin membawa berkas baru.




Perlahan ia digoda oleh kantuk dan tertidur meringkuk di atas sofa.






.





Bulan sudah menunjukkan kehadirannya ketika Jaemin meletakkan pulpennya, tangannya sangat pegal dan pundaknya sakit.




Ia mendongak dan baru teringat Jeno sudah menungguinya sejak sebelum makan siang.




Ia menghampiri Jeno yang terlihat tidak nyaman dan memeluk dirinya sendiri. Bibirnya mengerucut alami dan dahinya mengerut.




Dengan lembut ia mengangkat tubuh Jeno dan meletakkannya di atas pangkuannya.




Jeno menggumam pelan dan menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher Jaemin. Tangannya meremat pelan kemeja putih laki-laki itu kemudian memeluknya erat.




Jeno dan kebiasaan memeluknya supaya bisa tidur.




Laki-laki bermata biru itu mengelus punggung dan rambut Jeno. Ia kemudian memeluk pinggang ramping laki-laki itu dan menyenderkan dagu ke pundaknya.




Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang