24. Will you?

6.4K 545 122
                                    

*Play the song 👏

Insomnia lagi-lagi mengganggunya. Jeno duduk bersender di atas kasur dan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam.

"Baby, I will be back at 7 okay. See you," Jaemin mengecup pelipis Jeno dan beranjak pergi. Memakai sepatu pantofel hitamnya sebelum menghilang di balik pintu yang terkunci otomatis.

Sudah lewat dua jam.

Jeno keluar dari kamar dan duduk di atas sofa. Ia menatap kosong ruangan gelap yang ia diami.

Yang terdengar hanyalah detik konstan jam dinding yang seolah bergema kencang memantul di dinding.

Di saat sendirian dan gelap, Jeno membencinya. Karena pikirannya akan overthinking dan itu terusan-terusan bercokol sampai ia lelah karena menangis tanpa alasan dan tertidur.

Waktu terasa berjalan begitu lambat, sama sekali tidak mendukung Jeno.

Ia jadi berpikir.

Jaemin tidak pernah mengingkari janjinya.

Tapi sekarang iya, Jaemin mengingkari janjinya. Ia bilang akan pulang jam tujuh, tapi nyatanya sampai jam sembilan pun batang hidungnya belum terlihat.

Jeno memeluk lututnya dan mengangkat kakinya ke atas sofa. Ia menyenderkan dagunya di atas lipatan tangan dan mengayunkan tubuhnya pelan.

Biasanya Jaemin akan menenangkannya dengan cara itu sambil memeluknya. Seperti membuai seorang bayi.

Lima belas menit telah berlalu. Pukul sembilan lewat lima belas menit.

Jika orang tua yang secara teknis telah membesarkannya selama dua puluh dua tahun tega membuangnya begitu saja? Bukannya tidak mungkin laki-laki bermarga Na itu akan melakukan hal yang sama?

Ia sudah memberikan semuanya, apalagi yang Jaemin butuhkan?

Jeno menggigiti kukunya, mencoba menahan gejolak tidak nyaman di perutnya.

Seiring dengan menit yang berlalu jantungnya serasa diremas dengan sengaja, begitu menyakitkan sampai ia memejamkan mata.

Tiga puluh menit telah berlalu.

Seiring waktu berjalan, semakin banyak yang berkecamuk di benaknya. Campur aduk menjadi satu, seperti puluhan warna yang pada akhirnya akan menjadi hitam.

Jeno menunduk dan mati-matian menahan liquid bening yang sudah menggenangi pelupuk matanya.

Ia menutup matanya mencegah liquid itu untuk lolos keluar.

Tapi air matanya tumpah begitu saja begitu mendengar suara password pintu yang ditekan dan siluet Jaemin yang berjalan masuk sambil memegangi lehernya.

Ia meluruskan sendinya dan mendesah lelah. Pekerjaan yang semakin menumpuk membuatnya lembur dari hari biasa. Ada masalah di kantornya.

GREP

Jeno menubruk Jaemin dan memeluknya begitu erat. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang itu.

"Baby?" Jaemin mengelus rambut Jeno bingung. Sedetik kemudian ia bisa merasakan kemejanya basah.

Ia menangkup wajah Jeno dan menunduk, melihat baik-baik wajah orang yang dicintainya itu.

"Something bad happened?"

Jeno menggeleng dan memeluk Jaemin lagi. Ia tidak sanggup mengeluarkan bahkan sepatah kata.

Ia lega. Sangat.

Jaemin menggendongnya dan sama seperti kemarin, meletakkan laki-laki itu di atas pangkuan, menghadapnya.

"Tell me."

Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang