14. When You're Gone

4K 527 60
                                    


*Play the song 👏




"You love him. As a men."




Perkataan Johnny terulang-ulang di benak Jeno. Seperti sebuah kaset rusak.




"Kau kenapa?" Jaemin menoleh singkat ke arah Jeno. Ia sedang mengemudi.




"Jaem, what do you feel when you fall in love?"



Jaemin terdiam, "You fall in love with someone?"




"I don't know."



Jaemin memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Mereka berada di ruas jalan sepi dengan hutan kecil di kanan-kirinya.




Jaemin menutup matanya dan menyender pada jok.


Dengan pelan ia mulai menyebutkan setiap kalimat, murni dari relung hatinya yang terdalam.



"You want to see them everyday."



"You want to touch and hold them."



"You want to hear their voices."



Jaemin membuka matanya dan menatap ke kejauhan. Ke arah dedaunan yang bergoyang terhembus angin.




"You wanna keep them safe and sound."



"You want to give everything to them."




"You keep thinking of them no matter how hard you don't want to."




"And," Jaemin meneguk ludah dengan susah payah. Ia menatap Jeno, "You want to make them happy even if it will make you brokenheart and die."




Jeno menatap lurus ke depan. Tenggelam dalam pikirannya.



Jaemin sangat ingin bertanya. Pertanyaan, "so who is that?" Sudah ada di ujung lidahnya. Tapi ia takut. Sangat takut mendengar jawabannya.




Jaemin belum siap untuk hancur sepenuhnya.




"Thinking of someone?" Akhirnya Jaemin memberanikan dirinya bertanya.



"I guess," jawab Jeno.



Jaemin meneguk ludah. Ia amat penasaran. Tapi memutuskan untuk bertanya pada Jeno lain waktu.



"How lucky are them."







.








Jaemin hilang.




Jeno menunggu di depan pintu apartemennya semalaman. Memang sih dia tidak bilang, tapi Jeno juga tidak menyangka kalau Jaemin tidak akan pulang.




Ia kembali lagi esok paginya, mengetuk pintu unit itu tanpa adanya jawaban. Ia duduk dan memeluk lututnya di depan pintu.




Sebenarnya ia tahu password Apartement Jaemin. Dia melihatnya waktu itu. 2304. Tanggal lahirnya.




Tapi ia merasa ragu untuk masuk. Bukankah itu terlalu seenaknya? Kalau ia Haechan sih pasti sudah akan masuk dan berbaring di atas kasur tanpa peduli ada pemiliknya atau tidak.




Akhirnya Jeno memutuskan untuk masuk. Ia membuka sepatunya dan menaruhnya di atas rak.




Secara perlahan ia membuka pintu kamar Jaemin. Kosong. Kasurnya tertata rapi tanpa kerutan, seperti tidak pernah ditiduri.




Strawberries & Cigarettes || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang