31 kembali (2)

2.4K 121 1
                                    

"Lelah itu wajar, dan mengakhiri adalah solusi"

Maudy melirik bangku sebelah yang selalu tak pernah sepi, namun bangku itu kini justru kosong yang membuat Maudy semakin merasa sepi.

Cia, setelah tujuh hari lalu dinyatakan telah menghembuskan nafas terakhirnya yang ternyata bukan untuk selamanya.

Gadis tipe periang tersebut sempat bangun dari koma setelah denyut nadinya hilang sementara, tubuhnya yang semakin terlihat ringkih tersebut juga sempat melakukan video call seminggu yang lalu.

Maudy yang kembali teringat akan hal itu, juga tak bisa memungkiri bahwa Cia akan mengalami koma untuk kedua kalinya dengan jangka waktu yang dekat.

Malam itu, Cia sempat menunjukkan tanda-tanda kepulihannya dari kecelakaan ditrotoar, namun entah alasan apa Cia dengan tubuh lemasnya tersebut bersikeras untuk pulang.

Dengan kondisinya yang masih lemah, akhirnya Amel meminta dokter untuk memulangkan buah hatinya, dengan dalih akan benar-benar menjaganya.

Tapi tak lama setelah kepulangannya, Cia justru semakin drop, jahitan didahinya kembali mengeluarkan darah yang cukup deras, jahitan yang belum benar-benar kering itu kembali menganga.

Bahkan, Maudy masih ingat dengan janjinya yang akan memutuskan untuk terus bersama Cia, untuk berkuliah tahun depan dengan Cia.

Senyum Cia bahkan begitu terlihat jelas saat panggilan video tersebut masih berlangsung, dengan setelan baju tidur warna hijau bermotif kodok.

Saat itu, Cia juga sempat meminta Maudy untuk mengajak Aksa bertemu dengannya. Cia tak berharap banyak, ia hanya ingin melepas rindu setelah berhari-hari hanya dapat mendapat energi dari selang infus.

Tapi, harapan kecil itu pupus ketika dengan tega, Aksa menolak ajakan Maudy entah untuk alasan apa.

Maudy juga sempat menyuruh Bram yang merupakan teman dekat Aksa untuk membujuk cowok berhati es balok tersebut.

Namun, lagi-lagi Aksa terus menolaknya. Hingga akhirnya dengan berat hati Maudy memberi tau Cia, gadis itu masih berlapang dada, dan justru mengukir senyum dibalik pipinya yang semakin tirus.

"gak papa, suatu saat pasti Aksa sadar dan dengan sendirinya menghampiri Cia" tuturnya hari itu.

Perlahan air mata Maudy menetes, membasahi buku tulis yang masih belum ia tutup setelah pelajaran terakhir 30 menit yang lalu.

Hingga akhirnya, Maudy menutup buku tulisnya dan beranjak pergi dari kelas yang bahkan hanya meninggalkan dirinya seorang.

Langkahnya terseot, kemudian tatapannya tak sengaja bertubruk dengan tubuh Bram yang nampak tak jauh dari keadaan Maudy saat ini.

Maudy menghampiri, menepuk pelan pundak Bram yang membuat cowok bertubuh ideal itu lantas menatapnya.

"mau ke rumah sakit kan?" Langkah mereka tak berhenti, kemudian Bram menganggukkan kepalanya singkat.

"gue harap, hari ini Cia mau buka matanya" Tatapan Maudy menyorot dengan penuh luka.

"harapan kita sama" sambung Bram yang kemudian mengambil helm dan memberinya kepada Maudy.

Sempat bertemu dengan Aksa yang dengan santainya bahkan berbincang dengan saling berlontar senyum kepada Nesya. Membuat Bram semakin geram dengan tingkah sahabatnya yang semakin hari membuatnya muak.

****

Amel menyodorkan suapan ketiga, bebarengan dengan suara deritan pintu yang terbuka. Membuat Amel mengurungkan untuk melahap makanannya.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang