Hari sudah menjelang petang, dan Cia baru saja sampai didepan gerbang rumahnya sendiri. Bahkan Cia baru saja melepas helm berwarna hijau dan menyerahkan beberapa lembar uang sebagai ongkosnya.
"hehehe makasih Cia cantik" tak lain lagi, itu adalah jawaban Bram ketika menerima uang sebagai ongkos dari Cia.
Cia memang pulang diantar Bram, niat awalnya supaya tak mengeluarkan uang, tapi nyatanya sama saja, Bram malah menyuruhnya untuk memberinya ongkos.
"udah sana pulang! ngapain Bram masih disini" Cia sengaja mengusir Bram, karena lelaki itu yang tak kunjung pergi dari depan rumahnya.
"galak amat lo Ci, gak ditawarin masuk dulu nih, tawarin makan kek, minu-"
"gak ada! Cia gak punya makanan" Cia melipat tangannya didepan dada sambil mengerucutkan bibirnya beberapa centi kedepan.
"miskin-"
"biarin aja, udah sana pulang!"
Tanpa perlu menunggu Bram pergi, Cia lebih memilih masuk ke rumahnya, tak akan ada habisnya kalau berdebat dengan Bram.
****
Cia mendadak uring-uringan dengan bundanya. Bahkan Amel yang baru saja pulang dari butik dan belum sempat membersihkan dirinya, tapi cerocosan Cia sudah menggema dirumahnya.
"Bunda!! kenapa bunda gak jemput Cia? Bunda tau gak, tadi itu disekolah mau hujan, udah gitu sekolah udah sepi, Cia juga jadi bingung mau pulang sama siapa, Bunda udah gak sayang lagi sama Cia? iya?" Cia memberondong Bundanya dengan pertanyaan yang bercampur dengan kekesalannya.
"udah ngomongnya?" Tanya Amel jengah menghadapi sifat Cia yang semakin hari semakin menjadi.
"Belum! Cia marah sama Bunda! Gimana nanti kalau Cia ada apa-apa, Bunda tega liat Cia diapa-"
"Cia! Bunda kan tadi udah bilang sama kamu, lagian Bunda tadi itu kerja Ci" Amel sedikit menaikkan volume suaranya, berusaha memberikan pengertian kepada Cia.
Cia yang melihat raut sedih bercampur capek dari Bundanya membuat Cia bungkam, dan tentu saja merasa bersalah.
"maafin Cia bun, tapi tadi Cia beneran takut soalnya mau hujan"
Amel mengangguk singkat, kemudian kembali berjalan ke kamarnya, tubuhnya sangat lelah hari ini.
****
Cia merebahkan tubuhnya yang masih berbalut dengan handuk. Cia baru saja selesai mandi, bahkan ia belum berganti baju malah lebih memilih bermain dengan ponselnya.
Wajahnya nampak sumringah, padahal hanya memandang nomer whatsapp yang baru ia dapatkan dari Maudy.
Cia segera menyimpan nomer tersebut dan menamainya dengan Aksa.
Cia tadi sempat merengak kepada Maudy untuk mencarikan nomor Aksa. Bukan berarti Cia enggan mencari tau sendiri.
Tapi selama ini, Cia sudah berjuang untuk mendapatkan nomor Aksa, bahkan Cia sudah minta langsung ke Aksa, namun tetap saja tak ada hasilnya.
Entahlah, mengapa justru Maudy dengan mudah bisa mendapatkan nomor Aksa.
Tanpa berpikir dua kali lagi, Cia bahkan hendak mengirimi Aksa sebuah pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUFORIA [TAMAT]
Romansa"Fabricia Lesham Shaenette" gadis yang kerap di panggil Cia, salah satu siswi famous di SMA Mentari dengan segala perjuangannya untuk mendapatkan hati sang pujaan. "Aksa Delvin Shaquille Rezvan" sesuai dengan namanya, lelaki mempesona yang tampan da...