"Sempurna tak pernah bisa bersanding dengan manusia"
Restoran ala jepang tersebut nampak tak pernah sepi pengunjung, dengan desain rumah ala-ala Jepang, membuat penikmat enggan meninggalkan tempatnya.
Tiga menu yang berada dihadapan ketiga pemuda itu bahkan sudah tanggal separuh, namun sepenggal kata diantara ketiganya juga masih belum terdengar.
Maudy meletakkan sumpitnya setelah sesuap sushi salmon ia lahap.
"Gue udah tau semuanya" kalimat singkat tersebut tak mempan untuk seorang Aksa agar mengalihkan perhatiannya dari makanan didepannya.
"Jadi sebenernya apa sih motif lo jadian sama Nesya? ambil enaknya doang, abis itu--"
"Dy, itu bukan cuma salah Aksa" Nesya menepuk paha Maudy pelan, berusaha agar tak melanjutkan ucapannya supaya tidak menimbulkan pertengkaran diantara keduanya.
Nesya sadar, ini memang bukan sepenuhnya salah Aksa, justru disini posisi Aksa serba salah. Berada ditanggung jawab yang sebenarnya juga bukan sepenuhnya kesalahannya.
Aksa dan Nesya yang salah, mereka berdua, bukan salah satu diantara mereka.
"kecewa gue Sa sama lo, gak nyangka aja gitu orang yang kelihatannya gak pernah ngebuat masalah, ternyata punya kesalahan yang besar" Aksa sedikit tertohok dengan ucapan Maudy, raut wajahnya bahkan berubah dengan sangat jelas.
Sorot mata dinginnya kini tertuju penuh kepada Maudy yang duduk bersebrangan dengan dirinya.
"Jangan pernah punya ekspektasi tinggi, mana ada manusia yang gak pernah buat kesalahan"
"orang yang sekarang ngerasa paling bener juga belum tentu gak pernah buat masalah"
Kalimat terakhir Aksa cukup membuat Maudy sadar, faktanya memang benar. Sesempurna apapun orang lain menilai kita, belum tentu mereka tau kekurangan kita.
Ketiganya kembali diam, mungkin masih bergulat dengan fikirannya masing-masing. Tujuan awal Maudy mempertemukan Nesya dan Aksa untuk mencari titik terang dari masalah yang ada, tapi dengan sifat Aksa yang bahkan tak mau buka suara membuatnya semakin sulit.
"Aksa" Nesya mulai mengangkat pandangannya dan bertemu tatap dengan Aksa.
Sang empu yang dipanggil hanya menoleh sekilas, kemudian kembali dengan menyuapkan makanan yang dipesannya.
Nesya mengulum bibirnya, mengurangi rasa gugup. "berhenti buat peduli sama aku, lagian ini juga bukan tanggung jawab kamu" lirihnya pelan.
"gue akan lepas lo, setelah ada cowok yang mau nerima lo dengan masa lalu lo sebelumnya" tungkas Aksa masih dengan ekspresi datar.
"ini bukan salah kamu sepenuhnya Sa, lagian aku bukan tanggung jawab kamu, cukup rasa bersalah kamu ke aku selama ini"
"aku tau kamu gak suka, gak cinta sama aku, kamu lakuin semuanya ke aku--"
"hanya sebatas tanggung jawab"
"gak lebih..." air mata Nesya luruh begitu saja, Maudy yang duduk disebelah Nesya langsung menenangkan, sedang Aksa masih tetap dengan posisinya.
"gue akan selalu transfer, buat kebutuhan lo"
"kasih kabar kalo ada apa-apa"
Kalimat itu menjadi kalimat terakhir Aksa yang kemudian beralih keluar dari area restoran.
Maudy masih dengan kesibukannya yang menenangkan Nesya.
"Aksa kayak gitu karena dia ngerasa lo tanggung jawabnya Nes, dan mungkin disisi lain emang Aksa bener-bener sayang sama lo" hibur Maudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUFORIA [TAMAT]
Romansa"Fabricia Lesham Shaenette" gadis yang kerap di panggil Cia, salah satu siswi famous di SMA Mentari dengan segala perjuangannya untuk mendapatkan hati sang pujaan. "Aksa Delvin Shaquille Rezvan" sesuai dengan namanya, lelaki mempesona yang tampan da...