11 Happy Birthday!

2.5K 156 0
                                    

Dress putih selutut, rambut bergelombang yang sengaja tergerai, dan sedikit polesan make up menambah kesempurnaan seorang Cia.

Gadis tersebut baru saja turun dari mobil yang tentunya diantar oleh Amel, tangan kirinya membawa paper bag dan sebelahnya lagi membawa kue tart dengan dominan warna coklat.

Malam ini, Cia akan merayakan ulang tahun papanya, lilin kecil sudah melingkar diatas kue tart dengan rapih.

Cia berjalan memasuki pekarangan rumah milik Papanya, dari sini Cia sudah dapat melihat sang papa yang tengah duduk tenang sambil menyeduh kopi di tepi kolam renang.

Sepertinya kedatangan Cia memang tak disadari oleh Rasdan, Cia terus jalan mengendap, sampai akhirnya ia ikut duduk ditepi kolam, membuat sang papa sedikit terlonjak kaget.

Cia langsung memeluk Rasdan dan membenamkan wajahnya di dada bidang sang empu yang kini sudah mulai termakan usia.

Tanpa disadari, Cia justru menangis dipelukan sang Papa. Cia sendiri juga tak tau apa penyebabnya.

Hari ini, batinnya cukup capek menerima segalanya. Tadi di mobil, Cia sempat mengingat bagaimana dulu keluarganya yang selalu harmonis, bahkan perceraian saja tak mungkin terjadi.

Tapi justru semuanya itu tak ada yang bisa menyangkalnya, apapun yang terlihat baik-baik saja, bukan berarti akan tetap begitu selamanya. Takdir tak ada yang bisa menebaknya bukan?

Rasdan mengelus rambut Cia sayang, sambil mengecup puncak kepalanya. Papa Cia tersebut tau alasan dibalik Cia yang tiba-tiba menangis seperti ini.

Keluarga. Hal tersebut sering membuat Cia tersakiti, sering membuatnya membuang air matanya. Kejadian delapan tahun silam masih membekas dibatin Cia.

Gadis tersebut tak menyangka kalau keluarganya akan menjadi seperti sekarang.

Cia berdiri mengambil kue tart dan paper bag yang tadi ia letakkan dimeja yang tak jauh dari tepi kolam renang.

"Happy Birthday Papa, Selalu jadi Papa yag hebat buat Cia, selalu sayang sama Cia, selalu gini terus sama Cia ya Pa, dan Cia mau Papa gak akan nikah lagi dengan siapapun itu, kecuali Papa rujuk sama Bunda"

Cia menyandarkan kepalanya dibahu Rasdan, dan menyodorkan kue tart mungil yang dibawanya, lengkap dengan lilin yang sudah menyala.

"Sekarang Papa make wish dulu"

Rasdan menuruti perintah Cia, sejenak pria parih baya tersebut memejamkan mata, menundukkan kepalanya.

'semoga saya bisa cepat sembuh dari sakit ini'

Dan tak lama kemudian matanya kembali terbuka, bersamaan dengan lilin yang sudah mati.

Cia meniupnya, Rasdan yang melihat itu terkekeh singkat.

"Tetap jadi anak kebanggaan Papa sama Bunda"

Rasdan mengecup dahi dan pipi Cia, berlanjut dengan Cia yang ganti mencium Papanya.

"ini kenapa pa?"

Cia baru menyadari ada bekas goresan di tangan Rasdan, seperti sayatan pisau, atau benda yang terlihat tajam.

Luka itu sudah mengering, dan sedikit menimbulkan warna gelap.

"Pa..."

Rasdan tak menjawab, seperti ada suatu hal yang disembunyikan dari putri nya tersebut.

"Kegores besi kemarin" jawabnya seperti orang tak yakin.

Cia memicing, melihat dengan jelas raut kebohongan yang terpancar dari sorot Rasdan.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang