"Hanya tempat baru, bukan rasa dan ruang hati yang meminta orang baru untuk singgah"
Fajar sudah mulai menampakkan cahayanya. Secercah belaian hangat sang mentari yang mampu membangkitkan sedikit semangat.
Untuk yang terakhir kali.
Lemari yang berjejer rapih, hanya ada beberapa pakaian saja yang tertinggal. Beberapa barang sudah beralih tempat pada koper berukuran besar berwarna hitam.
Langkahnya gontai, berat sebenarnya untuk melakukan. Tapi harapan sudah hilang dalam sekejap. Aksa berharap, ini keputusan akhir yang baik, untuk semuanya.
Kedua orang tuanya juga sudah menyetujui kepergiannya kali ini. Aulia dan Delvin saling tatap melepas kepergian Aksa yang tak perlu rencana lama.
Punggung tegap dengan setelan baju santai namun terlihat begitu elegan menepuk ringan bahu Aksa yang melintas didepannya.
"jaga diri, jangan lupa kembali bawa cewek" Kekehan yang terlihat menyebalkan kali ini tak lagi begitu. Aksa merasa saudaranya tersebut juga enggan berpisah dengannya.
Keadaan. Lagi-lagi hal tersebut yang mengharuskan dirinya pergi, dengan waktu yang tak pasti untuk kembali.
"sekalian gue nitip" sambung Aska dengan suara berbisik, seolah-olah itu rahasia negara yang tak patut untuk diperdengarkan kepada orang lain.
Aulia memeluk Aksa erat, pelukan yang mengiringi perpisahan. Air mata bahkan sudah tak lagi terbendung dipelupuk, semua sudah merembes keluar, bahkan mulai membasahi pundak sang anak.
"hati-hati dek, jangan lupa kasih kabar mami, jaga kesehatan, pola makan juga" Aulia dengan tatapan sendunya, seakan mampu membuat Aksa runtuh seketika.
Keputusan tetap akan berjalan, sekuat apapun penghalang, akan tumbang dengan tekad yang sudah terancang.
Bergilir layaknya artis yang baru selesai melaksanakan konser, kini giliran Delvin yang akan mengucap perpisahan.
Pria paruh baya dengan segenap wibawa, menepuk sekilas pundak si bungsu, menyalurkan kekuatan.
"papi percaya kamu bisa" Kalimat yang mampu membuat hati mendapat keyakinan kembali. Ini memang keputusan terbaik.
Delvin mengambil alih koper yang diseret Aksa, keluarga kecil dengan empat anggota tersebut menghantar Aksa tepat dihalaman rumah.
Mobil hitam mengkilap yang kali ini akan membawanya pergi. Meninggalkan segudang rencana, rasa, serta cita-cita yang pernah terorganisir sebelumnya.
Bagasi mobil sudah tertutup, Aksa sudah bersiap akan membuka pintu kemudi, sebelum tangan sang ayah yang mencegah dengan kedua benda berharga tinggi.
Black card dan ponsel dengan 3 kamera bulat dibelakangnya. Aksa sempat mengerjapkan pandangannya, sebelum suara bariton khas Delvin menyeruak ditelinga.
"biar kamu gak gizi buruk" Sedikit lelucon penghantar perpisahan.
"hanya ada nomer keluarga, jangan lupa kasih kabar" Seru Delvin kembali, menyodorkan kedua benda dengan iris mata menatap lekat putra bungsu.
Seakan mengerti, Aksa merogoh saku celananya, memberikan ponsel lamanya dengan maksud untuk meninggalkan semua kenangan, semua rancangan, serta impian yang bahkan belum ia perjuangkan.
Brakk...
Lambaian tangan menjadi akhir dari perpisahan ini, Aulia masih berusaha menahan tangis dengan pelupuk yang bahkan sesak menahan tumpukan air mata yang siap meleleh kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUFORIA [TAMAT]
عاطفية"Fabricia Lesham Shaenette" gadis yang kerap di panggil Cia, salah satu siswi famous di SMA Mentari dengan segala perjuangannya untuk mendapatkan hati sang pujaan. "Aksa Delvin Shaquille Rezvan" sesuai dengan namanya, lelaki mempesona yang tampan da...