9 pacaran?

2.2K 152 0
                                    

Untuk kedua kalinya, Cia mendapati Aksa yang tengah berjalan beriringan dengan Nesya, bahkan Aksa tak segan membalas tautan jemari mungil Nesya ditangannya.

Cia hanya diam berdiri mematung, kakinya sulit untuk digerakkan bahkan tanpa suruhan pun air matanya sudah meluruh.

Entahlah, Cia benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Aksa pun memang cocok dengan gadis seperti Nesya, cantik, putih, pintar. Bahkan Nesya tergolong gadis yang multitalent.

Jika dibandingkan dengan Cia? Jelas jauh sekali, Cia yang kekanak-kanakan, yang bertubuh mungil, yang tak memiliki otak secerdas Nesya. Pantas saja Nesya bisa mendapatkan Aksa secepat itu. Cowok mana yang tak mau dengan cewek seperti Nesya?

Aksa dan Nesya berjalan menuju parkiran sekolah, menemui kawan-kawan Aksa yang tengah duduk dijok motornya masing-masing.

"waaaahhh bau-bau orang jadian nih" Bram menyapa Aksa dan Nesya terlebih dahulu.

"udah jalan yang keberapa nih? kok kita pada belum tau ciiihhh?" Gilang bertanya dengan suara yang sengaja dibuat alay, membuat temannya bergidik ngeri.

"Eh! Lo kira Nesya hamil!" Leo memukul pelan kepala Gilang, membuat sang empu langsung mengelus kepalanya.

Nesya hanya menanggapi dengan senyuman terbaiknya saja, tanpa melepaskan tautan jarinya di jari Aksa.

Nesya dapat melihat dari ekor matanya, bahwa Cia tengah menangis melihat kearahnya dan Aksa.

Nesya tersenyum licik, ia berhasil membuat Cia menderita. Ini belum seberapa, dan Nesya akan selalu membuat Cia seperti itu, menderita...

Cia menghalau air matanya agar tak terus mengalir, ia mulai membenahi wajahnya agar tak terlihat habis menangis.

Kemudian berjalan melewati Aksa dan kawanannya. Langkahnya terhenti ketika Bram memanggilnya dengan suara lantang.

"CIA!"

Cia berjalan menuju Bram, memenuhi panggilan dari tetangganya serta sahabat kecilnya tersebut.

"ada apa?" Cia berusaha menahan suaranya agar tak terdengar serak.

"pulang sama gue, tadi gue disuruh nyokap lo anter lo pulang"

Cia hanya manggut-manggut aja, tanpa menjawab ucapan Bram.

"lo kenapa Ci? Tumben diem, lagi sariawan lo ya?" Bram mulai menggoda Cia.

Bram tau sebenarnya dengan diamnya Cia saat ini, tapi Bram berusaha mencairkan suasana.

"Lah lo bilang mau anter Cia pulang? Kita kan mau kerja kelompok Bram! Gimana sih lo" Leo mengingatkan tujuan mereka berkumpul di tempat parkir setelah bel sekolah.

"Ya udah, Cia ikut aja kerja kelompok sama kita, lagian mana mungkin dia nolak ikut sama kita, apalagi kalau ada Aksa gini" Gilang menjawab omongan Leo, tanpa sadar dengan kehadiran Nesya diantara mereka saat ini.

"Emang Bram mau kerja kelompok dimana?" Cia kembali membuka suaranya,  setelah hanya diam mendengar perbincangan teman-teman Aksa.

"Di rumah Aksa, lo pasti mau ikut kan Ci?"

Diam, Cia berfikir lebih dalam. Mana mungkin ia ikut ke rumah Aksa, sedangkan Cia sendiri ingin cepat pulang, hatinya tengah tak bersahabat kali ini.

"gak dulu deh, Cia capek banget hari ini mau pulang langsung istrira-"

"Tumben lo, biasanya juga kan selalu ngikutin Aksa, udah nyerah lo ngejar Aksa? Udah gue bilangkan Aksa gak sepadan sama cowok murah kayak-"

"pulang sendiri" Aksa memotong ucapan Nesya sebelum gadis itu menyelesaikannya.

Aksa dengan cepat memakai helm nya dan pergi meninggalkan parkiran sekolah.

Nesya yang menjadi korban hanya bisa berdecak sebal, melihat Aksa yang tak bisa dijangkau lagi.

Nesya berjalan meninggalkan parkiran, dan dengan sengaja menyenggol bahu Cia cukup keras, membuat sang empu terdorong sedikit kebelakang.

"kasar juga tuh cewek" Kenzo bergumam kecil yang dihadiahi tatapan tajam Nesya.

"Naik Ci, gue anterin lo pulang dulu" Bram menyodorkan helm berwarna hijau yang sering digunakan Cia bila gadis itu nebeng kepadanya.

Cia hanya menerima, tanpa menyahut. Cia sadar, memang dirinya tak pantas jika bersanding dengan Aksa yang mendekati sempurna.

Cia tak menyangka kalau mendapatkan hati Aksa akan sesulit dan serumit ini. Hatinya selalu ingin memperjuangkan, tapi tubuhnya? Lelah.

Cia tak tau lagi, apa mungkin sampai disini saja perjuangannya mengejar Aksa?

****

Cia menyodorkan helm kepada Bram, tanpa sepatah kata pun gadis itu segera membuka gerbang rumahnya dan menguncinya kembali.

Bram bisa memaklumi bagaimana Cia, ia tau gadis itu sejak kecil. Dan mungkin memang sekarang Cia butuh diam dan menenangkan hati.

Ponsel yang didalam saku celana putihnya tersebut berdering sebentar, Bram langsung merogoh sakunya dan membuka pesan singkat Aksa.

Sharelock rumah Cia

Bram sempat tersenyum licik setelah membaca pesan singkat tersebut.

Dan dengan segera ia membagikan lokasi rumah Cia.

****

Tengkurap dengan beberapa buku yang berserakan, dan beberapa spidol warna-warni.

Cia baru saja selesai menulis di buku hariannya, sudah menjadi kebiasaannya. Cia selalu mencurahkan isi hatinya dibuku diary nya tersebut.

Hari sudah semakin sore, Cia hendak bergegas mandi namun bel rumahnya terdengar begitu nyaring.

Tapi tak ada niatan untuk membuka pintu, Cia cukup malas menerima tamu hari ini. Gadis itu mengambil handuk dan menggulung rambutnya keatas.

Satu jam, Cia sengaja mandi dengan waktu yang cukup lama. Cia ingin mendinginkan fikirannya.

Hari ini Cia cukup lelah, dimulai dari tugas yang tak ada hentinya, apalagi kejadian Aksa dengan Nesya yang terlihat begitu dekat.

Cia mengoles serum wajah dan menepuk bagian pipinya pelan, menggerai rambutnya dan hendak rebahan kembali.

Lagi-lagi suara bel terdengar kembali, dengan ogah-ogahan Cia membuka gerbang dan mendapati Bram yang tengah berdiri sambil menenteng tas laptop.

"ngapain Bram kesini? Cia lagi gak nerima tamu hari ini"

Bram justru langsung nyelonong masuk dan duduk dikursi teras rumah Cia.

Cia hanya abai saja, bahkan gadis itu meninggalkan Bram yang tengah asik memainkan laptopnya.

"Ci, tadi Aksa habis kesini, dia bilang rumah lo sepi, atau lo emang sengaja gak bukain gerbang buat Aksa?"

Cia yang hendak masuk ke dalam rumahnya mengurungkan niatnya, kemudian beralih duduk disebelah Bram.

"Cia lagi mau mandi, gak sempet bukain gerbang"

"Sakit hati lo liat Aksa sama Nesya tadi?" tepat sasaran sekali, Cia juga nampak terkejut dengan hal tersebut.

"me...mereka pa..pacaran?"







VOTE

VOTE

VOTE

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang