34 pamit

3.3K 144 4
                                    

"berhenti bukan karena lelah, tapi memang akan ada saatnya, dimana takdir berkuasa atas segalanya"

"Aksa... kamu beneran dateng?" Suara lirih Cia terdengar begitu melemah.

Aksa yang merasa terpanggil, duduk mendekati Cia, mengelus pelan rambut hitam legam gadis tersebut.

Aksa mengangguk singkat, diiringi senyum tulus yang terlihat semakin menawan dipandangan Cia.

"makasih udah mau kesini" Suara lemah itu kembali terdengar.

"gimana? udah enakan?"

Cia tersenyum simpul, menggenggam tangan Aksa seakan tak ingin cowok tersebut pergi.

Aksa dengan lapang hati juga membalas genggaman Cia, terlihat sedikit peduli dengan gadis didepannya ini, tak seperti sebelum-sebelumnya.

"tubuh Cia sakit semua Aksa, tapi habis ini Cia janji gak bakal sakit lagi, gak bakal ngerepotin Aksa lagi" Jawabnya meyakinkan Aksa.

"mau jalan-jalan gak?" Tawar Aksa yang hendak berdiri mengambil kursi roda disudut ruangan.

"emang boleh?" Cia bertanya balik, pasalnya sekarang Cia merasa tubuhnya mudah merasa lelah, ia takut kalau-kalau dokter dan bundanya tak memberi izin.

Aksa mendekat, membopong Cia dan mendudukkan dikursi roda, beralih dengan dirinya yang memegang pegangan kursi roda dan mulai mendorongnya keluar.

Cia mencegah, gadis tersebut memegang tangan kanan Aksa, sambil memiringkan wajahnya.

"kenapa?"

"makasih ya, Aksa udah mau repot buat ngajakin Cia jalan-jalan" Bibirnya yang semakin memucat terlihat tak luntur dari senyuman.

Aksa kembali menjalankan kursi rodanya, dan berhenti ketika mendapati brankar yang didorong oleh perawat dan keluarga pasien, dengan kondisi pasien sudah tertutup rapat oleh kain putih.

"gak!! Anak saya belum meninggal!! Dia masih hidup" Wanita paruh baya tersebut nampak menghalangi jalan, membuat beberapa perawat menghentikan kegiatannya untuk mendorong kembali brankar tersebut.

"Mah, ikhlaskan anak kita mah, jangan kayak gini, dia nanti makin gak bisa tenang disurga" Seorang lelaki paruh baya berusaha menenangkan sang istri yang nampak tak bisa menerima kenyataan.

"Anak kita masih hidup Pa, tadi dia masih becanda sama mama, gak mungkin dia meninggal secepat ini!!"

Cia kembali menoleh pada Aksa, kemudian bersuara.

"kalau Cia kayak gitu, Aksa sedih gak?" Tatapan Cia berubah sendu, kembali beralih menatap keluarga yang sedang dirundung duka.

"perjuangan lo masih panjang, umur lo juga pasti masih lama" Jawab Aksa, sambil kembali mendorong kursi roda.

"umur gak ada yang tau Aksa, kalau tiba-tiba Cia gak ada, Cia ikhlas kok, setidaknya Cia udah pamit sama Aksa" Cewek tersebut nampak sudah pasrah dengan takdir hidupnya.

Namun, entah kenapa Aksa menjadi sedikit tak rela jika perjuangan Cia hanya berhenti sampai disini, bahkan dirinya saja masih tak bisa memastikan kepada siapa hatinya berlabuh.

Aksa memutar kursi roda Cia, menghadapkannya langsung dengan air mancur dan kolam ikan didepannya.

Kemudian, Aksa berjongkok disebelah Cia.

"terusin perjuangan lo buat dapetin gue, tapi untuk saat ini, gue sendiri bingung dengan perasaan gue yang sebenarnya untuk siapa" Jujur Aksa.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang