28 Jatuh, Rapuh, Luruh

2.7K 131 4
                                    

"Jangan mempunyai asumsi berlebih, Jika itu membuatmu semakin perih
Lantas solusi apa yang kau cari? sedangkan dambatan hati belum kau miliki"

Entah untuk yang keberapa kalinya ponsel Cia berdering nyaring, membuat Cia sedikit menggeram dan menghentakkan buku tebal bertuliskan Fisika.

Sejak satu jam yang lalu, entah gerangan dari mana Cia mau mengerjakan tugas fisika yang didapatnya tadi dari sekolah, namun ponselnya terus saja berdering ditengah aktifitasnya menghitung.

Cia berjalan gontai, menghampiri ponselnya yang ia biarkan tergeletak diatas ranjangnya.

Nama Aksa Delvin sudah memenuhi log panggilannya, dengan beberapa pesan yang juga memenuhi notifikasi ponselnya.

"haloo ada ap--"

"buruan keluar, gue didepan"

Satu kalimat tersebut lolos sebelum Cia menyelesaikan ucapannya, bahkan kini sambungan telpon tersebut juga ikut terputus.

Alih-alih segera menemui Aksa, Cia justru membuka pesan darinya terlebih dulu.

heh

keluar buruan

bawa buku fisika gue sekalian

Cia berdiri mematung, ia lupa memberikan buku Aksa kepada Bram. Mampus lah kalau gitu, pasti nanti Bram akan ikut memarahinya.

****

Cia mempersilahkan Aksa masuk, tapi cowok tersebut kekeuh enggan untuk masuk, dan memilih duduk dihalaman rumah Cia.

"mau Cia buatin minum gak?" Tawar Cia yang hendak berdiri dan berlalu menuju dapur.

"boleh"

Cia berlalu meninggalkan Aksa, kali ini ia tak mau berbicara banyak dulu kepada Aksa. Entah kenapa, disaat seperti ini Cia merasa luka dihatinya semakin perih, apalagi kalau melihat wajah Aksa. Seketika, sekelebat kejadian yang membuatnya sakit hati terlintas begitu saja.

Tapi, satu sisi Cia juga gak bisa sok cuek dihadapan Aksa.

Emang cinta bikin bodoh.

Andai aja cintanya kepada Aksa tak terlalu dalam, andai dulu Cia membentengi hatinya agar tak mencintai dan melukai dirinya secara bersamaan.

Pasti ia tak akan terus-terusan merasakan lara.

Cia kembali dengan sebuah nampan berisi orange juice, dan satu toples cookies buatan Bundanya.

"Kenapa bukunya gak lo kasih ke Bram?" Aksa bersuara setelah meminum orange juice buatan Cia.

"maaf, kemarin Cia lupa" Lirihnya.

Sedangkan Aksa, cowok itu kembali diam, dengan segala fikiran yang berkecamuk di benaknya.

"Aksa.."

Cia memanggil Aksa yang hanya dijawab dengan deheman.

"boleh.. tanya sesuatu gak?" Cia sedikit menundukkan pandangannya, untuk saat ini, ia masih belum ada keberanian untuk menatap Aksa.

Takut, kalau perasaan yang dimilikinya semakin membuncah.

"tanya apa?"

Cia menarik nafasnya sebentar dan menghembuskan dengan berat.

Siap tak siap, Cia akan mengungkapkannya. Hal yang mengganjal sejak dirinya memergoki Aksa yang kembali pulang bareng dengan Nesya, seakan-akan berita putusnya mereka hanya sebuah angin lalu saja.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang