Part 1 ; Rahasia Besar.

8.6K 897 46
                                    

Netra kembar itu menatap pantulan dirinya dari kaca. Entahlah, dia rasa, bibirnya sangat pucat kali ini. Lebih pucat dari biasanya.

Dengan perlahan, pemuda 17 tahun itu memoleskan lipbalm berwarna pada bibir pucatnya. Sengaja. Agar orang-orang tak melihat wajah menyedihkan seorang Keenan.

Lalu tubuh kecilnya ia bawa ke meja makan. Untuk sarapan tentunya. "Cih, siapa yang nyuruh lu buat sarapan sama gue?!" Sarkas sang kakak yang sedang duduk didepannya.

"M-maaf, Keenan—"

"Pergi sana! Gak mood gue, liat muka lu." Potong Bagas.

Bagas Daffin Ravindra. Kakak dari Keenan Aksa Ravindra. Adik-kakak yang terpaut umur cukup lama yaitu, 7 tahun. Mereka jarang berbicara, memang. Karna jika mereka ditempatkan disatu tempat yang sama, suasana canggung akan langsung menemani keduanya.

Ah, sebenarnya Keenan sangat sayang pada sang kakak. Tapi, semenjak kejadian yang merenggut kedua orang tua mereka, Bagas jadi selalu mengkasari Keenan.

Tak apa, Keenan maklum. Karna memang, dirinya lah yang patut dibenci karna sudah membunuh kedua orang tua mereka.

Tak apa dirinya dipukuli terus-terusan oleh Bagas, dia juga tau kalau ditinggalkan oleh ibu dan ayah itu, rasanya memang sangat berat dan menyakitkan.

Keenan selalu memaklumi itu.

"I-iya kak. K-keenan berangkat dulu.." gumam Keenan yang tak berani melihat mata Bagas yang sedang menatapnya nyala.

"K-keenan pergi—"

"Assalamualaikum..," lanjutnya.

Sepeninggal adiknya, Bagas langsung menghela nafas panjang.

Ia lelah sebenarnya, terus-terusan menjaga jarak dari Keenan. Tapi egonya terlalu besar untuk menerima lapang dada atas semua yang terjadi pada keluarga kecilnya.

Disisi lain ia sayang pada Keenan. Tapi disisi lain juga, dia masih ingin merasakan kasih sayang orang tuanya.

Bagas selalu menyalahkan Keenan atas semua yang terjadi. Keenan pun menerima dengan senang hati. Bentakan demi bentakan yang terus dia dapatkan dari sang kakak. Pukulan demi pukulan juga dia terima dengan sabar agar sang kakak puas.

Tapi satu hal yang Bagas tak tau. Kalau Keenan menyimpan rahasia besar yang hanya dirinya, teman terdekatnya, dan Tuhan yang tau. Bagas tak perlu tau soal ini. Keenan takut kakak malah makin benci Keenan— pikir si Aksa.

·
·
·

Keenan yang baru saja keluar dari rumah langsung berjalan cepat untuk menuju halte.
Dia tak mau ketinggalan bus seperti hari sebelumnya. Yang berakhir di lapangan sambil menatap tiang bendera ditemani dengan teriknya sang surya.

Ngiiitttt~

Bagus! Bus nya datang tepat waktu saat Keenan baru saja sampai di halte.

Dengan langkah cepat, Keenan masuk ke bus lalu menempelkan kartu untuk membayar bus nya. Dan mencari tempat duduk dipojokan, yang pas sekali sedang kosong.

Bus mulai berjalan, Keenan hanya fokus menatap jalanan luar dari jendela disebelahnya. Bus ini kosong, sangat nyaman untuk seorang Keenan yang memang tak suka keramaian.

·
·
·

Pukul 6.42

Bus berhenti di halte dekat sekolah Keenan. Keenan yang tadinya melamun langsung sadar dan cepat-cepat turun dari bus tersebut.

'Hari baru, Keenan.' Batin Keenan berbicara. Menyemangati dirinya yang tadi sempat murung.

"Aksa!" Merasa dirinya dipanggil, Keenan langsung menengok kebelakang.

Bruk!

Remaja tersebut dengan brutal menabrakkan tubuhnya ke dada Keenan. Membuat yang ditabrak meringis kesakitan.

"Eh?! S-sorry! Gue— gue lupa!" Remaja yang menabrak tadi panik, karna tiba-tiba bibir sahabatnya itu memucat dengan ringisan kecil yang tercipta dibibir nya.

"Gak papa, Dev..." Lirih Keenan. Tapi Keenan tak bisa berbohong, dadanya terasa nyeri sekarang. Akibat dia lupa untuk meminum obatnya.

Ah iya, kenal-kan dulu. Namanya Devan Azura Rafardhan. Sahabat kecil seorang Keenan Aksa Ravindra. Nah, dia adalah orang yang tadi kita bicarakan. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia besar si bungsu dari keluarga Ravindra.

Mereka berteman sudah cukup lama. Karna hubungan orang tua mereka pun sangat dekat.

Kebetulan juga, ayah Devan adalah dokter yang menangani Keenan.
Awalnya, Keenan bilang kepada Om Raihan— ayah Devan, agar tak memberitahukan hal ini pada anak bungsunya itu. Tapi sepertinya bibir om Raihan tak bisa diajak kompromi.
Yah... Dengan tak sengaja, Raihan membocorkan itu pada sang anak. Devan tentu kaget, tapi ia berusaha untuk tak merasa kecewa. Karena ia tau, pasti ada alasan kenapa sahabatnya tak mau memberitahu dirinya.

"Nih! Obat lo!" Dengan gerakan cepat Keenan mengambil satu tablet kecil yang sudah ada di tangan Devan, lalu meminumnya tanpa bantuan air.

Sedikit kesusahan awalnya untuk menelan tablet tersebut tanpa air, tapi akhirnya obat itu masuk juga kedalam tubuh Keenan. Setelah itu Devan memberi Keenan air mineral yang kebetulan ia bawa dari rumah.

Tubuh Keenan sudah lemas sekarang. Dengan keringat dingin yang terus bermunculan. Devan jadi menyesal karna menabrak sahabatnya itu tadi.

Seandainya ia tak lupa kondisi Keenan yang sekarang, mungkin mereka sudah sampai dikelas dan duduk sambil saling mendengar celotehan masing-masing.

"M-maaf, gue lupa. Asli, Sa. Gue lupa." Ada nada menyesal dan khawatir saat Devan mengucapkan kalimat itu.

"Ih! Paan sih! Kayak apa aja. Gue gak akan mati karna cuman ditabrak lo, Rafardhan." Ucap Keenan lalu dilanjutkan dengan kekehan kecil disana.

Devan mendengus kesal. Disaat seperti ini sahabatnya masih saja bercanda. Jika saja tadi Keenan tak cepat-cepat meminum obatnya, mungkin sekarang dia sudah ada di ruangan serba putih tempat ayahnya selalu bekerja.

"Dah yok, kita ke kelas. Ntar terlambat masuk gerbang, malah disuruh hormat di tiang bendera sama pak Ilham."

"Udah kuat lo?" Tanya Devan memastikan.

"Udahlah. Jalan doang, kelas kita juga gak terlalu jauh." Jawab Keenan dengan yakin.

"Yaudah, yok." Keenan mulai berdiri, tapi tiba-tiba tubuhnya oleng bahkan hampir jatuh jika saja Devan tak menopangnya dengan cepat.

'Ish! Ngeyel banget ni anak satu!' Batin Devan menggerutu.

Mereka sampai dikelas. Dan saat Keenan dan Devan baru duduk, bel masuk langsung berbunyi. Membuat kedua insan tersebut menghela nafas lega, untung gak terlambat— pikir keduanya.

·
·
·

—————————————————————

Part 1 udah ku upload... Huwaaa
Thankyou kalian-kalian semuaa, yang udah mau baca work ini. Lebih baiknya lagi yang udah vote work ini😭💖

Oh iya, sebelumnya mau minta maaf dulu kalau story ini mungkin bakal slowup akibat sering kehabisan ide...

So,... IM SORRY~!!!!

Segitu dulu deh
Jangan lupa vote+comment (vote doank gak papa kokk)
Bye byee~~~

Have a nice day!✨

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang