·
·
·
·
·"Ayo dong dek, makan... Katanya mau cepet pulang..." Ucap Bagas sambil menaruh sendok yang sebelumnya berhenti bergerak diudara karna Keenan yang tak mau makan, ke mangkuk berisikan bubur hangat.
"Keenan bosen makan bubur terus, kak... Gak ada rasanya juga..." Jawab si bungsu.
Sudah terhitung seminggu penuh Keenan terkurung diruangan berbau obat-obatan ini.
Sudah seminggu juga Bagas berkelakuan baik padanya. Jujur, Keenan masih takut jika ini hanya kepura-puraan belaka.
Ia, takut. Takut jika saat dia pulang kembali ke rumah, akan dipukuli lagi. Takut jika kakaknya lagi-lagi membentaknya dengan suara lantang dan makian yang tak ada hentinya.
"Perut Keenan bakal sakit kalau diisi. Lebih baik gak diisi, iya kan?" Jawab Keenan enteng. Yang langsung mendapat sentilan sedikit keras dari si kakak di lengan putihnya.
"Ih kak!—"
"Makan dek." Bagas berkata tegas, membuat Keenan ciut dan akhirnya memakan sesendok bubur yang sudah dingin tadi.
Si Aksa mulai mengunyah. Tapi detik selanjutnya ia berlari kencang kearah kamar mandi yang disusul juga oleh Bagas.
Keenan muntah, untuk kesekian kalinya.
Tak ada yang keluar dari mulutnya, hanya cairan bening yang lama kelamaan bercampur dengan darah yang merah.
Bagas terkejut, tapi berusaha tetap tenang. Ia hanya bisa mengusap pelan punggung lebar adiknya, sambil menatap sendu si bungsu yang mungkin sangat lelah sekarang.
Bagas membersihkan sedikit sisa darah yang ada di sudut bibir adiknya, "Sakit, hm?" Keenan mengangguk pelan, membuat pertahanan Bagas seketika runtuh.
Si sulung menangis, tapi tak ada isakan. Hanya air mata yang dengan deras berlomba-lomba untuk keluar.
"Jangan nangis... Keenan gak suka." Lirihnya sambil menghapus pelan air mata di pipi Bagas.
Bagas tersenyum membalas itu, lalu tubuh kecil adiknya ia dekap dengan usapan lembut di punggungnya. Memberikan rasa hangat dan berharap bisa menyalurkan sedikit tenaga bagi si Aksa. "Yok, ke kasur dulu..." Ajak Bagas sambil merangkul pundak Keenan.
Keenan hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah sang kakak yang sedang merangkulnya.
"Minum dulu nih..." Keenan menurut, kemudian ia meminum air di gelas itu dan langsung membaringkan tubuhnya lagi.
"Tidur aja kalau mau dek... Gak usah ngeliatin kakak gitu...-"
"Kakak ganteng banget ya...? Perasaan kamu ngeliatin nya kayak perawan aja.." sambung Bagas.
"Tapi masih gantengan Keenan daripada kakak." Sahut Keenan yang langsung disahuti lagi dengan kekehan kecil kakaknya, "Biasa, orang ganteng mah banyak yang iri." Ujarnya. Membuat Keenan menatap Bagas tak percaya.
"Udah ah, tidur dek... Istirahat, hm? Jangan bar-bar, kamu masih sakit..." Keenan tersenyum, lalu kemudian memejamkan matanya dan mengundang lelap untuk kembali kepadanya.
"Sembuh ya dek... Maafin kakak..." Bisik Bagas sembari mengecup singkat puncuk kepala si bungsu kesayangannya.
·
·Perempuan sepantaran Bagas dan Farel turun dari taxi, dengan satu koper besar yang ia seret ke jalanan.
Perlahan kakinya dia bawa masuk ke sebuah halaman rumah.
Rumahnya tak terlalu besar, tak juga terlalu kecil.Tapi yang pasti... Rumah tersebut sedikit usang, dan terlihat sudah lama tak berpenghuni.
Kemudian ia membuka pintu rumah tersebut. "Welcome home again Kai." Ucapnya
—————————————————————
Kan udah Sasa bilang, belom end gitu lhoo....
Hayoo, kira-kira siapa cewek tadii? Ahahahaha
Mungkin part selanjutnya bakal Sasa skip sampe 2/3 hari selanjutnya...
Makin gaje ya? Ah tau ah. Pusing.
Part nya pendek? Iya, buntu.
-
Oh iya! Ini up malem-malem karna memang lagi mood nge up😌Yaudah lah ya, mau lanjut nulis, ehehee
Byeeee-!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Life ; AKSA
Random[ TAMAT ] Ketika takdir hidup membawamu naik ke atas awan, lalu menjatuhkannya dengan keras ke tanah. Cerita tentang sang Aksa. Dengan seribu rasa sakit, juga sejuta penderitaan. ⚠Some chapters may contain violence scenes or harsh words. ©marchsky 2...