Part 25 ; Pergi Untuk Selamanya. [End]

3.9K 404 57
                                    

Now playing :
Flower - iKON

*Bisa diputer, biar lebih nge feel aja, ehehe:")










Dua hari setelah Kaila menjenguk si Aksa. Kondisinya tak membaik, malah makin memburuk dan menurun.

Kali ini ginjal Keenan. Ginjalnya sudah rusak. Harus segera mendapatkan donornya.

Sungguh, Keenan sudah lelah. Keenan ingin pulang.
Tapi mengingat kembali memori yang ia, Bagas, Farel, Devan, dan Kaila buat, Keenan sedikit mengurungkan niatnya untuk pergi.

Tapi tetap saja. Yang namanya kelewat lelah sudah tak bisa ia tahan.
Keenan, mentari Om Raihan, Bagas, Devan, Farel, juga Kaila sudah redup. Bahkan hampir hilang ditelan malam yang mungkin tak akan pernah terganti lagi.
Dirinya sudah menyerah pada keadaan. Pasrah untuk segala apapun baik hal baik atau buruk sekalipun.

·

Keenan menatap kearah jendela. Matahari sudah naik tepat diatas. Terkadang juga cahayanya merepud kala sinarnya tertutup para awan yang hanya sekedar lewat.

Keenan menatap lekat langit biru cerah tersebut. Hingga tak sadar seseorang masuk dan mendekat kearahnya. "Hey.." panggil orang tersebut, sambil menyodorkan susu pisang yang ada di genggamannya.

"Ah, kakak... Bikin kaget aja..." Jawab Keenan, Bagas tersenyum, lalu menusukkan sedotan ke kotak susu pisang tadi lalu memberinya pada sang adik.

"Makasih..." Senyumnya tercipta manis, lesung pipi yang ia punya semakin menambah kesan imut pada wajahnya, walau pucat mendominasi.

"Kak..." Bagas yang tadinya sedang bermain ponsel langsung menatap kearah si Aksa yang memanggilnya sedikit lirih.

"Kenapa..? Hm..?" Sahut Bagas. Keenan menggeleng pelan, "Kak.., sidang kakak gimana...?" Tanyanya.

Bagas tersenyum, "Kakak tunda lah... Tenang aja... Jadi masih banyak waktu untuk kakak revisi dikit skripsinya..." Jawab Bagas enteng.

Tapi bukannya tersenyum, Keenan malah langsung menatap kearah Bagas dengan sendu, "Maafin Keenan... Kakak jadi nunda sidang karna Keenan yang masuk rumah sakit dah harus dirawat... Keenan bikin kakak repot juga... Maaf..." Kepalanya menunduk, rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. Membuat sesak sedikit terasa.

"Gak perlu minta maaf, heh... Kakak rela direpotin sama kamu, ngerti..? Hm? Sayang banget sama kamu, dek..." Bagas merengkuh tubuh kurus Keenan.
Sementara Keenan menikmati setiap detik yang terasa nyaman dan hangat dipelukan sang kakak.

·
·
·

Keenan terbangun dari lelapnya. Sedikit mengerjap kala lampu diatas kepalanya terasa menusuk masuk ke retina.

Ia melenguh, kemudian mengedarkan pandangan ke seisi ruangan.

Ah, jam 1.23 pagi ternyata.

Tak ada orang lain disana, hanya dirinya juga sang kakak yang sedang terlelap di sofa dekat ranjang Keenan.
Keenan jadi merasa bersalah saat melihat wajah Bagas yang terlihat sangat lelah.

Perlahan Keenan membawa tubuhnya ke posisi setengah duduk. Merasakan dadanya yang sedikit sesak.

Pandangan Keenan kembali menatap wajah kakaknya yang sedang tertidur. Ingin sekali memanggil namanya agar ia mengeluarkan kalimat penenang.
Tapi Keenan tak tega. Kak Bagas pasti masih lelah gara-gara mengurusi dirinya, pikir Aksa.

'dugh! dugh!'

"Uhukkk!!"

Usaha Keenan untuk meredakan sesak didaanya dengan cara memukul bagian yang sakit itu sia-sia. Tak ada yang terjadi, hanya sesak yang semakin mendominasi.

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang