Part 17 ; Bertemu Peri Kecil Di Rumah Sakit.

2.1K 367 20
                                    

·
·
·
·
·

Dua hari Keenan sudah terlewat dengan Devan yang selalu ada menemaninya

Ya, walaupun terkadang mereka sering beradu mulut untuk menghibur diri, haha.

"Dev, keluar yuk... Gue bosen, serius dah..." Ajak Keenan, dengan muka memelasnya.

Bagaimana Devan bisa menolak itu?!!! Wajah Keenan sangat imut dengan senyuman manis sebagai penghias nya.

"Yaudah, ayok..." Balas Devan pasrah. Akh! Bisa-bisanya si Aksa itu bertingkah imut?!

Tapi kenapa juga Devan gemas dengan wajah itu?! Padahal jarang sekali hatinya luluh hanya karna wajah sahabatnya yang imut.
Yang ada Devan malah selalu menjitak kepala Keenan sebagai jawabannya.

·

Sekarang mereka berdua sedang duduk di taman. Devan sedang bermain bola bersama anak-anak kecil lainnya.

Sementara Keenan hanya duduk melihat si Rafardhan sibuk mengasuh sekaligus ikut main bersama anak-anak kecil lain.

Tapi saat asyik melihat pemandangan sekitar, tiba-tiba di dekat kaki Keenan muncul bola yang menggelinding, lalu menabrak kakinya dengan sangat pelan.

Keenan menoleh kearah bola datang.
Ada anak kecil sedang menatap Keenan takut.

"Nih, bola nya... Ambil dong... Kalau nggak diambil buat kakak aja, ya..." Goda Keenan dengan nada lembut.

Anak kecil tadi langsung menghampiri Keenan. Masih menunduk karna takut dimarahi orang dewasa seperti dirinya.

"Gak usah takut, kakak gak akan marahin kamu kok... Nih bolanya," Keenan menyodorkan bola tadi. Yang langsung direbut cepat oleh peri kecil didepannya ini.

"Mau kenalan gak..?" Anak itu masih diam, tak bergeming, hanya menatap rerumputan yang ia injak.

"Nama kakak, kak Keenan. Nama kamu siapa..?" Tanya Keenan.

"Devano..." Jawabnya kecil.

"Devano..? Nama kamu Devano..? Wah, sedikit mirip nama temen kakak lho..." Sahut Keenan degan nada semangat tapi masih lembut.

"Wah?! Beneran?! Temen kakak yang mana?!" Si anak tadi langsung ikut semangat juga.

Keenan tersenyum, lalu menunjuk kearah Devan yang sedang melihat anak-anak kecil mengoper bola. "Tuh, yang pake baju biru tua. Namanya Devan. Kalau kamu kan namanya Devano..." Ujar Keenan. Tak lupa senyum manis yang selalu terlihat jelas dibibirnya.

"Wahh, namanya mirip!"

"Iya..!" Sahut Keenan.

"Duduk sini yok, pegel berdiri terus..." Keenan mengangkat tubuh kecil Devano, lalu mendudukkannya di bangku yang juga Keenan duduki.

"Kakak... Udah lama disini..?" Tanya nya dengan mata yang menatap Keenan polos.

'Ya Allah!!! Gemesssss!!!' Batin Keenan berteriak keras. Ingin rasanya menguyel-nguyel pipi tembam itu.

"Kak..?"

"Eh..? Gak lama banget sih... Baru 4 atau 5 hari gitu..." Jawab Keenan sambil menoleh kembali kearah Devano.

"Owhh..."

"Kalau Devano udah hampir 3 Minggu disini... Kata dokter Devano gak boleh kecapek-an terus... Devano kan pengennya main! Gak mau dilarang terus!" Adu Devano dengan nada gemas pada si Aksa.

Ah iya, Keenan baru sadar kalau Devano juga memakai pakaian rumah saki berwarna biru laut yang sama dengannya.

"Memang kamu sakit apa..? Lama banget dirawatnya..." Tanya Keenan.

"Kata dokter, Dev sakit darah... Jadi Dev harus dirawat terus disini... Terus gak dibolehin main yang terlalu capek..." Jawabnya sambil mengayun-ngayun kan kakinya yang tak menapak di tanah itu.

Keenan menatap Dev dengan tatapan sendu tapi tetap tersenyum. Ia mulai menatap wajah Dev yang cukup pucat.

Devano... Sama dengannya.

Hanya saja umur Dev terlalu muda untuk merasakan sakitnya diserang oleh penyakit yang bahkan belum tentu 100% menghilang dari tubuhnya jika sudah sembuh.

Leukimia. Keenan tau yang Dev maksud adalah leukimia.

Penyakit dimana penderitanya kelebihan sel darah putih.

Penyakit yang membuat si penderita merasakan sakit luar biasa di kepala.

Juga, penyakit yang bisa membunuh peri kecil itu hari demi hari.

"Devano..." Panggil Keenan lembut. Devano menengok, lalu menatap Keenan bertanya-tanya.

"Devano jangan pernah nyerah ya..? Harus semangat! Masih ada orang yang saaa...yang banget sama Devano. Devano harus kalau kamu bisa sembuh, okay..?" Ujar Keenan sambil menyingkirkan poni Dev yang hampir menutupi matanya.

"Iya..! Kata bunda juga gitu! Katanya, kalau Dev kuat, Dev bakal sembuh! Dev tinggal tunggu aja tumor jahatnya tidur... Atau bahkan mati..!" Jawabnya polos. Mengundang kekehan kecil Keenan keluar.

"Yaudah, Dev mau main lagi gak? Kakak temenin!" Ajak Keenan. Walaupun sebenarnya kakinya masih belum terlalu lancar digerakkan.

Tapi setidaknya dia bisa mengundang kembali tawa Dev yang bahkan juga membuat tawa Keenan ikut keluar.

Keenan harap, peri kecilnya itu akan kuat untuk berjuang melawan sakitnya.

Keenan harap, Devano, anak kecil yang tak sengaja ia temui tidak akan menyerah sampai kapanpun.

Melawan sakitnya.

Membuat dunianya normal kembali seperti sedia kala.

Semoga, harapan Keenan terdengar oleh Tuhan.





—————————————————————

Gaje? Iya gaje. Ahhh, gak tauuuuu
Pengen nangissssss

Ah iya disini Dev gk ku kasih pict cast karna dia cuman tokoh pemanis cerita gituu, hehee

-

Btw, disini ada yg matanya minus karna kelas online? Ya, mungkin ada beberapa lah~

Minus ku waktu pas di cek langsung gede... Padahal ku kira minus ku dibawah 1. Hahaa lucu sekali ya.

Dulu kita gk dibolehin main hp banyak², takut mata rusak.

Eh, sekarang malah disuruh mantengin hp/laptop terus-terusan untuk ngerjain tugas. Klo mata minus, kita juga yg dimarahin. ALLAHUAKBAR BANGET GAK SIH?!😌

Heuh~...

Dahlah ya. Segitu doang curhatan Sasa malem ini, aduh aduh😌

Nanti pagi gak akan up, karna malem ini dah up yaa~ hehehe~!

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang