Part 2 ; Tubuh Yang Rapuh.

5K 710 53
                                    

BUGH!

BUGH!

Suara pukulan itu menghiasi seisi rooftop sekolah. Tak ada orang lain disana. Hanya ada Keenan, dan Gilang beserta antek-anteknya.

Ya, Keenan memang selalu dipukuli saat jam pulang sekolah. Entah apa salah ia pada anak dari kepala sekolah itu, Keenan tak mengerti.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Tak ada ampun bagi Keenan. Gilang selalu membuatnya habis babak belur saat pulang kerumah. Bahkan ia pernah sampai dibuat pingsan dan pulang telat karna dipukuli oleh Gilang.

Tubuh besar Gilang yang berbanding terbalik dengan tubuh kecil Keenan, membuat si Aksa tak bisa berbuat apa-apa. Hanya pasrah. Menerima rasa sakit yang tak ada hentinya. Belum lagi, saat pulang nanti pasti kakaknya akan memukulinya juga. Karna mengira adiknya menjadi berandalan disekolah.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BUGH!

"Shh.." ringisan itu berhasil lolos dari bibir Keenan. Membuat Gilang tersenyum miring melihatnya.

BUGH!!!

Pukulan terkahir, dan juga pukulan paling keras. Tepat di dada Keenan.

"Cih! Lemah! Gue lagi gak mood hari ini. Beruntung lo kali ini." Ucap Gilang, seraya meninggalkan Keenan, disusul oleh pada antek-anteknya.

Keenan meringis, tubuhnya sangat sakit sekarang. Apalagi pukulan terkahir yang tepat pada dadanya.

"S-sakit banget Ya Allah..," lirih Keenan dalam ringisan nya.

Dada Keenan menyesak. Seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya kuat. Sangat sakit. Nafasnya pun sudah terengah.

"J-jangan sekarang.."

'dugh! dugh!'

Keenan memukul-mukul dadanya keras, berusaha untuk menghilangkan rasa sakit dari sana. "J-jangan ssekarang... K-keenan mohon.." ucapan lirih itu, sebagai penutup sore Keenan hari ini.

Setelah berkata sangat lirih, kegelapan langsung mengambil alih semua kesadaran sosok rapuh yang tak pernah mengeluh tersebut.

Biarkan.

Biarkan Keenan beristirahat dari ke-tidak adil-an dunia ini.

Biarkan Keenan melepaskan penatnya barang sebentar.

Biarkan Keenan menikmati tenangnya di alam bawah sadar.

Keenan hanya berharap, semoga hari esok tak akan seburuk hari ini.

·
·
·

"Nghh..." Lenguhan halus keluar dari bibir pucatnya.

Pukul 21.34

Keenan harus cepat-cepat pulang.

Dengan badan yang masih terasa luar biasa sakit, Keenan berusaha bangun.
Tak menghiraukan angin dingin malam yang semakin menusuk tulangnya.

Dirinya melangkahkan kaki rapuh yang sedikit bergetar itu dengan cepat. Berusaha mengejar waktu agar tak pulang lebih lama.

Sampai. Sekarang didepannya sudah ada pintu putih yang sudah sedikit usang.

Perlahan Keenan membuka kenop pintu tersebut. Berharap agar sang kaka tak ada dirumah karna jam kuliah malam.

"Dari mana lo?!" Suara dingin itu berhasil membuat Keenan diam membeku. Dia tak beruntung hari ini. Tak apa, ia sudah siap jikalau Bagas memukulinya lagi.

"Dari mana?!" Keenan masih bungkam, tak berani menatap wajah Bagas yang mungkin sudah merah padam karna menahan marah.

"Jawab gue! Lo bisu atau gimana?!!!" Keenan tersentak, dadanya terasa sesak lagi sekarang.

Bagas menatap sang adik dari bawah hingga atas. Tatapannya yang sudah tajam, semakin tajam kala melihat lebam di wajah Keenan. "Cih, berantem lagi?! Iya?!" Nadanya mengintrogasi.

Keenan tak menjawab. Percuma. Kakaknya sudah marah. Tak akan memberinya kesempatan untuk berbicara.

BRAK! DUGH!

Bagas mendorong Keenan hingga kepala adiknya membentur meja dekat sofa.

"Lo mau jadi berandalan huh?! Anak sialan emang ya!" Bentak Bagas.

Keenan bungkam. Ia bungkam karna berusaha menahan ringisan yang keluar dari bibirnya. Sungguh, dadanya sangat sesak dan nyeri. Jantungnya kambuh disaat yang tidak tepat.

DUGH!

Keenan meringkuk saat merasakan perutnya ditendang keras oleh sang kakak.

DUGH!

DUGH!

"ANAK SIALAN!" Bentakan itu meresap ditelinga Keenan. Matanya terpejam, menikmati rasa sakit yang datang bertubi-tubi.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

DUGH!

"Mati aja kamu! Nyusahin, tau gak?!" Mata Keenan semakin terpejam.

'Mati aja kamu! Nyusahin, tau gak?!'








'Mati aja kamu! Nyusahin—'









'Mati aja kamu!"









'Mati!'

Bagas berhenti seketika, saat melihat tubuh adiknya yang sudah lemas.

Keenan pingsan.

Karna pukulan yang ia terima bertubi-tubi.

"Cih! Lemah banget!" Ledek Bagas, setelah itu meninggalkan tubuh Keenan yang lemas sendirian.












—————————————————————

Huiiii, back with me here...

Gimana? Ceritanya nge feel atau nggak sih? aku takut gak nge feel sama sekali ke kalian😔

Next or unpub?

Have a nice day!!
Byeee✌🏻✨

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang