Part 22 ; "Tolong Bertahan Buat Kakak..."

2.8K 366 1
                                    

Disebelah Bagas sudah ada tubuh adiknya yang sudah terbaring lemah diatas ranjang pesakitan selama tiga minggu penuh.

Raihan bilang Keenan tak koma. Hanya terlalu nyaman berada dialam lain sana.

Dengan ventilator yang menancap di tenggorokannya. Juga alat-alat lain yang membantu jantung Keenan untuk bekerja normal.

Perlahan maniknya menatap perlahan setiap inci wajah juga tubuh adiknya.

Bibir yang pucat, sama pucatnya dengan wajah penuh gurat lelah itu.

Dan tubuh yang semakin lama semakin kurus. Menyisakan tulang yang terlihat di beberapa bagian tubuhnya.

Rautnya tenang. Seakan nyaman dan bahagia dialam bawah sadarnya sendiri.

Bagas tak tau, tapi yang pasti di sana lebih menarik juga lebih seru.

Bagas yakin, sekarang Keenan sedang berlari-larian ditemani dengan ayah dan bunda.

Iris Bagas mulai berembun. Lalu detik selanjutnya air yang sudah ia tahan mati-matian keluar dengan deras. Tak ada jeda.

Bagas sungguh bodoh. Membiarkan jiwa juga raga yang sangat rapuh seperti Keenan disiksa terus-terusan oleh dunai yang kejam.

Ia ingin Aksa nya kembali.

Ia ingin Keenan kembali.

Kembali melukiskan senyumnya yang manis.

Kembali memperdengarkan kekehan renyahnya yang menggelitik telinga setiap orang yang mendengar.

"Tolong bertahan buat kakak, dek... Maafin kakak..." Suaranya lirih dan bergetar.

Ingin rasanya Bagas egois. Meminta terus-menerus adiknya untuk bangun kembali ke dunia yang kejam ini.

Tapi ia sadar. Jika Bagas meminta si Aksa untuk bangun, akankah adiknya itu bahagia juga? Atau malah menambah rasa sakit yang selama ini hatinya pendam?

Bagas tak tahu. Bagas bingung.

·
·

Sementara disisi lain.

Keenan sedang merasa bahagia dialam bawah sadarnya.

Ia lupa, kalau ada seseorang diatas sana yang sedang merindukannya setengah gila.

'Dek...' Bunda datang, dengan senyuman hangatnya. Keenan membalas tersenyum.

'Pulang ya..?' Itu suara Ayah yang menimpali.

'T-tapi Keenan masih mau sama kalian disini... D-disana Keenan sakit terus... Keenan gak mau ngerepotin kakak...' Jawab si Aksa dengan tatapan sendunya.

'Kamu gak bisa disini terlalu lama.., ngerti kan, sayang..?" Jelas bunda pada Keenan.

Rendy dan Hanindita menghantarkan bungsu mereka kedepan pintu.

Pintu itu sangat bersinar. Membuat Keenan menyipitkan matanya silau dengan cahayanya.

'Buka pintunya...' Suruh Rendy. Keenan tanpa ragu membukanya.

Lalu ia seperti terbawa angin, dan bayangan kedua orangtuanya lenyap begitu saja.

·
·

Keenan mengerjap pelan. Matanya sangat sakit, juga pening yang langsung menyambutnya.

Badannya kaku, tak bisa digerakkan.
Hanya jarinya yang bisa ia gerakkan walaupun sedikit.

Tenggorokannya perih juga sakit karna ada ventilator yang menancap tepat di tenggorokannya. Membuat Keenan meringis, dan hampir menjatuhkan buliran air matanya.

Keenan mengedarkan pandangan. Terlihat kalau Bagas sedang ketiduran disebelahnya.

"K..—"

Ah sial. Baru satu huruf yang terucap, tapi tenggorokannya serasa tergesek benda tajam nan kasar.

Bagas mengerjap, merasa terganggu dengan suara ranjang Keenan yang berbunyi berisik. Menyahuti bunyi EKG yang juga terdengar tak kalah nyaring.

Detik selanjutnya si sulung membelalak. Kala huzle nya bertemu dengan huzle sendu sang adik.

Dengan cepat ia menekan tombol darurat untuk memanggil dokter.

Tak menunggu lama, Raihan berserta beberapa suster dibelakangnya datang.

Raihan juga terkejut. Tapi disisi lain ia bahagia. Melihat manik hitam itu kembali terbuka.




—————————————————————

Pendek gak sih? Aduhh😔💔

Makin gaje pula☹️.

Dahlah, pengen nangis dulu. Tulisan ku makin jelek, gaada obat.

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang