·
·Devan memapah tubuh Keenan sambil berjalan pelan mengikuti langkah kecil sahabatnya.
Sungguh, ia takut Keenan akan kambuh lagi.
Tak, ia harus tetap ber-positive thinking, dan tak boleh panik.
"D-Dev.." Suara lirih sahabatnya membuat lamunan Devan buyar. Dengan cepat ia tatap wajah Keenan yang... Sudah babak belur. Lebam dimana-mana, dengan bibir yang mengeluarkan darah, juga jangan lupa pipi yang terlihat mulai membiru.
Membuat Devan sedikit meringis melihatnya."S-sakit..." Keenan meremas kaosnya dibagian perut kanan. Devan langsung buru-buru mendudukkan si Aksa di bangku halte yang kebetulan ada didepan mereka.
"Mana..? Perut lo sakit..?" Tanya Devan tenang. Sementara yang ditanya mengangguk.
Tak, Devan sangat panik. Tapi ia berusaha mengontrol raut wajah dan nada berbicaranya. Agar suasana tidak makin tak terkendali.Tangan kiri Devan terulur untuk memijat pelan perut sahabatnya. Dan tangan kanannya sibuk memencet tombol-tombol di benda bentuk persegi juga pipih tersebut.
"Kak..! Jemput Devan!!"
'Ih.. Kakak abis bangun tidur dek, Allahuakbar... Lagian—"
"Keenan KAK!!!" Potong Devan yang membuat Farel langsung beranjak cepat dari kasur dan mengambil jaketnya.
'Dimana?!'
"Halte deket rumah Keenan! Mungkin jarak halte sama rumah Keenan cuman 300M!" Sahut Devan. Lalu menutup telfonnya sepihak.
Sementara di rumah Keluarga Rafardhan, Bagas ribut memakai jaket serta mencari kunci mobil yang kadang ia taruh sembarangan. Tapi syukur ia menemukannya dengan cepat.
Kaki yang tak sepanjang adiknya itu ia bawa menuju mobil, lalu menjalankan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.
Jalan sudah sepi, membuat Farel semakin cepat datang menjemput Keenan dan Devan.CKITT!!
Suara rem mendadak Farel membuat atensi Devan mengarah pada mobil saudara kandungnya itu.
Dengan cepat ia bawa tubuh ringkuh Keenan masuk ke dalam mobil sang kakak."Sabar.., Nan..." Bisik Devan ditelinga Keenan.
"Dek! Mending kamu yang nyupir! Kakak mau cek keadaan Keenan dulu!" Pinta sang kakak.
Devan terkejut, "Devan yang bawa?! Kalau nabrak gimana?! Inget ya!, Devan belum lancar bawa mobil!" Tolak Devan.
"Dek! Cepet ih!" Dengan pasrah dan sedikit gugup Devan pindah ke kursi kemudi. Memegang stir dengan tangan sedikit bergetar. Lalu mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata juga.
"Mana yang sakit..?! Bilang sama kakak...!" Hanya ringisan lirih sambil memegang perut bagian kanan sebagai jawaban dari Keenan. Farel sadar, dengan sedikit keras Farel menekan perut bagian kanan yang sedari tadi Keenan remat. Membuat Keenan berteriak kesakitan.
'Gak mungkin ginjal kan...?' batin Farel berusaha menenangkan. Menepis semua pikiran buruk yang masuk ke otaknya.
"Dek!! Cepet!!" Pekik Farel pada adiknya yang tengah fokus menyetir.
Tapi tiba-tiba turun hujan. Membuat Devan semakin gugup juga tangannya yang bertambah dingin.
Jalanan akan berubah licin saat hujan. Itu yang Devan takuti.
·
Dan benar. Tak sampai semenit, mobil yang dikendarai oleh bungsu Raihan itu hilang kendali. Menabrak pembatas jalan yang dipasang disana.
Farel terkejut, tapi ia masih bisa sadar. Syukur, itu hanya kecelakaan kecil yang membuat mobilnya penyok, tapi Farel tak menghiraukan. Sekarang yang penting adalah kondisi Keenan.
"Dek! Bangun!" Si sulung berusaha menarik kembali sadarnya si bungsu.
"Nghhh... Kak! G-gak papa kan?! M-maaf!"
"Udah! Bukan waktunya buat minta maaf! Cepet bantuin kakak bawa Keenan!!" Devan mengangguk, lantas mencabut kunci mobilnya dan kerluar dari jok kemudi lalu membuka pintu belakang.
Mereka berdua berlari, menuju rumah sakit yang mungkin jaraknya tinggal 150M didepan sana. Meninggalkan mobil yang sedikit ringsek itu ditempat kerjadian tadi.
·
·"Yah!!!" Pekik Devan saat kebetulan melihat wajah ayahnya yang sedang sumringah.
Wajah itu berubah seketika. Digantikan raut panik yang hampir sepenuhnya menghiasi air wajah Raihan.
"Keenan?! Kenapa..?!!"
"Iya yah! Farel gak tau! Tapi Farel yakin ada yang salah sama ginjalnya!"
Deg!
Benar. Ginjal Keenan.
Ia lupa untuk memberitahu hal ini pada anak-anaknya.
"Yah! Cepet!!!!" Raihan langsung berlari diikuti Farel dan Devan menuju ruang periksa.
Raihan masuk, dengan tubuh Keenan yang sudah terbaring lemas di brankar rumah sakit.
Kemudian mendorong pelan kedua anaknya untuk menunggu diluar.
------------------------------------------------------------
Gak tau, pengen beli trek.
Dahlahhhhh
Tulisanku makin jelek yaa..?😌🙏🏻
Pendek pula😌Udh lah ya, gk tau mau ngomong apa di chapt ini, bingung juga...
Ah iya, stay safe ya! Jangan lupa cuci tangan, pake masker kalau keluar rumah (usahain sih gak keluar rumah, hehe!)-!
Okay?!And, Byeeee~
KAMU SEDANG MEMBACA
Life ; AKSA
Random[ TAMAT ] Ketika takdir hidup membawamu naik ke atas awan, lalu menjatuhkannya dengan keras ke tanah. Cerita tentang sang Aksa. Dengan seribu rasa sakit, juga sejuta penderitaan. ⚠Some chapters may contain violence scenes or harsh words. ©marchsky 2...