Part 23 ; Bahagia Untuk Terakhir Kalinya.

2.5K 363 16
                                    

Bagas menatap lamat wajah Keenan yang cukup pucat. Bibirnya pun terlihat kering juga kasar.

Bagas dengan segera menyodorkan gelas kearah adiknya, agar minum air putih terlebih dahulu.

"M-makasih.." suara Keenan masih serak. Tapi syukur, ia sudah bisa mengeluarkan suaranya. Tak seperti tadi.

"Kak..." Atensi Bagas teralih. Ia menatap kembali adiknya yang sedang tersenyum sumringah.

Bagas terkikik kecil, lalu ia colek hidung bengir Keenan, "Apa sih..? Hm? Ada yang sakit..?" Tanya Bagas.

Keenan menggeleng. "Kak, masih inget gak.., waktu kita main di tanah merah yang licin. Terus ujung-ujungnya kepleset dan jatoh sampe baju sama muka kita kotor..." Ucap Keenan. Bagas berfikir sejenak, memutar kembali kejadian yang adiknya jelaskan.

Setelah ingat, Bagas langsung terkekeh. "Terus pulang-pulang dimarahin ayah ya kan, dek..? AHAHAHAHAHAHA.."

"Iya..! Devan sama kak Farel juga dimarahin sama om Raihan katanya, HAHAHAHA. Lucu banget badan kita yang pulang-pulang kotor banget. Mana waktu itu lutut Keenan memar, karna kepleset.

-Flashback-

2012.

Keenan, dan Devan yang waktu itu masih berumur 8 tahun, ikut dengan kakak-kakaknya yang sudah 15 tahun ke suatu satu tempat.

Tempat yang dimana disana sedang dibangun semacam perumahan.

Tujuan mereka kesana adalah... Bermain tanah merah.

Ya, itu tujuan utama mereka. Sementara anak-anak cilik dibelakangnya hanya ikut-ikutan kakak-kakak didepannya saja.

Sampai.

Disana banyak alat-alat berat disimpan dengan sembarang dan tak tentu tempat.

Setelah melihat-lihat mereka mulai bermain disana.

Memanjat tumpukan tanah tersebut.

Sampai menjadikan tumpukan tanah berwarna merah itu sebagai perosotan yang biasa ada di taman kanak-kanak.

Tapi saat mereka berempat sedang berjalan untuk keluar daerah tersebut, Keenan terpeleset, lututnya membentur tanah dengan cukup keras.

Keenan tak menangis. Hanya meringis kecil sebagai reaksinya.

Lalu kemudian, Farel yang berada paling depan juga terpeleset, dan jatuh kebelakang membuat Bagas juga ikut terjatuh, kemudian disambung oleh Devan dan Keenan yang paling belakang. Layaknya domino.

Mereka hening sejenak, lalu tertawa bersama-sama dengan kompak.

Mereka.., sangat bahagia sewaktu itu.

Tak memikirkan dunia yang mulai kejam dan keras akan menguji mereka dimasa depan nanti.

Mereka ingin cepat-cepat dewasa.

Tapi siapa sangka? Keempatnya malah dipaksa dewasa sebelum waktunya tiba. Oleh keadaan, juga takdir yang terkadang membuat manusia lelah.

-Flashback end-

Cklek!

Atensi kakak-adik yang sedang tertawa bersama itu teralih kearah pintu kamar rawat Keenan.

"Wih... Dah bangun kamu, Nan? Gak ada yang sakit..?" Tanya Farel, Keenan menggeleng, seraya memberikan senyumnya.

Terlihat Devan juga ada dibelakang Farel, mengekori kakaknya.

"Dev..?—"

Devan berlari menghampiri Keenan, langsung memeluk raga rapuh itu.

"G-gue kangen lo, Saaaa!! Huwaaaaaa!!!" Rengeknya dengan nada yang seakan-akan dibuat bercanda.

Tapi dalam batinnya, Devan mengucap beribu syukur dan terimakasih pada sang pencipta. Serta doa agar tak mengambil si Aksa dari pelukannya dalam waktu dekat.

"Iya... Udah dong ah...! Gue mau minum susu pisang dari kak Farel duluuuu..." Keenan memberontak di pelukan Devan. Dengan pasrah juga sedikit rasa kesal Devan melepaskan pelukannya. Membiarkan sahabatnya menyedot susu pisang yang sudah sang kakak bawakan.

Kalau boleh jujur, Devan awalnya ingin memaki dan marah pada Bagas. Tapi niatnya urung, saat melihat betapa cerah dan berbinarnya wajah serta manik legam Keenan saat bercanda juga mengobrol dengan kakak kandungnya itu.

Hati Devan menghangat. Seraya berharap dalam hati agar senyuman manis Aksa nya terukir tanpa rasa sakit yang harus mengganggu ditengah-tengah kebahagiannya.

·

Diruangan itu, keempatnya bercerita masing-masing.

Memutar kembali memori semasa kecil yang masih polos juga masih bodoh.

Menceritakan segala kejadian lucu yang mereka alami. Mengundang gelak tawa keras, hingga terdengar sampai keluar ruang rawat sang empu.

Dan tanpa Keenan sadari, saat ia tertawa, ke-tiga manusia lainnya sama-sama menatapnya dengan tatapan hangat juga berbinar.
Ketiganya juga sama-sama memohon dan mengucap doa dalam batin. Yang isinya hanya... 'Jangan ambil senyuman Keenan dulu...'.

Keenan bahagia. Rasanya dirinya sendiri juga tak mau meninggalkan ke-lima orang yang menurutnya berharga— Ditambah om Raihan dan Kaila, jangan lupa.

Perlahan manik Keenan bergerak, menatap satu-persatu wajah. Dimulai dari sang kakak— Bagas, lalu beralih ke Wajah Farel, dan yang terkahir... Devan.

Ahh, Keenan akan rindu mereka jika memang ia harus benar-benar pergi.

'Keenan, bakal rindu sama kalian... Makasih udah nemenin hari-hari dan takdir Keenan yang gak sebaik Keenan bayangkan... Selamat tinggal, jikalau esok hari, atau lusa, Keenan gak bisa buka mata Keenan lagi...'



—————————————————————
Double up, heheeeee

Ahh... Bakal pada kangen gak sih, sama Aksa..? Nggak ya? Yaudah deh😌

Jujur, aku bakal kangen nulis si Aksa kalau story ini bener-bener end nantinya, adeuh adeuh😌😭

Yaudah deh ya, stay safe-!
Babayyyy

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang