·
·
·Tubuh Keenan saat ini sangat buruk.
Raihan juga sudah memberitahukan semuanya kepada sulung juga bungsunya.
Devan menangis, sementara Farel berusaha memenangkan adiknya yang terisak keras.Tadi juga ternyata jantung Keenan kambuh. Tapi Keenan tak mengeluh soal itu. Si Aksa hanya fokus pada sakit di perutnya, sampai tak menghiraukan jantungnya yang juga tengah sesak.
Dan sekarang, tubuh Keenan masih terbaring di ruang ICU. Dengan segala alat-alat yang menempel untuk menjaga detak jantungnya agar bekerja normal.
"Nan... Lu diapain lagi sih sama kak Bagas... Baru beberapa hari dititipin ke kak Bagas jadi kayak gini lagi..."
"Dek, makan dulu yok... Kamu dari semalem belum makan..." Ajak sang kakak.
Benar, dari semalam Devan belum sempat makan apapun. Makan malam pun tidak.
Karna rencanya adalah menemui Keenan dirumahnya untuk menonton film dan makan disana. Tapi... Semua rencananya hancur."Hngg..." Hanya gumaman kecil sebagai jawaban. Farel tersenyum lembut, lalu merangkul adiknya pergi menuju kantin rumah sakit.
·
·'Bun?! Yah?!..' Panggil Keenan pada kedua sosok berbaju putih bersih didepannya.
'Hai, bungsunya ayah...' Jawab Rendy
Keenan dengan cepat berlari kearah kedua orang tuanya. Memeluk melepas rindu selama 7 tahun lebih.
Ia menangis disana. Menangis dipelukan sang ayah dan bunda yang hangat. 'Keenan rindu...' Lirih si bungsu.
'Iya... Tapi nanti ya... Tempat kamu sekarang bukan disini... Hm?' Sang bunda menyahuti. Suara juga nada lembut itu tak pernah berubah, pikir Keenan.
'Pulang ya sayang.., Kamu nggak seharusnya disini..' Rendy menimpali.
'T-tapi Keenan capek... Pengen disini aja... Sama kalian berdua... Kangen...' kepalanya mendongak, menatap lembut kedua insan yang sangat sangat ia sayangi.
'Tapi nggak sekarang okay...? Ayah sama bunda pergi dulu...' Ucap sang ayah. Membuat pelukan Keenan semakin kuat.
'Sayang... Kalau capek istirahat... Gak boleh nyerah ya..? Masih ada kak Bagas disana... Jaga baik kakak kamu, ngerti..?' Ujar Hanindita.
'T-tapi Bun.., Yah...—'
'Kita pergi dulu... Jaga diri.., jaga juga kak Bagas... Dah sayang...' Bayangan keduanya hilang. Bersamaan dengan cahaya putih yang membuat Keenan silau.
'Ayah! Bunda..!!!' Pekik-an Keenan terdengar menggema disana. Tak ada yang menyahuti. Bunda dan ayahnya sudah pergi.
·
·"Nghhh..." Keenan melenguh. Membuka matanya sambil sesekali mengerjap untuk menormalkan pengelihatannya yang buram.
"Nan..?! Denger gue..?!" Suara Devan terdengar sedikit jauh ditelinga Keenan.
Suara langkah Devan yang berlari keluar ruangan memenuhi pendengaran Keenan. Si Aksa itu tersenyum saat itu dihadapannya ada Devan.
"Yahh!!"
Raihan yang sedang bersama suster pun langsung berlari menghampiri bungsunya.
"Kena—"
"Keenan sadar!"
Raihan buru-buru masuk ke ruang Keenan. Sudah dipindahkan beberapa menit ke ruang rawat biasa.
"Keenan... Denger om..?" Keenan hanya mengerjapkan mata. Tenggorokan dan badannya sangat sakit entah kenapa.
Raihan tersenyum penuh arti. "Sakit ya..? Jangan banyak gerak... Tubuh kamu terlalu banyak kena pukulan benda tumpul.." ucap Raihan. Keenan lagi-lagi hanya mengedip kan matanya.
Setelahnya Raihan melangkah keluar. Hanya tinggal Devan dan Keenan diruangan VIP ini.
"Mau minum..?" Keenan mengerjapkan matanya. Dengan perlahan Devan membantu sahabatnya untuk minum sedikit dari gelas penuh air putih tersebut.
Kemudian keduanya diam. Saling menatap manik hitam dan coklat lawan bicaranya masing-masing.
Tiba-tiba Devan merengkuh tubuh Keenan.
Keenan terkejut, bahkan ia sempat membelalakkan matanya karna perlakuan Devan yang tiba-tiba.
"G-gue takut, Sa..." Nadanya bergetar. Menahan tangis yang sudah siap keluar kapan saja.
"G-gue takut lu ninggalin gue tiba-tiba..." Sambungnya. Keenan hanya berusaha untuk mengelus punggung lebar Devan dengan lembut. Padahal tangannya serasa keras dan susah bisa digerakkan.
"I-iya... J-jangan nangis..." Suara Keenan terlewat lirih dan serak.
Dah ya, kalian ingat bukan, kalau Keenan tak suka sama sekali dengan tangis, apalagi jika penyebab utamanya adalah ia sendiri."Tapi janji dulu..." Jawab Devan. Kening Keenan mengernyit.
"Jangan tinggalin gue untuk sekarang..." Sambungnya sambil mengajukan kelingking nya.
Keenan tersenyum, lalu menautkan jari kelingking ke jari kelingking Devan.
'Tapi gak selamanya gue bisa janji, maaf Dev...' hatinya menjerit. Sangat sakit saat tau sahabatnya masih tak ingin dirinya pergi.
"Udah ah Nan... Tidur lagi... Istirahat..." Pinta Devan, lalu Keenan menutup matanya lagi.
Mengundang lelap datang padanya.
Memberinya rasa tenang dan nyaman di alam bawah sadar sana.
—————————————————————
Maap up kali ini pendek...😔🙏🏻Eh tapi!! Kalian pada liat teaser nya Bobby gak?! Mungkin ada yg iKONIC jg disini?!😭
Huwaaaaa, Konicdeul~! Mari kita nangis bersama-sama!!😭
Bobby cb plus Hanbin nanti featuring Epik High!! AAAAAAAA!!!!!😭
Dahlah, jantungku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Life ; AKSA
Random[ TAMAT ] Ketika takdir hidup membawamu naik ke atas awan, lalu menjatuhkannya dengan keras ke tanah. Cerita tentang sang Aksa. Dengan seribu rasa sakit, juga sejuta penderitaan. ⚠Some chapters may contain violence scenes or harsh words. ©marchsky 2...