26. 🍂 H-60

35.7K 4K 65
                                    

Double up yaaaaa
Sesuai rikues readers kesayangan 🤗🤗
Happy long weekend.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Sebenarnya, benar kata Mas Bram, dengan kesibukan kami di akhir tahun yang padat, pulang-pergi bersama adalah salah satu siasat untuk mengobrol persiapan pernikahan kami.

Karena senin-sabtu, waktu kami sudah habis untuk bekerja, benar-benar ada jeda longgar adalah Minggu. Jadi harus pintar-pintar memilih waktu yang tepat untuk bisa mengobrol intens tentang rencana masa depan kami.

Yaaach, meskipun drama taxi online masih berlanjut sih, dia dengan muka ditekuk membiarkanku berpindah mobil setiap di depan Bank Bukopin. Lalu pulangnya pun sama, kadang aku harus nebeng Sandra lebih dulu, berhenti di suatu tempat, yang sekiranya aman, lalu Mas Bram menjemput.

Kadang, kami sengaja memilih pulang paling akhir, sekitar habis maghrib, ketika mayoritas karyawan sudah pulang, supaya bisa bareng dari halaman parkir. Hanya Pak Sugeng satpam kantor yang peka, dan mulai menatap curiga.

Kalau sudah begitu, sebelum pulang aku lebih dulu meletakkan bakmi goreng kesukaannya yang kubeli di warung depan kantor. Upeti. Uang tutup mulut.

Mas Bram frustasi, dia sudah hampir membuat pengumuman lewat toa saat meeting all karyawan, tapi kedipan sebelah mataku tak lupa dengan senyum semanis madu membuat hatinya luluh. Dia kembali mengalah.

"Sudah ku folder rapi Mas," kugeser notebook putihku kehadapannya, folder khusus persiapan pernikahan kami.

Seperti biasa, sepulang kantor, kami akan memilih makan malam lebih dulu di rest area atau rumah makan yang nyaman untuk mengobrol barang sejam atau dua jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, sepulang kantor, kami akan memilih makan malam lebih dulu di rest area atau rumah makan yang nyaman untuk mengobrol barang sejam atau dua jam. Ngobrol bersama orang tersayang memang sering bikin lupa waktu. Gini aja, kadang masih nambah, telpon-telponan sampai ketiduran.

Nana masih sama, otak gesreknya lebih memberikan tips bagaimana perencanaan anak, daripada menyumbang ide untuk perhelatan kami berdua. Dasar mama muda, memang beda idenya.

Mey, dari jauh terus memantau, meskipun dua tiga kali aku juga harus merogoh kocek untuk menyumbang tiket kepulangannya, jika aku butuh kehadirannya yang nyata di dunia ini, maksudku, kehadiran secara fisik, bukan virtual, untuk membantu beberapa hal. Mayan tiket PP Jakarta-Surabaya. Ya sudahlah, bahagia memang butuh pengorbanan.

Sandra termasuk tim hore yang ketiban sampur juga, sabtu kemarin, dia menemaniku blusukan di toko kain seantero Surabaya. Cari dresscode buat bridesmaid dan souvenir. Kami sengaja mengambil cuti. Karena Minggu sudah terisi skedul foto prewedding.

Aku tak berani mengganggu Linda. Tiga anak kicik, cukup menyita waktu dan perhatiannya. Sesekali aku menghubungi untuk minta masukan beberapa hal. Bagiku, masukannya lebih waras ketimbang masukan Nana.

Benar-benar deh, persiapan pernikahan selama tiga bulan itu amat ribet sekali. Meskipun begitu, syukurlah semua masih under control. Terutama untuk lelaki di sebelahku ini, yang masih sibuk membuka isian folder.

Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang