31. 🍂 Ladang Gandum

29.5K 3.9K 230
                                    

“Lin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lin.. ”
Aku memeluknya begitu dia membuka pintu. Susah payah kutahan air mata, supaya tak menular padanya. Keadaan Linda sangat buruk, wajah kusut, rambut tergelung asal, matanya terlihat sembab dan bengkak, dari dalam terdengar suara tangis Adel dan Raka, saling bersahutan.

Aku mengusap-usap lengannya, memberikan senyum, memberi kekuatan tanpa kata, lalu memilih segera masuk, menggendong Adel yang menangis sesenggukan, balita mungil itu seakan mewakili perasaan ibunya yang awut-awutan.

Di sebelahnya sang Kakak nomor dua tak jauh beda, duduk selonjor kaki dengan menangis jejeritan. Kyan, si Sulung berusaha membantu dengan menenangkannya. Namun, tak berhasil. 

Aku tak berani bertanya banyak, sembari menggendong Adel, kukirim pesan singkat pada Ummi. Memberitakan kalau  malam ini, aku menginap di rumah Linda, aku mengirim foto Adel sebagai bukti. Aku bilang, suaminya di luar kota dan Linda kewalahan dengan ketiga anaknya.

Besok masuk kerja? 

Pesan singkat Mas Bram kubaca saat Adel sudah tidur nyenyak, aku memegangi dot susunya, mengambil posisi di atas ranjang, sementara di bawah ranjang, ada springbed ukuran king size tanpa dipan, di sana Linda masih ngeloni anaknya yang nomor dua. Kyan di sebelahnya sudah tertidur. 

Kami tak bicara satu sama lain. Aku sendiri masih menenangkan perasaanku. Perlahan aku menarik dot kecil dari mulut mungil Adel, menutupnya dan membalas pesan Mas Bram. 

Iya Mas, minta tolong ambilkan bajuku ya, 
nanti aku minta tolong Ummi siapkan,
besok jemputnya dari rumah Linda saja


Oke. 
Linda bagaimana? 

Kami belum saling bicara.
Dia buruk kondisinya


Kamu temani dulu, 
Kalau butuh apa-apa kabari aku. 

Siap. Mas tidur ya,
tadi keliatan banget kalau capek. 


Iya, aku ngantuk berat. 
Bye Karin 

Bye Mas

Aku melirik Linda yang menepuk-nepuk lembut pantat Raka. Dia melirikku, dan kuberi kode dengan menunjuk baju. 

"Pinjem daster," pintaku tanpa suara, takut Adel terbangun. Linda mengangguk, menunjuk lemari. 

"Ambil sendiri." 

Perlahan aku turun dari tempat tidur. Sikecil hanya beringsut sebentar, kutepuk-tepuk lembut pantatnya dan dia sudah anteng kembali. 

Aku memilih ganti dan membersihkan diri di kamar mandi luar. Membasuh wajah supaya lebih segar, lalu ke dapur membuat mie goreng pengganjal lapar, tadi aku dan Mas Bram langsung bablas, supaya bisa lebih cepat sampai, jadi tak sempat makan malam. 

Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang