13. 🍂 Puguh Bahrudin.

33.6K 4.2K 76
                                    

Dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan.


***

"Oh, ya em..sepertinya kita nanti akan LDR Mas." Kumasukkan kedua tanganku kedalam saku kardigan rajut yang kukenakan, "Dua hari lalu. Surat dari kantor pusat turun, aku mau dipindah tugaskan ke Surabaya." Aku berhenti melangkah, memilih duduk di salah satu kursi taman yang membelah jalan Raya Ijen, menatapnya yang terkejut dengan informasi yang kuberikan

"Kapan pindahnya?" tanyanya kemudian.

"Akhir minggu depan aku pindahan mas, awal bulan baru masuk kantor Surabaya."

"Ohw.."

Kutunggu dia melanjutkan kalimatnya. Namun, hanya angin dan keriuhan orang-orang yang mengisi jeda di antara kami.

"Kita memang jarang bertemu, tapi belum pernah menjalani LDR, jadi aku tidak tahu harus bagaimana selain berharap kita tetap bisa menjaga komunikasi Mas, saling percaya seperti katamu, dan menunggumu datang ke rumah menemui Abah."

Aku mencoba tersenyum memandangnya yang masih mengerutkan dahi, aku tidak tahu apa yang dia rasakan. Sedih karena kami akan LDR atau bingung?

"Kita coba jalani dulu ya,"gumamnya kemudian. Jawaban yang berhasil membuat dahiku berkerut.

" Coba? "

" Iya, kan kita belum pernah LDR, jadi kita sama-sama tidak tahu bagaimana rasanya, nanti kita evaluasi apa yang kurang dan harus kita perbaiki. "

Jawabannya masuk akal sih, tapi kenapa ada kata coba. Seakan kalau tidak bisa, kita tidak perlu berjuang untuk bertahan. Namun, perasaan mengganjal itu kutelan sendiri. Hingga kemudian, aku tak pernah menyangka kalau pertemuan kami hari itu, menjadi pertemuan terakhir bagi kami untuk saat ini.

Puguh menghilang tanpa kabar, pesan dan telepon dariku jarang berbalas dengan alasan kesibukan. Harapan dia datang kerumah ketemu Abah pun sirna, jangankan bertemu, membalas pesanku saja tak seperti dulu. Hingga sebuah pesan singkat darinya sebelum kepindahanku pun datang.

Maafkan aku Rin, sepertinya aku belum siap berkomitmen, beri aku waktu lebih lama lagi untuk meneguhkan hati ini. Namun, jika nanti ada lelaki yang lebih baik datang melamarmu. Aku ikhlas, mungkin itu yang terbaik untukmu.

"Mbak Karin gak makan?" pertanyaan Sandra mengembalikan kesadaranku dari kenangan lama yang terbuka kembali. Aku geragapan, dan menyadari kalau soto banjar yang ada di hadapanku nyaris dingin, bahkan nasi nya mulai terlihat bengkak karena terlalu lama berendam dalam kuah.

"Baru juga ditinggal sehari sudah melamun aja mbaknya." Johan menggoda sambil mengaduk-aduh es teh manis miliknya. Aku melotot, melirik kanan kiri karena kantin perusahaan lumayan ramai.

"Jangan bikin gosip Han," tegurku tak suka. Lelaki kriwil itu hanya cengegesan.

Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang