Kita hanyalah dua insan yang dipertemukan oleh kehilangan.
Dan sama-sama belajar melupakan kenangan.🍁🍁
Dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan.
***Tiba-tiba ponselku berdering. Nama yang muncul membuat dahiku berkerut. Pak Bram? ada apa ya? Setelah saling mengucap salam, lelaki di seberang sana tanpa basa-basi bertanya.
"Kamu sibuk Rin?"
"Nggak Pak. Lagi santai, kenapa? Bu Titi mau ngajak cari akik lagi?"
Terdengar tawa di seberang sana, duh tawanya ini lho, kalau aku Sandra mungkin sudah jingkrak-jingkrak.
"Abah ada di rumah?"
Dahiku berkerut, tumben nyari Abah, ada urusan apa?
"Nggak ada, Abah dan Ummi lagi keluar rumah, kenapa Pak?"
"Kalau gitu saya mau kerumah. "
"Maksudnya paaak??"
Lagi-lagi terdengar tawa diseberang sana. Sableng juga orang ini. Mau digrebek dan dikarak keliling kampung? Aku berpindah dari gegoleran di atas tempat tidur, menjadi duduk di pinggir jendela, membiarkan angin lembut menerbangankan ujung jilbabku.
"Sudah berapa lama putus?"
"Saya nggak menerima wawancara garingan pak. "
Untuk sekian kalinya dia tertawa karena aku meng-copy paste ucapannya tempo hari. Heran, hidupnya seperti tanpa beban. Aku tersenyum tipis, ada jeda diantara kami. Bingung mau berkata apa, yang aku tahu ada debaran halus di dalam hatiku saat ini yang harus cepat kukendalikan.
"Karin...,"panggilnya pelan. Lama kalimatnya menganggantung, membuatku penasaran.
"Iya Pak, ada apa?"
"Boleh saya mengenalmu lebih jauh?"
Jantungku rasanya dangdutan seperti lagu-lagu favorit Johan. Mataku membelalak tak percaya, tanganku rasanya mulai gemetar, padahal aku sudah sarapan. Pak Bram gak salah ngomong kan?
"Bapak lagi sadar?" tanyaku memastikan, takutnya salah dengar.
"Ya sadar lah Rin. "
"Sudah mandi?"
"Kenapa memangnya?"
"Kali aja Bapak belum mandi, jadi masih nglindur, kenapa Bapak mau mengenal saya lebih jauh? Kan Bapak bisa baca dari kurikulum vitae saya di HRD. "
Aku mencoba tetap waras, menetralisir debaran jantungku yang susah dikendalikan. Alarm bahaya mulai kurasakan.
"Saya nggak ingin mengenalmu sebagai karyawan." ada jeda dari kalimatnya, ku tunggu sampai tuntas, aku nggak mau ke ge-er an. Tapi lelaki itu seperti sengaja menggantung kalimat begitu lama. Aku jadi gemas.
"Lalu mengenal sebagai apa Pak?"
"Hmmm...." Ada jeda lagi sesaat, "Kartu Keluarga saya masih banyak yang kosong Rin, cuma berdua dengan Ibu."
Lah lah, mulai kan? pasti Pak Bram mulai usil lagi. Apa hubungannya coba dari mengenal sampai ke Kartu Keluarga. Mau dia berdua sama Ibunya atau nggak, kan bukan urusanku. Emangnya aku Disdukcapil?
"Terus?"
"Saya mau nulis nama kamu disitu."
🍁🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]
Romance"Kartu Keluarga saya masih banyak yang kosong Rin, cuma berdua dengan Ibu." "Terus?" "Saya mau nulis nama kamu disitu." 😛😛😛 Namaku Karina Putri, tepat di usiaku yang ke-32 tahun, Puguh Bahrudin -lelaki pujaan hatiku- tiba-tiba menghilang tanpa...