"Udah bereskan slot media untuk Aerin Project?" Mas Bram bertanya ketika kami akan turun dari Mobil. Aku mengangguk, setelah mengecek beberapa hal, ku matikan notebook dan menatapnya.
"Sudah."
"Tim produksi sudah mulai take gambar." Mas Bram melepas seat belt. Harum parfumnya bikin jantungku berdebar, kurang berapa hari lagi sih kami halal, rasanya kok lama banget. Pulang-pergi tiap hari seperti ini, rasanya gak sehat buat jantungku. Mas Bram gak peka banget. Aku manyun.
"Rin," panggilnya, aku terkesiap, "nglamun?"
"Nggak."
Alis Mas Bram tertaut, menahan tanganku yang hendak membuka pintu mobil.
"Sudah nggak cemburu lagi kan?" tanyanya hati-hati, sembari netranya memindai wajahku pagi ini, seolah memastikan bahwa aku sudah baik-baik saja, "Glenca akan sering riwa-riwi di kantor."
Aku meringis malu, rupanya PMS bisa bahaya juga menjelang pernikahan, bikin salah paham. "Nggak kok," jawabku kalem. Aku gak boleh cemburu gak jelas lagi, toh yang akan dinikahinya adalah aku, bukan Glenca. Yang dipilihnya adalah aku, bukan Glenca,
Mas Bram masih menahan tanganku, membuatku tak bisa membuka pintu, "Nggak kerja nih? Bolos lagi?" tanyaku sambil menunjuk tangannya yang memegang erat lenganku. Mengingatkan kalau kami kemarin kabur dari kantor dan memilih kencan.
Gila emang, kalau dipikir ulang. Mas Bram menghela napas panjang, memejamkan mata beberapa detik lalu menatapku intens, "Masuk gedung itu, aku GM dan kamu manager, tapi ketika jam makan siang dan pulang, aku Bram, kamu Karin," katanya lagi, entah sudah berapa kali dia mengucapkan kalimat itu, sejak mobil melaju meninggalkan Kota Mojokerto menuju Surabaya.
"Iya paham."
"Jadi, kalau aku tegas sama pekerjaanmu di jam kantor, jangan baper ya, aku hanya bersikap profesional, supaya anak-anak juga nggak ada yang iri."
"86." aku berhormat. Resiko satu kantor, dan ketika calon suamimu adalah atasanmu sendiri.
"Dan nggak perlu mikir macam-macam karena ada Glenca." Mas Bram menyentil pelan jidatku.
"Iya-iya." Bawel banget. Mas Bram tersenyum.Sepertinya dia lega setelah melihat kondisi moodku pagi ini sudah jauh lebih baik. Meskipun aku jadi tak enak hati, karena melihat gurat lelah, kurang tidur, di wajahnya pagi ini.
Dodol memang kamu Rin, kerjaan lagi padat-padatnya, kamu malah ngambek kayak macan kumat. Mode senggol bacok pula.
Ngomong-ngomong soal PMS, semalam Mas Bram menandai kalender dalam ponselnya, katanya kalau tiba-tiba aku kayak macan, dia akan mengecek tanggal. Ya salam.
Aku keluar dari mobil, menyusulnya yang sudah lebih dulu turun. Melambai ke arah Sandra yang baru memarkir motornya. Mas Bram berjalan lebih dulu ke arah lobby, membiarkanku berlari menemui gadis berkuncir kuda yang tengah melambai dan tersenyum menyambutku.
Masuk gedung Actamedia, dia GM dan aku karyawannya. Jangan berpikir halu dengan merasa punya hak istimewa karena akan jadi istri dari General Manager lalu bisa bebas bekerja se enak udel sendiri. Ini real life, bukan sinetron.
🍁🍁
"Baiknya, selain media sosial juga tampil di iklan Youtube sih," kusesap kopi pagiku, kopi janji jiwa, delivery order pagi ini bareng anak-anak kantor.
Menanggapi penjelasan Laras, anak Account service yang baru selesai brief awal dengan klien, ada Nungky anak kreatif dan juga Sandra. Kami berada di area brainstorming, tempat yang nyaman untuk diskusi konsep sebelum dibawa ke meeting internal antar departemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]
Romansa"Kartu Keluarga saya masih banyak yang kosong Rin, cuma berdua dengan Ibu." "Terus?" "Saya mau nulis nama kamu disitu." 😛😛😛 Namaku Karina Putri, tepat di usiaku yang ke-32 tahun, Puguh Bahrudin -lelaki pujaan hatiku- tiba-tiba menghilang tanpa...