11. 🍂 Masa Lalu

38.2K 4.9K 232
                                    

ihapuspu sebagian untuk kepentingan penerbitan***"Sudah sana temui Mas mu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ihapuspu sebagian untuk kepentingan penerbitan
***
"Sudah sana temui Mas mu"

"Ecieee.... Mas mu. "

Duh Mey, rasanya anak ini pengin ku jewer karena gemas. Abah menggeret Mey pergi ke dalam supaya tidak menguping, dan memberikan ruang privasi untukku dan Pak Bram.

Ya Allah, rasanya jantungku berdebar-debar tak karuan. Tanganku rasanya terasa dingin. Kutemui lelaki yang pagi ini memakai jeans biru muda dengan kaos polo warna hitam yang sedang menata bidak-bidak catur. Kopi di dekatnya tinggal separuh, dia tersenyum saat melihat kedatanganku.

"Hai." Sapanya ramah. Duh suaranya.

Aku duduk di kursi yang tadi ditempati Abah. Kami duduk menghadap halaman rumah yang hijau dengan rumput teki yang basah setelah hujan semalam. Bahkan aroma tanah selepas hujan masih tercium menyegarkan.

"Kamu sudah tahu takaran kopi ku kalau pagi rupanya," ujarnya kalem, mata dan tangannya masih fokus menata bidak catur yang berserakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu sudah tahu takaran kopi ku kalau pagi rupanya," ujarnya kalem, mata dan tangannya masih fokus menata bidak catur yang berserakan. Rasanya jantungku tak kuasa menahan debaran, wajahku sudah memerah.

"Iyyaa...ada untungnya juga sih ghibah di kantor." Aku menggaruk pipi kananku yang tak gatal dengan jari telunjuk, menekan suara sedatar mungkin, berharap terlihat santai, tapi kesannya malah kaku, "Siapa yang menang?" tanyaku basa-basi,

"Abah lah, aku sengaja ngalah biar mudah dapat restunya."

🍁🍁🍁
Happy weekend 😌

Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang