14. Merelakan?

97 33 140
                                    

Author POV

***

Aroma menyengat yang tidak mengenakan menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Ava dan Mia, udara lembab juga ikut menghiasi suasana saat ini.

Setelah keributan yang telah mereka ciptakan tadi, keduanya dihadiahi hukuman membersihkan WC oleh guru BK mereka.

Dimana gadis berambut panjang tersebut?

Dia terbebas dari hukuman. Ava yang meminta sang guru BK untuk tidak melibatkan siswi kelas 10 itu karena menurutnya cewek berambut panjang tersebut hanya korban dan tidak memiliki kesalahan apapun.

"O em to the ji! Oemji! Ewh! Eh cewek gila! Itu tuh bersihin!" teriak Mia saat dia menemukan pemandangan menjijikan di salah satu toilet.

Mendengar keributan dari ruangan sebelah Ava seakan menutup mata dan telinganya. Sengaja karena dia enggan berkomunikasi lagi dengan Mia.

Dia tetap dengan gagang pel yang dipegangnya dan membersihkan tiap sudut lantai berwarna krem tersebut.

Tak mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Mia berdecak kesal dan berjalan menghampiri Ava. "Heh! Lo budeg? Kuping lo ada gangguan apa gimana sih?! Ga denger dari tadi gue panggil-panggil?!" teriak cewek itu lagi yang kini sudah berdiri tepat di depan Ava.

Terpaksa Ava mengalihkan pandangannya ke cewek berwajah oval ini. "Iya, kuping gue ada gangguan kalo denger suara lo," ucap Ava santai.

Lalu dengan sengaja Ava mengarahkan kain basah tersebut ke sepatu berwarna putih yang dipakai Mia, membuat sang empunya sontak menghentakkan kedua kakinya dan melangkah mundur. "Dasar kurang ajar!" bentak Mia pada Ava.

Namun tanpa mengindahkan perkataan Mia, Ava tetap melakukan pekerjaannya dan melakukan segala sesuatu agar Mia menjauhi dirinya.

Tiba-tiba sepatu berwarna putih yang sudah dihiasi oleh bercak-bercak coklat berkat susu yang ditumpahkan Ava tadi, menginjak kain pel yang sedang dipakai gadis itu.

Sontak pekerjaan Ava terhenti, dia menatap Mia malas. "Lo ngga tau gue siapa? Gue Mia! Bokap gue adalah donatur terbesar di sekolah ini! Lo salah udah berurusan sama gue!" ucap Mia mengancam.

Ava berdecak beberapa kali seraya menggeleng. "Penyakit orang kaya yang udah disuapin duit dari orok," bisik Ava pelan. Namun jelas, Mia masih bisa mendengarnya.

"Ngomong apa lo barusan?!" teriak Mia tak terima.

Ava menghela napas, lalu dia menyandarkan gagang pel yang sedari tadi dipegangnya ke salah satu sudut dinding. "Mana sini, tadi lo minta gue bersihin apa?"

Tanpa berpikir panjang, Mia berjalan mendekati ruang toilet yang menjijikan tadi. Dia berjalan di depan mendahului Ava yang mengekorinya dibelakang.

Kini keduanya telah sampai di salah satu bilik toilet tersebut. Ava melongok ke arah kloset, dan benar saja pemandangan yang tidak mengenakan berhasil didapatinya.

"Sana bersihin! Gue ga dilahirin buat ngelakuin pekerjaan kotor kayak gini!" ucap Mia seraya menjepit hidungn dengan kedua ibu jadi dan telunjuknya serta menunjukkan gegalat ingin mengeluarkan isi perutnya.

Ava mengangguk, "Bentar ya, gue ambil pembersihnya dulu," ucap Ava seraya berbalik keluar dari bilik tersebut.

"Iya udah buruan deh jangan kebanyakan bacot!" ucap Mia yang masih setia di bilik tersebut dan mengontrol kadar mualnya yang semakin tak terkendali.

Tanpa Mia sadari, sebelum keluar tadi Ava sudah memencet tombol kunci di balik pintu dan mengambil kunci dari pintu tersebut lalu dia menutup pintu itu rapat.

Prank CallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang